Di antara manusia, ada yang amal utamanya adalah dzikir. Ia menjadikannya sebagai bekal perjalanan akhirat dan modal utama kehidupannya. Jika ia lalai atau mengurangi dzikirnya, ia merasa rugi dan merugi.
Di antara manusia, ada yang amal utamanya adalah shalat. Jika ia lalai dalam shalat sunnahnya, atau melewatkan waktu tanpa shalat atau bersiap untuknya, ia merasa waktunya gelap dan dadanya sempit.
Di antara manusia, ada yang jalan menuju Tuhannya adalah dengan berbuat baik dan memberi manfaat kepada orang lain, seperti menunaikan hajat orang, menghilangkan kesusahan, menolong yang membutuhkan, serta berbagai bentuk sedekah. Allah membukakan jalan ini untuknya hingga ia menempuhnya menuju Tuhannya.
Di antara manusia, ada yang jalan utamanya adalah membaca Al-Qur'an. Ia menghabiskan waktunya dengan tilawah, menjadikannya wirid terbesar dalam hidupnya.
Di antara manusia, ada yang jalan utamanya adalah puasa. Jika ia berbuka, hatinya berubah dan keadaannya memburuk.
Di antara manusia, ada yang jalan utamanya adalah amar ma'ruf nahi munkar. Allah membukakan jalan ini untuknya hingga ia sampai kepada-Nya.
Di antara manusia, ada yang jalan utamanya adalah haji dan umrah.
Di antara manusia, ada yang jalan utamanya adalah memutus keterikatan dunia, mengarahkan tekad sepenuhnya kepada Allah, terus bermuraqabah, menjaga lintasan hati, serta menjaga waktu agar tidak sia-sia.
Di antara manusia, ada yang menggabungkan berbagai jalan menuju Allah, menempuh setiap jalur yang mengantarkannya kepada-Nya. Ia menjadikan segala bentuk penghambaan sebagai kiblat hatinya dan tujuan matanya. Ke mana pun jalan ibadah itu mengarah, ia mengikutinya. Ia mengambil bagian dari setiap golongan: jika ada ilmu, ia bersama para ulama; jika ada jihad, ia bersama para mujahidin; jika ada shalat, ia bersama orang-orang yang khusyuk; jika ada dzikir, ia bersama orang-orang yang berdzikir; jika ada kebaikan dan manfaat, ia bersama para dermawan; jika ada muraqabah, cinta, dan kembali kepada Allah, ia bersama para pecinta dan orang-orang yang bertaubat.
(Dikutip dari Thariqul Hijratain karya Ibnul Qayyim – rahimahullah)
Infografik An-Naba
Sya'ban 1446 H
An-Naba 481
Fenomena yang terjadi hari ini adalah masih banyak para muwahid yang masih saja menyekolahkan anaknya di sekolah sekuler akibat kurang biaya untuk masuk ke pesantren tauhid. Sehingga orang tua akhirnya menyekolahkan anaknya di sekolah sekuler. Lalu bagaimana hukumnya?
Karena mata pelajaran di sekolah sekuler banyak mengandung kesyirikan seperti adanya mata pelajaran PPKN yang didalamnya di ajarkan Ideologi pancasila dan demokrasi. Apalagi itu di ajarkan kepada Anak-anak dibawah umur yang masih dalam kondisi fitrah, kemudian dimasukkan Ideologi tersebut sehingga anak tersebut tidak sadar bahwa ia telah terpengaruh dengan Ideologi tersebut.
Dan juga ibadah upacara bendera Yang merupakan ibadah Agama demokrasi Indonesia yang dilakukan setiap hari senin, Adapun umat Islam melakukan setiap hari Jummat. Didalam upacara ibadah agama demokrasi Indonesia. Fokus penyembahannya adalah kepada burung garuda pancasila. Dan dikuti dengan pengagungan kepada kitab Najis KUHP dan Undang-undang dasar yang dibuat oleh zionis Dajjal. Kemudian dilanjutkan penghormatan kepada simbol negara agama demokrasi Indonesia yaitu bendera merah putih.
Maka siapapun yang mengikutinya tanpa paksaan maka ia murtad. Jika orang yang menyuruh anaknya untuk sekolah di lembaga sekuler kemudian anaknya tersebut mengikuti pelajaran PPKN dan melakukan Ibadah agama demokrasi. Maka anak tersebut tidak berdosa karena ia masih dibawah umur. Anak yang belum baliq masih belum tertakluk hukum kepadanya. Maka dosa kesyirikan tersebut akan kembali kepada orang tuanya yang menyuruh anaknya untuk sekolah dilembaga tersebut. Didalam al-Quran allah berfirman.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ . التحريم
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, penjaga nya malaikat malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah, terhadap apa yang diperintah kan, Kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintah Allah.
Qur'an Surah At-tahrim ayat 66
Wallahua'lam ☝️
🔥 *8 Keburukan Sekolah Sekuler*
Bismillāh
1⃣. Pelajaran PKN, mengajarkan bahwa semua agama adalah sama, tuhan itu satu, tapi cara menyembahnya yang berbeda.
Allah Ta'āla berfirman:
وَوَصّٰى بِهَاۤ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَ يَعْقُوْبُ ۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَـكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
"Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka *janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim*."
📚QS. Al-Baqarah 2: Ayat 132
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَا مُ
" *Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam*."
📚QS. Ali 'Imran 3: Ayat 19
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ ۚ
"Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa (Ahăd)."
📚QS. Al-Ikhlas 112: Ayat 1
2⃣. Mengajarkan kepada anak didik agar menolak penerapan Hukum Allāh
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يَزْعُمُوْنَ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا بِمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَاۤ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَحَا كَمُوْۤا اِلَى الطَّاغُوْتِ
"Tidaklah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Thõghut."
📚 QS. An-Nisa' 4: Ayat 60
اَفَحُكْمَ الْجَـاهِلِيَّةِ يَـبْغُوْنَ ۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّـقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?"
📚QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 50
3⃣. Dipajangnya foto pemimpin negara di dalam ruang kelas dan pelajaran menggambar
Hadits Jabir radhiallahu anhu dia berkata:
ﻧَﻬَﻰ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺼُّﻮَﺭِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﻭَﻧَﻬَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﺼْﻨَﻊَ ﺫَﻟِﻚَ
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang adanya gambar di dalam rumah dan beliau *melarang untuk membuat gambar*.”
📜HR. At-Tirmizi no. 1671
Abul Hayyaj Al-Asadi menceritakan, bahwa suatu hari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata kepadanya,
أَلاَّ أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِى عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ لاَ تَدَعَ تِمْثَالاً إِلاَّ طَمَسْتَهُ وَلاَ قَبْرًا مُشْرِفًا إِلاَّ سَوَّيْتَهُ
“Maukah Engkau aku utus dengan misi yang pernah kujalani karena perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Yaitu, janganlah Engkau menemukan rupaka-rupaka (makhluk bernyawa), melainkan Engkau hancurkan.Dan janganlah Engkau menemukan makam yang ditinggikan, kecuali Engkau ratakan.”
📜HR. Muslim no. 2287
4⃣. Bercampurnya siswa laki-laki dan perempuan dalam proses pembelajaran
عن أم سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ قَامَ النِّسَاءُ حِينَ يَقْضِي تَسْلِيمَهُ وَمَكَثَ يَسِيرًا قَبْلَ أَنْ يَقُومَ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ فَأُرَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ أَنَّ مُكْثَهُ لِكَيْ يَنْفُذَ النِّسَاءُ قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُنَّ مَنْ انْصَرَفَ مِنْ الْقَوْمِ (رواه البخاري رقم 793)
Dari Ummu Salamah radhiallahu anha dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, jika beliau salam (selesai shalat) maka kaum wanita segera bangkit saat beliau selesai salam lalu beliau diam sebentar sebelum bangun.
Ibnu Syihab berkata, ‘Saya berpendapat bahwa diamnya beliau adalah agar kaum wanita sudah habis sebelum disusul oleh jamaah laki-laki yang hendak keluar masjid.”
📜HR. Bukhari, no. 793
5⃣. Pelajaran IPS mengajarkan bahwa manusia berasal dari kera yang berevolusi, bukan dari Nabi Adam.
يٰۤـاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْـتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَـعْثِ فَاِ نَّـا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَا بٍ ثُمَّ مِنْ نُّـطْفَةٍ
"Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) Kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani"
📚QS. Al-Hajj 22: Ayat 5
6⃣. Pelajaran ekonomi yang mengajarkan siswa untuk menghitung bunga (RIBA)
يَمْحَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا وَيُرْبِى الصَّدَقٰت
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah."
📚QS. Al-Baqarah 2: Ayat 276
7⃣. Pelajaran musik
ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف
”Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, minuman keras, dan alat-alat musik.”
📜 HR. Bukhari, no. 5590
8⃣. Diadakannya karnaval pada hari tertentu, dimana siswinya dirias menor dan auratnya ditampakkan ke publik
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
📚al-Ahzâb/33:59
9⃣. Diajarkan pemahaman Nasionalisme, persatuan atas dasar kesamaan tanah air, bukan atas iman-islam.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara"
📚QS. Al-Hujurat 49: Ayat 10
Allah SWT berfirman:
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗ وَا لَّذِيْنَ مَعَهٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ تَرٰٮهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَا نًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗ ذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰٮةِ ۖ وَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِ ۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْئَـهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَـغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا٪
"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar."
(QS. Al-Fath 48: Ayat 29)
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗ وَا لَّذِيْنَ مَعَهٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ
"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka."
📚QS. Al-Fath 48: Ayat 29
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُّؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰخِرِ يُوَآ دُّوْنَ مَنْ حَآ دَّ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَلَوْ كَا نُوْۤا اٰبَآءَهُمْ اَوْ اَبْنَآءَهُمْ اَوْ اِخْوَا نَهُمْ اَوْ عَشِيْرَتَهُم
"Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau keluarganya."
📚QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 22
#pelajaritauhid ☝️🔑🔐
🔰 *Tawhîd*
Al Baqoroh (2) : 256 & An Nahl (16) : 36
🔰 *Hukum Allāh*
An Nisa' (4) : 60 | Al Ma'idah (5) : 50
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan teman dalam hidupnya. Teman yang dapat saling membantu dan bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Termasuk hal unik dalam pertemanan, bahwa setiap orang memiliki kecondongan kepada teman yang serupa dengannya dalam hal sifat, karakter, dan yang lainnya.
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Ruh-ruh itu seperti tentara yang berkumpul saling berhadapan. Maka yang saling mengenal (mencocoki) darinya akan saling bersatu dan yang berbeda akan saling berseteru.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya no. 2638 dari sahabat Abu Hurairah)
Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berkata, “Seseorang akan berjalan dan berteman dengan orang yang disukai dan serupa dengannya.” (al-Ibanah karya al-Imam Ibnu Baththah 2/476)
Mungkin sebagian ikhwah masih ada yang bertanya-tanya, dari manakah asalnya pembagian Islam Hukmi & Islam Haqiqi?
Berikut kami tampilkan ucapan para ulama mu’tabar tentang adanya pembagian Islam Hukmi & Islam Haqiqi:
Syaikhul Islam ibn Taimiyyah Rahimahullah berkata:
لكن لما كان غالب المسلمين يولد بين أبوين مسلمين، يصيرون مسلمين حكميا.
“Akan tetapi ketika mayoritas kaum muslimin dilahirkan dari orang tua yang muslim, maka jadilah mereka MUSLIM HUKMI”.
(Majmu’ Fatawa 26/31)
Dan beliau Rahimahullah juga berkata:
فغالب الناس إسلامهم حكمي
“Mayoritas manusia itu adalah ISLAM HUKMI” (Majmu’ Fatawa 26/34)
Ibn Rajab al-Hanbali Rahimahullah berkata:
معنى هذا الكلام أن الإسلام يطلق باعتبارين:
أحدهما: باعتبار الإسلام الحقيقي وهو دين الإسلام الذي قال الله فيه “إن الدين عند الله الإسلام” وقوله “ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه”.
والثاني: باعتبار الاستسلام ظاهرا مع عدم إسلام الباطن، إذا وقع خوفا كإسلام المنافقين، واستدل بقوله تعالى “قالت الأعراب آمنا، قل لم نؤمنوا ولكن قولوا أسلمنا” الآيات.
“Makna ucapan ini bahwasanya Islam itu ditinjau dari dua sisi:
1. Ditinjau dari segi Islam Haqiqi dan dia merupakan Agama Islam yang mana Allah berfirman (Sesungguhnya Agama yang ada di sisi Allah hanyalah Islam) dan firmannya (Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka hal tersebut tidak akan pernah diterima)
2. Ditinjau dari segi ketundukan zhahir (Islam Hukmi) dengan tidak nampaknya keislaman secara batin, apabila ia takut sebagaimana Islamnya orang-orang munafiq, dan beliau berdalil dengan firman Allah Ta’ala (Arab Badui berkata: Kami telah beriman, katakanlah: Kalian belum beriman hanya saja kami telah berislam)”.
(Fathul Bari 1/125)
Maka jelaslah bahwa pembagian Islam Hukmi & Islam Haqiqi itu memang benar-benar ada, dan yang membaginya pun adalah para ulama Rabbani.
Sebelum kami tutup, ada baiknya kami jelaskan sedikit apa itu Islam Hukmi & Islam Haqiqi:
1. Islam Hukmi adalah keislaman yang kita nilai hanya berdasarkan zhahirnya saja, jika dia melakukan syiar-syiar Islam dan tidak menampakkan pembatal keislaman, maka orang ini kita hukumi sebagai Islam Hukmi sedang urusan batinnya kita serahkan kepada Allah.
2. Islam Haqiqi adalah keislaman yang sesungguhnya baik lahir maupun batin, dan kita tidak bisa menilai batin seseorang, jadi yang mampu menilai Islam Haqiqi ini hanyalah Allah.
Semoga jelas.
والله أعلمُ بالـصـواب
#Tauhid Manhaj & Aqidah
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
أذكار الصباح والمساء بمثابة الدرع كلما زادت سماكته لم يتأثر صاحبه، بل تصل قوة الدرع أن يعود السهم فيصيب من أطلقه
“Zikir pagi dan petang seperti baju besi. Semakin bertambah ketebalannya, maka pemiliknya semakin tidak terkena (bahaya). Bahkan kekuatan baju besi itu bisa sampai memantulkan kembali anak panah sehingga berbalik mengenai pemanahnya sendiri.”
Ibnu ash-Shalah rahimahullah berkata:
من حافظ على أذكار الصباح والمساء، وأذكار بعد الصلوات، وأذكار النوم، عُدّ من الذاكرين الله كثيراً
“Barang siapa menjaga pengamalan Zikir Pagi dan Petang, Zikir Bada Salat, dan Zikir Tidur, maka dia dihitung termasuk orang-orang yang banyak berzikir kepada Allah.”
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
البسوا معطف الأذكار ليقيكم شرور الإنس والجان ودثروا أرواحكم بالاستغفار لتمحي لكم ذنوب الليل والنهار ,وإن أصابكم ماتكرهونه فسترضون وتتيقنون بأنه خير قدره لكم ربكم لأنكم قد تحصنتم بالله
“Kenakanlah pakaian zikir agar menjaga kalian dari kejelekan-kejelekan manusia dan jin.
Selimutilah roh-roh kalian dengan istighfar, supaya menghapus dosa-dosa siang dan malam.
Apabila ada sesuatu yang kalian benci menimpa kalian, maka kalian akan rida dan kalian akan yakin, bahwa itu merupakan kebaikan yang ditakdirkan untuk kalian oleh Rabb kalian, karena kalian telah berlindung kepada Allah.”
[Al-Waabil ash-Shayyib min al-Kalim at-Thayyib, 71]
Seseorang yang sudah banyak belajar Islam, tetapi terkadang ilmu yang dipelajarinya itu tidak membekas ataupun tidak bermanfaat. Bertahun-tahun belajar serta mendatangi majelis ilmu, tetapi tidak ada keberkahannya.
Lalu bagaimanakah cara untuk mengetahui bahwa ilmu itu sudah diberkahi oleh Allah Ta'ala dan juga bermanfaat...?
Beberapa indikasi tersebut di antaranya :
. Dia terlihat semakin tulus ikhlas dalam beribadah kepada Allah, dan juga semakin sesuai dengan syariat dan sunnah Nabi ﷺ dalam mempelajari dan mengamalkan ilmu, mendakwahkan dan mempertahankan ilmu.
Imam al-Barbahari رحمه الله berkata :
"Dan ketahuilah semoga Allah merahmatimu, bahwasanya (keberkahan) ilmu itu bukanlah dengan banyaknya (hafalan) riwayat serta kitab2. Hanyalah (dikatakan) seorang yang 'alim itu adalah siapa yang telah mengikuti (mengamalkan) ilmu dan sunnah2, sekalipun sedikit ilmu dan kitab2nya. Dan barangsiapa menyelisihi al-Quran dan as-Sunnah, maka dia adalah pelaku bid'ah, banyak ilmu dan kitab2nya" (Syarhus Sunnah hal 99)
Ilmu itu semakin menumbuhkan rasa takutnya seseorang kepada Allah Ta'ala.
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (ahli ilmu)" (QS. Fathir [35]: 28)
Siapa yang takut kepada Allah, maka dialah ‘alim, yaitu seorang yang berilmu. Dan siapa yang bermaksiat kepada Allah, maka dialah jahil (orang yang jauh dari ilmu).
Ilmu tersebut mendorong seseorang untuk semakin semangat dalam melakukan ketaatan dan semakin semangat menjauhi berbagai dosa dan kemaksiatan.
Ilmu itu akan mengantarkan seseorang pada sifat qana’ah (selalu merasa cukup) dan zuhud pada dunia.
Imam Ahmad bin Hambal رحمه الله berkata : "Zuhud itu terbagi tiga :
(1). meninggalkan yang haram, maka itu ialah zuhudnya orang yg awam.
(2). tidak berlebihan dari sesuatu yang halal, dan itu zuhudnya dari orang yang khusus.
(3). meninggalkan setiap hal yang menyibukkan serta menjauhkan dari Allah, maka itu zuhudnya al-arifin (yaitu orang yang berma'rifat kepada Allah)" (Mawaa'izh Imam Ahmad hal 50)
Ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang semakin tawadhu’ (rendah hati). Menjadikan hati tunduk dan khusyuk kepada Allah Ta'ala, merasa hina di hadapan-Nya dan semakin mudah untuk menerima kebenaran dari siapa pun.
Malik bin Dinar رحمه الله berkata : "Sesungguhnya jika engkau menuntut ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu akan membuatmu tawadhu. Jika engkau menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanyalah akan membuatmu semakin berbangga diri (sombong)" (Az-Zuhd hal 262 oleh Imam Ahmad)
Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :
"Dan di antara tandanya bahwa amal ibadah kita diterima adalah kita akan merendahkan, mengkerdilkan dan menganggapnya kecil di hati kita" (Madaarijus Saalikiin II/62)
. Ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang benci kepada pujian dan dia juga enggan menyucikan diri sendiri, serta tidak suka ketenaran dan popularitas.
Imam Ibnu Rajab رحمه الله berkata :
"Dan di antara tanda ilmu yang bermanfaat adalah membimbing pemiliknya untuk lari dengan meninggalkan dunia, & yang terbesar adalah kepemimpinan dan ketenaran, serta pujian. Dan sesungguhnya orang yang telah memiliki ilmu yang bermanfaat itu tidaklah akan mengaku memiliki ilmu, dia pun tidak akan membanggakannya kepada siapapun, dan juga tidak akan menganggap orang lain bodoh, kecuali terhadap orang-orang yang menyelisihi Sunnah Nabi ﷺ dan juga yang berpegang teguh dengannya" (Majmuu’ur Rasaa-il III/13)
Ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang semakin bersih hatinya, semakin bersabar, mudah meredam amarah, mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, tidak ada hasad serta dendam, dan semakin mulia dan luhur akhlaknya.
Allah Ta'ala berfirman,
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan udara (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezkimu; karena itu janganlah kamu mengadakan persekutuan-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (Al Baqarah [2]: 22)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma –yang sangat luas dan mendalam ilmunya- menafsirkan ayat di atas dengan mengatakan,
” Yang dimaksud membuat sekutu bagi Allah (dalam ayat di atas) adalah berbuat syirik. Syirik adalah suatu perbuatan dosa yang lebih sulit (sangat samar) untuk diketahui daripada jejak semut yang terakumulasi di atas batu hitam di tengah kegelapan malam.”
Kemudian Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma mencontohkan perbuatan syirik yang samar tersebut seperti,
'Demi Allah dan demi hidupmu wahai fulan', 'Demi semangat' atau 'Kalau bukan karena anjing kecil orang ini, tentu kita didatangi pencuri-pencuri itu' atau 'Kalau bukan karena angsa yang ada di rumah ini tentu datanglah pencuri-pencuri itu', dan ucapan seseorang kepada kawannya 'Atas kehendak Allah dan kehendakmu', juga ucapan seseorang 'Kalau bukan karena Allah dan karena fulan'.
Akhirnya beliau radhiyallahu 'anhuma berkata,
” Janganlah engkau menjadikan si fulan (sebagai sekutu bagi Allah) dalam ucapan-ucapan tersebut. Semua ucapan ini adalah perbuatan SYIRIK.” (HR. Ibnu Abi Hatim)
Ya Allah jauhkanlah kami dari kesyirikan baik yang tampak maupun yang tersembunyi
Barokallahufeik
Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata:
لا تنظر إلى صغر الخطئية، ولكن انظر من عصيت.
"Jangan melihat kecilnya dosa, tetapi lihatlah kepada siapa engkau bermaksiat!"
[Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam kitab az-Zuhd, hlm. 71]
Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata,
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ، فَقَالَ بِهَ هَكَذَا، فَطَارَ
" Sesungguhnya orang mukmin melihat dosanya seolah-olah ia berada di bawah gunung, ia khawatir gunung itu akan roboh menimpanya. Sedangkan tukang maksiat melihat dosanya seperti seekor lalat yang menempel di hidungnya, ia menyingkirkannya begitu saja dan lalat itu pun terbang (maksudnya ia tidak peduli)."
[ Riwayat Bukhory ]
"Api kalian hanyalah satu bagian dari tujuh puluh bagian api neraka Jahannam." Demikianlah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menggambarkan api dunia. Api ini telah menyerang Amerika di kota-kota terindahnya, membakar, menghancurkan hati para pemanjanya, membuat mereka menangis, mengusir mereka, dan menghancurkan rumah-rumah mereka hingga mereka menyebutnya sebagai "kengerian hari kiamat" dan "akhir dunia". Negara adidaya ini, dengan segala kekuatan dan sumber dayanya, berdiri sempoyongan di hadapan kekuasaan Sang Pencipta yang tampak melalui api yang biasa dipakai memasak dan berkemah. Lalu bagaimana nasib mereka esok hari ketika mereka terbakar di api neraka Jahannam?
Sementara itu, peradaban jahiliyah modern dengan tentara, pemerintah, dan propagandanya, bersatu untuk mencap tauhid dan jihad sebagai "pemikiran ekstremis", mereka memutarbalikkan dan mencemarkan maknanya, mereka bersatu dalam memerangi dan menentangnya. Maka Allah 'Azza wa Jalla menimpakan kepada mereka "iklim yang ekstremis", sebagaimana istilah yang mereka gunakan untuk menyebut dan menjelaskannya. Dan Tuhanmu tidak menzalimi siapa pun.
Di bumi, lidah-lidah api meluas melampaui istana dan bangunan, merusak dengan parah "pasar asuransi dan perumahan riba", yang kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar, meskipun belum selesai. Ketidakberdayaan Amerika dalam menghadapi api yang biasa digunakan untuk memasak mencapai tingkat dimana mereka harus meminta bantuan ratusan tahanan untuk melakukan apa yang tidak mampu dilakukan oleh orang-orang bebas. Militer Amerika pun dikerahkan untuk mengendalikan keamanan yang telah beterbangan seperti debu di udara. Singkatnya, sistem pemerintahan dan keamanan Amerika runtuh di wilayah-wilayah yang dilanda kebakaran. Kepanikan dan kekacauan meluas ke segala penjuru. Ini adalah gambaran kecil dari ketidakberdayaan Amerika di hadapan kekuasaan Sang Pencipta. Gambaran ini mendekati apa yang mungkin akan dialami oleh negara-negara Nasrani yang sombong jika mereka menghadapi bencana yang lebih besar dan lebih luas. Ini adalah pesan ilahi yang menyatakan: {Dan janganlah orang-orang kafir itu menyangka bahwa mereka dapat lolos (dari kekuasaan Allah). Sesungguhnya mereka tidak akan dapat melemahkan (Allah).} [QS. Al-Anfal: 59]
Kekacauan dan hilangnya kendali ini adalah peluang operasional yang menginspirasi untuk melancarkan serangan atau merencanakannya. Para mujahid individu dapat memikirkan kemungkinan untuk menyebabkan kebakaran serupa. Hal ini sangat bisa dilakukan. Yang perlu Anda lakukan hanyalah pergi dalam "perjalanan berkemah" ke salah satu hutan dekat pemukiman, kemudian nyalakan api dan tinggalkan tempat itu dengan tenang.
Dalam aspek syar'i, para da'i modernis enggan mengakui bahwa apa yang menimpa Amerika adalah balasan ilahi dan azab yang menimpa mereka sebagaimana azab yang menimpa umat-umat kafir sebelumnya. Namun, kali ini para da'i "Ikhwanul Muslimin" menyatakan bahwa itu adalah balasan ilahi, mengaitkannya dengan luka Gaza. Padahal sebelumnya mereka menolak menghubungkan bencana yang menimpa Amerika dan Eropa dengan balasan ilahi atas penderitaan umat Islam di Irak, Syam, Khurasan, dan tempat lainnya. Mereka melarang umat Islam bersuka cita atas bencana tersebut dengan alasan bahwa itu hanyalah bencana alam yang memiliki sebab-sebab ilmiah, tanpa ada keterkaitan dengan hukuman, ujian, atau peringatan. Ini adalah sikap oportunis dalam fikih demi kepentingan partai atau kelompoknya yang berusaha memanfaatkan agama demi kepentingan kelompoknya dengan memperdagangkan ayat-ayat Allah sebagaimana mereka memperdagangkan penderitaan kaum muslimin.
Namun, terlepas dari inkonsistensi sikap para da'i Ikhwan dan Murjřah yang tidak kalah bergejolak dibandingkan perubahan iklim, jika mereka mengakui bahwa ini adalah balasan ilahi yang adil untuk Amerika atas Gaza, lalu apa yang akan mereka katakan jika para mujahidin berhasil menyebabkan kebakaran serupa di masa depan? Akankah mereka bergembira bersama kami atas balasan tersebut, atau justru menyebutnya sebagai "Terorisme" yang bertentangan dengan toleransi Islam?!
Kaum ateis dan pengikut mereka dari kalangan rasionalis selalu mengaitkan bencana dan musibah ini dengan perubahan iklim yang ekstrem. Mereka menjelaskannya dengan penafsiran yang kering, mengabaikan kekuasaan dan pengaturan (Rububiyyah) Allah, seolah-olah alam berubah dengan kehendaknya sendiri, bukan atas perintah Sang Pencipta dan Pengaturnya, Subhanallaah...
Kekeliruan ini muncul dari ketidakmampuan mereka dalam membedakan antara musibah yang menimpa seorang Muslim dan bencana besar yang menghantam bangsa atau kaum tertentu. Dalam kasus pertama, tidak ada kepastian apakah musibah tersebut merupakan hukuman atau ujian. Keduanya bisa terjadi bersamaan atau terpisah dengan hubungan yang umum dan khusus. Setiap hukuman adalah ujian, tetapi tidak setiap ujian adalah hukuman. Buktinya, para nabi adalah orang yang paling banyak menghadapi ujian, dan ujian mereka jelas bukan hukuman. Berbeda dengan orang beriman lainnya yang mungkin mengalami keduanya. Hal ini jelas. berbeda dengan keadaan orang-orang kafir, di mana bencana besar yang menimpa mereka hanya dapat dianggap sebagai hukuman atau peringatan. Namun, kaum modernis menolak gagasan ini dan menyebutnya sebagai "budaya khotbah tradisional" yang dianggap tidak sesuai dengan konteks dan merusak citra Islam.
Nash-nash syari menunjukkan bahwa bencana besar dan hukuman ilahi akan terus menimpa bangsa-bangsa kafir hingga Hari Kiamat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: {Dan orang-orang kafir itu senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka, atau bencana itu terjadi dekat dari tempat tinggal mereka.} [QS. Ar-Ra'd: 31].
Ibnu Katsir menjelaskan: "Karena pendustaan mereka, bencana besar akan terus menimpa mereka di dunia atau menimpa orang-orang di sekitar mereka agar mereka mengambil pelajaran."
Para ulama tafsir dari kalangan salaf, seperti Ibnu Abbas, Ikrimah, Qatadah, Mujahid, dan Ibnu Zubair, menjelaskan bahwa bencana besar ini mencakup hukuman bagi orang kafir dengan bala tentara dari langit dan bumi. Bencana ini bisa berupa musibah langsung yang Allah timpakan atau berupa serangan pasukan Muslim yang menghancurkan mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: {Kami menunggu-nunggu apa yang akan menimpa kalian, apakah Allah akan menghukum kalian dengan azab dari sisi-Nya atau melalui tangan kami.} [QS. At-Taubah: 52]. Ibnu Katsir menjelaskan: "Kami menunggu apakah Allah akan menghukum kalian dengan bencana besar dari sisi-Nya atau melalui tangan kami, berupa penawanan atau pembunuhan. Hal ini akan terus berlanjut hingga datang janji Allah, berupa kemenangan di dunia atau keberhasilan besar di akhirat, sebagaimana firman-Nya: {Sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janji-Nya.}
[QS. Ar-Ra'd: 31]."
Mungkin muncul pertanyaan, bagaimana mungkin bencana besar yang menimpa kaum kafir dianggap sebagai hukuman ilahi yang adil, padahal di antara mereka ada anak-anak atau orang yang tidak bersalah? Jawabannya, Nabi pernah berdo'a agar kehancuran menimpa kaum kafir tertentu tanpa membedakan antara yang muda dan tua. Nabi lebih adil dan lebih penyayang terhadap makhluk daripada kalian. Bahkan, bencana bisa menimpa kaum kafir yang di antara mereka terdapat Muslim, tetapi mereka akan dibangkitkan sesuai niat mereka. Sebagaimana disebutkan dalam hadis tentang penenggelaman bumi, yang mengisyaratkan kewajiban untuk menjauhi kaum kafir dan tidak memperbanyak jumlah mereka. Imam Nawawi menjelaskan: "Mereka akan dibangkitkan sesuai niat masing-masing dan dihukum sesuai hal itu. Hadits ini juga mengajarkan pentingnya menjauhi orang zalim, memperingatkan agar tidak duduk bersama mereka, dan tidak mendukung mereka, agar tidak terkena hukuman yang menimpa mereka. Dan dalam hadits ini juga terdapat dalil bahwa siapa saja yang memperbanyak jumlah individu suatu kaum maka berlaku atasnya hukum kaum tersebut dalam hukuman-hukuman dunia yang dzahir.
[Syarh Muslim]
Yang menyebabkan kebingungan di tengah manusia adalah mendominasinya fikih Irja yang menyamakan antara orang beriman dan kafir dalam menghadapi bencana dan musibah dengan alasan "kemanusiaan" yang tidak adil yang menjadi dasar bagi banyak fatwa-fatwa yang longgar dan menyimpang, yang mana fatwa-fatwa ini dibatalkan oleh hadits tentang penenggelaman tadi dan terbantahkan dengan pemahaman para salaf, bukan pemahaman orang-orang belakangan.
Pesan ini kami tujukan terhadap Nasrani Amerika dan juga dunia! Kami menyeru kalian untuk masuk Islam sebelum bala tentara langit dan bumi menghancurkan kalian. Islam adalah agama yang benar dan selainnya adalah batil, tidak akan diterima oleh Allah. Karena itulah, pada akhir zaman Nabi Isa 'alaihissalam akan turun untuk menawarkan pilihan kepada kalian antara memilih lslam atau dibunuh. Kami menyampaikan seruan ini kepada kalian sebelum maut menjemput kalian dari segala arah, baik dengan azab dari sisi-Nya atau melalui tangan kami. Ini adalah janji Allah kepada kami, dan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Jika engkau terbangun di tengah malam dan mengabaikan Tahajjud, jangan mengeluh tentang masalah yang kau hadapi sepanjang hari.
ALLĀH telah menyuruhmu untuk datang dan kau minta do’amu dikabulkan, engkaulah yang mengabaikan panggilan tersebut.
Percayalah ketika kukatakan bahwa tiada penghiburan yang lebih baik bagi orang berimān yang sedang dalam kesusahan di dunia ini selain Tahajjud
Tahajjud memperbaiki segalanya
Diary—Agung Moehadji Soemo Soemadi
Tidak menjadi hal langka masih banyak umat Islam berkeyakinan bahwa terbitnya matahari dari barat itu terjadi pada saat detik-detik terjadinya kiamat. Akan tetapi nubuat Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa terjadinya hari kiamat itu seratus dua puluh tahun setelah terbitnya matahari dari barat. Dari Abdullah bin Umar, ia berkata:
أن الناس يمكثون بعد طلوع الشمس من مغربها مئة وعشرين سنة
“Manusia akan menetap setelah terbitnya matahari dari tempatnya terbenam selama 120 tahun.’’ (hadits shahih mauquf riwayat Ahmad, Thabrani, Ibnu Abu Syibah dan Abdul Razzaq, Al haitsami mengatakan para perawinya wara dan terpercaya)
Berdasarkan hadist diatas maka setelah terbit matahari dari barat, maka jelaslah pada saat itu siapa yang mukmin dan siapa yang kafir kemudian antara mukmin dan kafir tetap hidup seperti biasa, akan tetapi untuk orang mukmin Allah tidak memanjangkan umurnya sampai hari kiamat akan tetapi diwafatkan terlebih dahulu bersamaan dengan wafatnya Isa as. sebagaimana hadist,
“Sesungguhnya Allah swt mengirim angin dari arah Yaman yang lebih lembut dari pada sutera, angin itu tidak akan pernah meninggalkan seorangpun yang didalam hatinya terdapat keimanan seberat biji sawi melainkan dia mencabut nyawanya”. (HR Muslim)
Maka tinggallah orang-orang kafir untuk menunggu terjadinya hari kiamat, sehingga pada masa itu tidak lagi Islam, karena telah diangkat bersamaan dengan diwafatkan seluruh orang-orang mukmin. sehingga pada masa itu manusia hanya mengatakan ‘kami melihat orang tua kami mengatakan la ilaaha illallah.
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman bahwa Rasulullah ﷺ bersabda; “Islam dihapuskan seperti hilangnya warna baju sampai tidak diketahui apa itu puasa, shalat, haji dan sedekah. Kitabullah dimusnahkan dalam satu malam sampai tidak tersisa satu ayat pun dan yang tersisa adalah kakek-kakek serta nenek-nenek yang mengatakan, ‘kami melihat orang tua kami mengatakan la ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah), maka kami pun mengatakannya’.” (HR ibnu majah dan Hakim)
Keadaan orang-orang kafir pada masa itu hidupnya seperti binatang tanpa aturan agama. Zina dilakukan dijalan ibarat keledai yang tidak ada rasa malu,
Diriwayatkan dari al-Nawwas radliyallah ‘anhu:
وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ فِيهَا تَهَارُجَ الْحُمُرِ فَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ
“Dan ingatlah manusia-manusia yang buruk yang seenaknya saja melakukan persetubuhan seperti keledai. Maka pada zaman mereka inilah kiamat akan datang.” (HR. Muslim)
Kemudian Kota suci Mekkah akan sepi karena tidak ada lagi orang yang menunaikan haji. Dari Abu Said bahwa Rasulullah ﷺ bersabda;
“Kiamat tidak akan terjadi sampai Kota Mekkah tidak didatangi orang lagi untuk berhaji.” (HR Hakim)
والله أعلمُ بالـصـواب
“Ada diantara manusia yang menghafal 30 juz dari Al-Qur'an dan 10.000 hadits dan ratusan kitab² para Ulama, namun ia jauh dari pemahaman dien yang baik, sehingga tak mampu mengamalkan apa yang diketahuinya .. dan ada diantara manusia yang menghafal sedikit dari Al-Qur'an dan hadits namun memiliki pemahaman dien yang baik, kemudian ia mengamalkan apa yang diketahuinya .. maka beruntunglah mereka yang Allah berikan hikmah .. yakni mereka yang diberi akal dan menggunakan akal tersebut untuk mengambil pelajaran ..”
“Dia memberikan hikmah (pemahaman akan dien dan Al-Qur'an) kepada siapa yang Dia kehendaki .. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak .. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang² yang berakal ..” QS. Al-Baqarah : 269
A. MA'NA KALIMAT TAUHID.
Makna kalimat Tauhid لااله الا الله secara ijmal (global) adalah : "لامعبد بحق الا الله “Tidak ilah yang berhak disembah kecuali Alloh”.
Khobar “Laa ” harus ditaqdirkan “bi haqqi” (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan “maujud ” (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Alloh banyak sekali.
Hal itu akan berarti pula bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula disamping ibadah kepada Alloh. Ini Tentu kebathilan yang nyata.
B. RUKUN SYAHADAT.
"Laa ilaaha illalloh" memiliki 2 (dua) rukun, yaitu :
1. An-Nafyu atau peniadaan.
Ya'ni bahwa “Laa ilaha” membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap hukum selain hukum Allah dan segala apa yang disembah selain Alloh.
2. Al-Itsbat atau penetapan.
Ya'ni “illaa Alloh” adalah menetapkan bahwa tidak ada yang berhak menetapkan hukum kecuali Alloh dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.
Dalil dari kedua makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur’an, seperti diantaranya Firman Alloh 'Azza wa Jalla :
“Karena itu barangsiapa yang INGKAR kepada thoghut dan ber-IMAN kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat …” [QS. Al-Baqoroh : 256]
Dan masih banyak ayat yang lainnya lagi.
EMPAT HAL YANG HARUS DI NAFI' KAN TERKAIT RUKUN SYAHADAT, yaitu :
1. ALIHAH (sesembahan)
2. AL-ARBAB (pengatur)
3. AL-ANDAD (tandingan)
4. AT-THOGHUT (yang melampaui batas)
1. ALIHAH
ALIHAH adalah jamak dari ILAH
Yaitu apa-apa yang kamu maksudkan dengan sesuatu dari segi mendatangkan kebaikan atau menolak bahaya, maka kamu menjadikanya sebagai ILAH (sembahan)
Contoh : Jimat, benda bertuah, Pohon, kuburan atau patung yang dikeramatkan, syafa'at, dsb, bahkan HAWA NAFSU pun bisa menjadi ALIHAH
Dalilnya adalah Firman Alloh Ta’ala :
وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًۭا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًۭا
"Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ALIHAH kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa, yaghuts, yauq dan nasr". (QS. Nuh : 23).
Firman Alloh Ta’ala :
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلا ()
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ILAH. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?" (QS. Al- Furqon : 43)
2. AL ARBAB
ARBAB Jamak dari Robb
Yaitu yang memberi fatwa kepadamu dengan menyalahi yang haq dan engkau menta'atinya.
Firman Alloh Ta’ala :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai ARBAB selain Alloh dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah ILAH yang Esa, tidak ada ILAH (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan". (Qs. At-Taubah : 31)
Imam Turmudzi didalam kitab tafsirnya telah meriwayatkan dari 'Adi ibnu Hatim yang menyatakan bahwa ia pernah bertanya :
“Wahai Rosululloh mereka tidak menyembahnya (para rahib & Ulama-ulama)"
Rosululoh bersabda :
“Bal Innahum ahallu lakumulharooma wa harromu ‘alaihimulhalaala Fattaba’uhum, fazaalika ‘ibaadatuhum iyyakum”
(Bukankah mereka menghalalkan bagi pengikut2nya hal yang diharomkan dan mengharomkan yg halal, lalu para pengikut mereka menurutinya, yang demikian itulah penyembahan mereka kepada orang-orang 'alim dan para rahibnya". (Tafsir Ibnu Katsir Juz 8 hal.40)
Hak menetapkan syari'at (aturan) hanya milik Alloh Robbul’alamin, syari'at yang Alloh 'Azza qa Jalla tetapkan/diridhoinya (QS.5:3) untuk diterapkan atau diberlakukan adalah Islam (QS. 3:19). Maka menerapkan syari’at Islam adalah wajib hukumnya sedangkan menolak hukum Islam atau mengambil sebagian-sebagian bahkan mengambil aturan selain Islam, walaupun itu disepakati orang banyak adalah bagian dari memberikan hak Tasyri' kepada selain Alloh 'Azza wa Jalla.
Alloh Ta’ala berfirman :
وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
"..dan Jika kalian menta'ati mereka sesungguhnya kalian pasti menjadi orang-orang Musyrik”
(QS. Al An’am :121)
Dalam Tafsirnya Ibnu Katsir berkata : “Ya'ni Kalian menyimpang dari perintah Alloh dan syari'at-Nya yang telah ditetapkan-Nya kepada kalian, lalu kalian menempuh jalan yang lain dan kalian lebih menta'ati selain Alloh maka hal seperti ini dinamakan perbuatan Syirik.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Mujahid, Ad-Dhohak dan lain-lain yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf (Tafsir ibnu Katsir Juz 8 hal 39).
Muroja'ah : QS.42:21/QS.2:170/QS.4:60
3. AL ANDAD
ANDAD adalah Jamak dari Nidda Yaitu sesuatu yang bisa menarikmu dari Din Islam baik berupa pasangan suami/istri, Keluarga, Anak-anak, tempat tinggal atau harta
Firman Alloh Ta’ala :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imron : 14)
Firman Alloh Ta’ala :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (٢١)الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٢٢)
"Hai manusia, sembahlah Robb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizqi untukmu, karena itu janganlah kamu Mengadakan ANDAD bagi Alloh, Padahal kamu mengetahui". (QS. Al Baqoroh : 21-22)
4. THOGHUT.
Pengertian Thoghut secara bahasa adalah diambil dari kata طَغَى, artinya melampaui batas.
Alloh 'Azza wa Jalla berfirman :
إِنَّا لَمـَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ
“Sesungguhnya ketika air melampaui batas, Kami bawa kalian di perahu.” (QS. A
Haqqoh : 11).
Adapun menurut isthilah syari'at, definisi yang terbaik adalah yang disebutkan Ibnul Qoyyim rohimahulloh :
“(Thoghut) adalah setiap sesuatu yang melampui batasannya, baik yang disembah (selain Alloh 'Azza wa Jalla), berupa yang diikuti atau dita'ati (jika dia ridho diperlakukan demikian).”
Ibnul Qoyyim rohimahulloh juga berkata :
“Jika engkau perhatikan thoghut-thoghut di alam ini, tidak akan keluar dari tiga jenis golongan tersebut.”
Definisi lain, thoghut adalah : "Segala sesuatu yang diibadahi selain Alloh (dalam keadaan dia ridho)".
Al-Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh juga menjelaskan :
“Thoghut adalah segala sesuatu yang mana seorang hamba itu melampaui batas padanya, baik berupa sesuatu yang diibadahi atau diikuti atau dita'ati.
Maka thoghut adalah segala SESUATU YANG DIJADIKAN SEBAGAI PEMUTUS PERKARA oleh suatu kaum, selain Hukum Alloh dan Rosul-Nya, atau mereka ibadahi selain Alloh, atau mereka ikuti tanpa berdasarkan petunjuk dari Alloh, atau mereka ta'ati pada perkara yang mereka tidak tahu bahwa itu ketaatan kepada Alloh.
Inilah thoghut didunia ini, apabila engkau renungkan keadaan manusia bersama thoghut ini engkau akan melihat mereka kebanyakan berpaling dari berhukum kepada Alloh dan Rosul-Nya lalu berhukum kepada thoghut, dan berpaling dari menta'ati Alloh dan mengikuti rosul-Nya lalu menta'ati dan mengikuti thoghut.”
(A’lamul Muwaqqi’in I/50)
Syaikh Muhammad bin 'Abdul Wahhab rohimahulloh mengatakan :
والطاغوت : عام في كل ما عبد من دون الله، فكل ما عبد من دون الله، ورضي بالعبادة، من معبود، أو متبوع، أو مطاع في غير طاعة الله ورسوله، فهو طاغوت ؛ والطواغيت كثيرة، ورؤوسهم خمسة …………الثاني : الحاكم الجائر، المغير لأحكام الله تعالى، والدليل قوله تعالى : ( ألم تر إلى الذين يزعمون أنهم آمنوا بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك يريدون أن يتحاكموا إلى الطاغوت وقد أمروا أن يكفروا به ويريد الشيطان أن يضلهم ضلالاً بعيداً) النساء 60
“Thoghut adalah nama umum bagi setiap yang diibadahi selain Alloh. Segala yang diibadahi selain Alloh dan dia ridho, baik itu diibadahi, diikuti, dita'ati dalam keta'atan selain Alloh maka itu adalah thoghut.
Thoghut itu banyak, dan pembesarnya ada 5…:
yang kedua adalah Penguasa zholim yang MENGGANTI hukum-hukum Alloh 'Azza wa Jalla.
Dalilnya firman Alloh Ta'ala :
"Apakah kalian tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku beriman dengan apa yang diturunkan Alloh kepadamu (Muhammad) dan apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhukum kpada thoghut padahal mereka diperintah mengingkarinya. Dan syaithon bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesetan sejauh-jauhnya". -QS An Nisaa 60-.” (Duror As Saniyah 1/150)
Beliau juga menyebutkan bahwa thoghut adalah :
“Segala sesuatu yang diibadahi selain Alloh, diikuti dan dita'ati dalam perkara‐perkara yang bukan keta'atan kepada Alloh dan Rosul‐Nya, sedang ia ridho dengan peribadatan tersebut”.
Beliau juga menyebutkan :
“Thoghut itu sangat banyak, akan tetapi para pembesarnya ada lima, yaitu :
1. Syaithon yang mengajak untuk beribadah kepada selain Alloh.
2. Penguasa zholim yang mengganti hukum‐hukum Alloh.
3. Orang‐orang yang berhukum dengan selain hukum yang diturunkan Alloh.
4. Sesuatu selain Alloh yang mengaku mengetahui ilmu ghoib.
5. Sesuatu selain Alloh yang diibadahi dan dia ridho dengan peribadatan tersebut.
CARA MENGKUFURI THOGHUT.
Para 'ulama menerangkan bahwa mengkufuri thoghut terwujud dengan enam perkara yang ditunjukkan oleh Al-Qur`an :
1. Meyaqini bathilnya peribadatan kepada selain Alloh 'Azza wa Jalla.
2. Meninggalkannya dan meninggalkan peribadahan kepada selain Alloh 'Azza wa Jalla dengan hati, lisan, dan anggota badan.
3. Membencinya dengan hati dan mencercanya dengan lisan. Cercaan dengan lisan yaitu dengan cara menunjukkan dan menerangkan bahwa sesembahan selain Alloh adalah bathil dan tidak bisa memberikan manfa'at.
4. Mengkafirkan pengikut dan penyembah thoghut.
5. Memusuhi mereka dengan zhohir dan bathin, dengan hati dan anggota badan.
6. Menghilangkan sesembahan-sesembahan selain Alloh 'Azza wa Jall
selain Alloh 'Azza wa Jalla dengan tangan, jika ada kemampuan.
Ke 6 (enam) perkara ini telah dilakukan oleh Nabi Ibrohim 'alayhis salaam dan kita diperintahkan untuk meneladani beliau.
Alloh 'Azza wa Jalla berfirman :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
”Telah ada bagi kalian teladan yang baik pada diri Ibrkhim dan orang-orang yang bersamanya.” (QS. Al-Mumtahanah : 4).
Alloh 'Azza wa Jalla mewajibkan kepada seluruh hamba-Nya untuk mengkufuri thoghut dan beriman kepada Alloh.
Dan Alloh 'Azza wa Jalla mengutus Rosul-Nya untuk menda'wahkan masalah ini.
Alloh 'Azza wa Jalla berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
”Dan telah kami utus pada setiap umat seorang Rosul, (yang menyeru umatnya) : 'Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah oleh kalian thoghut.” (QS. An-Nahl : 36)
Kufur kepada thoghut merupakan syarat sah iman, sehingga tidak sah iman seseorang hingga mengingkari thoghut.
Alloh 'Azza wa Jalla berfirman :
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى
”Barangsiapa yang kufur kepada thoghut dan beriman kepada Alloh maka dia telah berpegang dengan tali yang kokoh.” (QS. Al-Baqoroh : 256)
C. SYARAT-SYARAT KALIMAT TAUHID لا اله الا الله.
Syarat-syarat Laa ilaaha illalloh ada 7 (tujuh), yaitu :
1. Al-'Ilmu (mengetahui).
Ya'ni pengetahuan dalam menafi'kan dan menetapkan.
Dan kebalikannya adalah Al-Jahl (kebodohan).
2. Al-Yaqin (meyaqini).
Dan kebalikannya adalah Asy-Syak dan Ar-Royb (kerag
Abu 'Azzam Hendra Albuitenzorgiy, [20.07.20 19:57]
uan).
3. Al-Ikhlash (ikhlas).
Dan kebalikannya adalah Asy-Syirku (syirik) dan Ar-Riya’ (riya).
4. Ash-Shidqu (membenarkan). Dan kebalikannya adalah Al-Kadzabu (mendustakan).
5. Al-Mahabbah (mencintai). Dan kebalikannya adalah Al-Karhu (membenci).
6. Al-'Inqiyadhu (menta'ati). Dan kebalikannya adalah At-Tarku (meninggalkan).
7. Al-Qobulu (menerima). Dan kebalikannya adalah Ar-Roddu (menolak).
Ada 'Ulama lain yang menambahnya menjadi :
8. Kufur kepada thoghut.
Syeikh Sulaiman ibn 'Abdillah ibn Muhammad rohimahulloh berkata :
"SESUNGGUHNYA PELAFALAN LAA ILAAH ILLA ALLOH TANPA MENGETAHUI MAKNANYA DAN TANPA MENGAMALKAN TUNTUNANNYA BERUPA KOMITMEN TERHADAP TAUHID, MENINGGALKAN SYIRIK DAN KUFUR KEPADA THOGHUT, MAKA SESUNGGUHNYA HAL ITU (SYAHADAT) TIDAK BERMANFAAT BERDASARKAN IJMA' PARA ULAMA."
(Kitab Taisir)
_Allahu A'lam_
Keindahan akhlak tegak di atas empat pilar yang menjadi dasar penopangnya, yaitu sabar, 'iffah, keberanian dan adil:
1. Sabar
Sifat ini akan mengajarkan kemampuan untuk menahan diri, menekan amarah, menahan gangguan, bersikap lembut, tenang, penuh perhatian dan menghin dari ketergesaan serta ketidak bijaksanaan.
2. ‘Iffah (Kehormatan Diri)
Sifat ini akan membimbing seseorang untuk menjauhi hal-hal buruk dan tercela baik dalam ucapan maupun perbuatan. Juga mendorong sifat malu yang merupakan pangkal kebaikan, serta mencegah perbuatan keji, bakhil, dusta, ghibah dan namimah.
3. Berani
Sifat ini menanamkan harga diri, kecintaan terhadap akhlak luhur, kemurahan hati, dan sifat dermawan, yang merupakan wujud keberanian jiwa untuk meninggalkan hal yang dicintai demi kebaikan.
5. Adil
Sifat ini membimbing seseorang untuk memiliki keseimbangan dalam sifat dan tindakan, menjauhkan diri dari sikap berlebihan maupun meremehkan.
PILAR AKHLAK HINA
Akhlak rendah dibangun di atas empat pilar : kebodohan, kezaliman, syahwat, dan amarah.
1. Bodoh
Sifat ini akan menjadikan seseorang memandang kebaikan sebagai keburukan dan keburukan sebagai kebaikan, serta menganggap kesempurnaan sebagai kekurangan dan kekurangan sebagai kesempurnaan.
2. Zalim
Sifat ini akanmembawa seseorang untuk menempatkan sesuatut idak pada tempatnya, marah di saat harusnya ridha, dan ridhadi saat harusnya marah.
3. Syahwat
Sifat ini menjerumuskan pada keserakahan, kebakhilan, hilangnya kehormatan diri, kerakusan, dan kerendahan moral.
4. Amarah
Sifat ini akan menghasilkan sifat sombong, dendam, iri hati, permusuhan dan kebodohan.
(Dikutip dari "Madarij AsSalikin" karya Ibnul Qayyim rahimahullah)
• Kedudukannya
Dari Jabir bin 'Abdillah -radhiyallohu 'anhu- beliau berkata:
"Aku berbaiat kepada Rosululloh -shallallohu 'alaihi wa sallam- untuk melaksanakan sholat, membayar zakat, dan memberi nasihat untuk setiap muslim"
— HR.Bukhari & Muslim
• Untuk Siapa Nasihat (Kebaikan) itu?
Dari Tamim Ad-Dari -radhiyallohu 'anhu-, bahwasanya Rosululloh -shallallohu 'alaihi wa sallam- bersabda:
"Agama adalah nasihat (menginginkan kebaikan)".Para sahabat bertanya: "Untuk siapa (kebaikan itu)?" Beliau menjawab, "Untuk Alloh,Kitab-Nya,Rasul-Nya,Para Imam umat Islam dan seluruh kaum Muslimin."
— HR. Bukhari & Muslim
• Hakikat Nasihat
Ibnu Hajar Al-Asqolani -rahimahulloh- menjelaskan dalam kitab "Fathul Bari":
• Nasihat (Kebaikan) Untuk Alloh Ta'ala
Mensifati-Nya dengan sifat-Nya yang seharusnya, merendahkan diri kepada-Nya secara terang-terangan maupun sembunyi, menginginkan kecintaan-Nya dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya dengan tidak bermaksiat kepada-Nya, dan berjihad memerangi orang yang bermaksiat kepada-Nya.
• Nasihat (Kebaikan) Untuk Kitabulloh
Yakni dengan mempelajarinya, mengajarkannya, menunaikan hak huruf-hurufnya dalam bacaannya, membenarkannya dalam tulisan, memahami maknanya, menjaga hukum-hukumnya, mengamalkan isinya, dan menolak pengarangan ahlul bathil terhadapnya.
• Nasihat (Kebaikan) Untuk Rosululloh -shallallohu 'alaihi wa sallam-
Memuliakannya, membelanya dalam keadaan hidup dan mati, menghidupkan kembali sunnahnya dengan mempelajari dan mengajarkannya, meneladaninya dalam perkataan dan perbuatannya, serta mencintainya dan para pengikutnya.
• Nasihat (Kebaikan) Untuk Para Imam Umat Islam
Yaitu dengan membantu mereka dalam apa yang telah mereka kerjakan, mengingatkan mereka ketika mereka lalai, mengisi pikiran mereka ketika mereka tersesat, berbicara kepada mereka, dan mengembalikan hati yang enggan kembali kepada mereka. Di antara nasihat terbesar untuk mereka adalah mencegah mereka dari berbuat kedzoliman dengan cara yang terbaik.
Di antara para imam kaum Muslimin adalah para imam dalam perkara ijtihad, dan nasihat untuk mereka adalah dengan menyebarkan ilmunya, menyebarkan keutamaannya, dan berbaik sangka kepada mereka.
• Nasihat (Kebaikan) Untuk Seluruh Kaum Muslimin
Berkasih sayang kepada mereka, mengusahakan hal-hal yang bermanfaat untuk mereka, mengajari mereka apa yang bermanfaat bagi mereka, menahan diri dari menyakiti mereka, dan mencintai untuk mereka apa yang dia sukai untuk dirinya sendiri, dan membenci untuk mereka apa yang dia benci untuk dirinya sendiri.
لقد تعلّمت العقيدة 20 عامًا ودرّستها وعلّمتها للناس 20 عامًا أُخرى
#Aku telah belajar ilmu aqidah selama 20 tahun dan mengajarkan kepada orang-orang ilmu tersebut selama 20 tahun pula.
فلمّا أذّن المؤذن للجهاد وذهبنا لملاقاة العدو إذا بي أولي دبري هاربًا مع صوت الرصاص والمدافع
#Lalu ketika dikumandangkan panggilan untuk berjihad aku pun turut serta, tapi baru mendengar rentetan tembakan dan dentuman bom nyaliku pun langsung ciut dan aku menjadi yang pertama kali mundur ke belakang.
وحزنت لنفسي كثيرًا كيف أنا العالِم الكبير أهرب مع أول مواجهه ويفتّ في عضدي كل ما أؤمن به وربيّت عليه الناس من عقيده وثبات لله
#Aku pun sangat bersedih, bagaimana mungkin aku yang dikenal sebagai seorang sebagai ulama besar tapi malah kabur dari medan perang?
#Seperti lenyap begitu saja semua yang telah aku ajarkan kepada manusia dari ilmu keyakinan dan keteguhan di jalan Allah.
حتى أخذت أُصلّي طوال الليل أسال الله الإخلاص والثبات واعتذرت إلى الله ما فعلت
#Sampai akhirnya aku melaksanakan sebuah shalat malam yang panjang dan aku memohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan aku meminta ampunanNya dari apa yang telah aku lakukan karena telah lari dari medan perang.
ثم يممت وجهي ناحية العدو وقاتلتهم وحدي فترة حتى ولوّا هاربين من أمامي
#Sampai kemudian aku diberi kesempatan lagi untuk bisa berhadapan dengan musuh, aku serang mereka dan aku dapati mereka justru yang lari tak mampu berhadapan denganku.
فعلمت وقتها أن ما بيني وبين الله هو إيماني وتقواي وليس كتبي ودروسي وعلمي الشرعي
#Sejak itulah aku menyadari bahwa hubunganku dengan Allah hanyalah iman dan takwa, bukan tentang banyaknya kitabku, jam terbang pengajaranku dan juga ilmu-ilmuku."
بسم الله الرحمن الرحيم
Dua bentuk syirik yang paling dahsyat menghantam umat saat ini adalah Syirik kubur & syirik qushur. Syirik karena orang mati (syirik kubur). yakni mendatangi penghuni kubur lalu bertawasul dengannya. Dan syirik karena orang hidup (syirik qushur/istana). yakni menaati aturan/hukum para penguasa yang bertentangan dengan hukum Allah. Atau menaatinya dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Seorang muslim yang bertauhid dan benar dalam beraqidah, akan mengomentari kedua syirik ini. Jika dia hanya membicarakan syirik kubur saja dan tidak membicarakan syirik qushur, ketahuilah bahwa aqidah dan tauhidnya itu bermasalah.
Sekarang ini syirik kubur tidak lagi terlalu membahayakan bagi sebagian gol intelektual. Syirik yang sangat berbahaya saat ini adalah penghalalan dan pengharaman. SELURUH PARA FUQAHA SEPAKAT, SIAPA YANG MENGHARAMKAN PERKARA YANG HALAL, IA TELAH KAFIR DAN SIAPA YANG MENGHALALKAN PERKARA YANG HARAM, IA TELAH KAFIR.
Perizinan, pelegalan pembuatan dan penjualan miras, bukankah ini penghalalan? Perizinan, pelegalan klub-klub malam tempat tarian telanjang, bukankah ini penghalalan? Mengharamkan dan mengkriminalkan jihad, bukankah ini pengharaman?
Sungguh, orang yang menghukumi pelaku syirik kubur sebagai musyrik, tapi tidak menghukumi pelaku syirik istana sebagai musyrik, mereka itu orang-orang yang bermasalah dalam aqidah dan tauhidnya.
Itulah kenapa ada da'i penyeru tauhid yang mendapat gangguan dan ada yang aman-aman saja. Ada penyeru tauhid yang karenanya dia digantung, ada yang karenanya dia kenyang. Ada penyeru tauhid yang karenanya dia dipenjara, ada yang karenanya dia mendapat makanan. Ada penyeru tauhid yang karenanya dia tersiksa, ada yang karenanya dia mendapat gaji. Ada penyeru tauhid yang karenanya dia terbunuh, ada yang karenanya dia mendapat tempat, fasilitas dan kehormatan.
Jika engkau bertanya, kenapa ada da’i yang bebas keluar masuk gerbang penguasa tiran, dan ada da’i yang justru dikejar-kejar, dimusuhi, ditangkap, disiksa bahkan dibunuh?
Orang cerdas dan mempunyai hati yang hidup akan mengetahui jawabannya.
والله أعلمُ بالـصـواب
Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah Saw bersabda :
“Sesungguhnya manusia masuk agama Islam secara berbondong-bondong, dan mereka juga akan keluar dari agama Isalm secara berbondong-bondong.” (HR Imam Ahmad)
فروى الحاكم في التاريخ من حديث عبدالله بن عمر قال : قال رسول الله صل الله عليه وسلم سيأتي على الناس زمان ما يبقى من القران إلارسمه ولا من الإسلام إلا إسمه، يتسمون به وهم أبعد الناس منه مساجدهم عامرة وهي خراب من الهدى فقهاء ذلك الزمان شر فقهاء تحت ظل السماء منهم خرجت الفتنة وإليهم تعود
Dalam kitab Tarikh, Imam Al Hakim menceritakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Akan datang suatu zaman, di mana tidak ada lagi Al Qur’an melainkan hanya tulisannya saja, dan tidak pula agama Islam, melainkan hanya namanya saja. Masjid-masjidnya ramai, tetapi hampa dari petunjuk ulama. Pada zaman itu banyak ulama’-ulama’ buruk (perilakunya) tersebar di bawah langit. Dari mereka menucullah fitnah, dan kepada mereka pula fitnah itu kembali.”
Imam Ad Dailimi meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Umar, beliau mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
سيأتي على الناس زمان يصلى في المسجد منهم ألف رجل أو زيادة لا يكون فيهم مؤمن
“Akan datang suatu zaman, di mana ada ribuan manusia atau lebih, mereka sama melaksanakan shalat di sebuah masjid, melainkan tiada satupun dari mereka yang mukmin.”
Imam Thabrani dan Abu Nu’aim dalam kitab Hilyah menyebutkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, yang mengatakan bahwasanya Rasululah Saw bersabda :
يؤذن المؤذن ويقيم الصلاة قوم وما هم بمؤمنين
“Mu’adzin suatu kaum mengumandangkan adzan dan iqomat untuk melaksanakan shalat, melainkan mereka tidaklah beriman.”
Imam Hakim menyebutkan sebuah hadits dalam kitab Mustadrok yang diriwayatkan dari Sufyan, dari A’masy, dari Khoitsamah dari Abdullah bin Amr bin Ash, beliau mengatakan :
يأتي على الناس زمان يجتمعون في المساجد ليس فيهم مؤمن
“Akan datang suatu zaman, di mana manusia sama berkumpul di dalam masjid, tetapi mereka tidaklah beriman.”
Abu Syuaib Al Haroni, juga meriwayatkan hadits di atas dalam kitab Fawaid, melalui sanad Imam Fudlail bin ‘Iyadl dari A’masy dengan sanadnya, beliau mengatakan :
يأتي على الناس زمان يحجون ويصلون ويصومون وما فيهم مؤمن
“Akan datang suatu zaman di mana manusia sama naik haji, melaksanakan shalat dan berpuasa, tetapi tidaklah mereka beriman.”
** Masih katakan murtad itu tidak akan terjadi selama dia sengaja untuk murtad?
Ketahuilah murtad bisa saja tanpa sadar, sedangkan dia beranggapan melakukan hal yang baik tapi itu tidak beguna baginya, yang di nilai itu adalah apakah dia berjalan sesuai dengan Diin islam yang lurus?
Di Akhir fase menuju hari kiamat ini, manusia di tawarkan dengan Agama Baru yang bernama Millah Democrazy, suatu manhaj yang penuh dengan kesyirikan dan kekafiran, suatu manhaj yang mengatakan kekuasaan berada di tangan Rakyat (Sirik Akbar).
Agama baru ini telah di masuki dan disembah oleh manusia setelah Runtuhnya kekhilafahan islam yg terakhir,,,sejak saat itu siapapun yg tdk mau bermillah dengan millah ini maka akan disebut sebagai diktator, terbelakang bahkan dikucilkan oleh negara2 yg telah memasuki millah ini dan klompok lainnya.
Na”am Agama mereka adalah #Democrasi
salah satu syariat merka yg terkenal adalah #Nasionalisme
Aqidah merek adalah Menolak #Hukum_Allah.
prinsif mereka adalah berdamai di atas #kekafiran dan #kemusrikan
والله أعلمُ بالـصـواب
(1). Ditanyakan kepada Imam Malik رحمه الله :
"Bagaimana kabarmu pagi ini ?" Maka beliau pun menjawab : "Umur semakin berkurang, dan dosa semakin bertambah" (Kitab Syarah al-Muwattha' I/54 oleh az-Zarqaani)
(2). Ada yang bertanya kepada Abdul Aziz bin Abi Rawwad : "Bagaimana kabarmu pagi ini ?" Dia menangis dan berkata : "Demi Allah, pagi ini aku dalam keadaan sangat lalai dari kematian, padahal banyak dosa2 yang telah menyelimutiku. Kematian terasa begitu cepat setiap hari mendekati umurku, sedangkan aku tidak tahu tempat peristirahatan mana yang akan aku masuki ?" Kemudian dia pun menangis" (Shifatush Shafwah II/229)
(3). Sa'iid bin as-Saa-ib senantiasa dalam keadaan takut kepada Allah. Dikisahkan air matanya tidak pernah kering. Air matanya pun senantiasa mengucur sepanjang tahun...
Jika shalat, ia menangis. Jika thawaf, ia pun menangis. Jika duduk membaca al-Qur'an, ia pun menangis. Jika engkau menemuinya di jalan, ia sedang menangis. Kendati demikan, apabila ia ditanya : "Bagaimanakah kabarmu pagi ini ? (sakit ?)" Dia pun menjawab : "Pagi ini, aku menunggu datangnya ajal kematian tanpa adanya persiapan maksimal" (lihatlah Shifatus Shafwah II/273, Imam Ibnul Jauzi)
Wahai saudaraku, bagaimanakah kabarmu ? Ketika kita yang ditanya, niscaya yang kita pikirkan semata-mata kesehatan jasmani. Tapi lihatlah para ulama, maka jawabannya mereka berbeda dengan jawaban kita. Yang mereka pikirkan adalah bagaimana kondisi keimanan & ketaatan yang mereka takutkan tidak mendapatkan keselamatan pada saat kematian dan juga kehidupan setelahnya...
---------------------------
Silahkan di 'safe' & 'copy' kemudian di pelajari hadis-hadis seputarJihad" yang sudah di kompilasi oleh 'Imam Maliki' (94 H-179 H).
Beliau Imam pemuka mahzab Maliki salah satu dari Madzhab Sunni yang empat. Berjuluk 'Imam daar al-Hijrat' (Imam dari kota Madinah). Berguru kepada para tabiin, para cerdik pandai dan para ahli hukum Islam kota Nabawi. Dia dipandang sebagai perawi hadits Madinah yang paling terpercaya dan sanad (rangkaian perawi hadits) paling 'tsiqah' (terpercaya). Dia juga menguasai fatwa-fatwa 'Umar bin Khattab', 'Abdullah bin Umar bin Khattab' dan 'Aisyah binti Abu Bakar' serta muridnya.
Hadis-hadis di bawah juga merupakan rujukan shahih untuk ikhwah bagi ingin mengetahui hukum atau 'fiqih jihad.'
Motivasi jihad
----------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الدَّائِمِ الَّذِي لَا يَفْتُرُ مِنْ صَلَاةٍ وَلَا صِيَامٍ حَتَّى يَرْجِعَ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan mujahid yang berperang di jalan Allah, seperti orang yang berpuasa dan shalat; ia tidak buka dari puasanya dan tidak berhenti dari shalat hingga ia kembali (perang) ."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَكَفَّلَ اللَّهُ لِمَنْ جَاهَدَ فِي سَبِيلِهِ لَا يُخْرِجُهُ مِنْ بَيْتِهِ إِلَّا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِهِ وَتَصْدِيقُ كَلِمَاتِهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ يَرُدَّهُ إِلَى مَسْكَنِهِ الَّذِي خَرَجَ مِنْهُ مَعَ مَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah menjamin orang yang berjihad di jalan-Nya; ia tidak keluar dari rumahnya kecuali berjihad di jalan-Nya dan membenarkan kalimat-Nya, untuk memasukkannya ke dalam surga. Atau mengembalikannya ke tempat asalnya saat ia berangkat dengan memperoleh dan atau ghanimah."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْخَيْلُ لِرَجُلٍ أَجْرٌ وَلِرَجُلٍ سِتْرٌ وَعَلَى رَجُلٍ وِزْرٌ فَأَمَّا الَّذِي هِيَ لَهُ أَجْرٌ فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأَطَالَ لَهَا فِي مَرْجٍ أَوْ رَوْضَةٍ فَمَا أَصَابَتْ فِي طِيَلِهَا ذَلِكَ مِنْ الْمَرْجِ أَوْ الرَّوْضَةِ كَانَ لَهُ حَسَنَاتٌ وَلَوْ أَنَّهَا قُطِعَتْ طِيَلَهَا ذَلِكَ فَاسْتَنَّتْ شَرَفًا أَوْ شَرَفَيْنِ كَانَتْ آثَارُهَا وَأَرْوَاثُهَا حَسَنَاتٍ لَهُ وَلَوْ أَنَّهَا مَرَّتْ بِنَهَرٍ فَشَرِبَتْ مِنْهُ وَلَمْ يُرِدْ أَنْ يَسْقِيَ بِهِ كَانَ ذَلِكَ لَهُ حَسَنَاتٍ فَهِيَ لَهُ أَجْرٌ وَرَجُلٌ رَبَطَهَا تَغَنِّيًا وَتَعَفُّفًا وَلَمْ يَنْسَ حَقَّ اللَّهِ فِي رِقَابِهَا وَلَا فِي ظُهُورِهَا فَهِيَ لِذَلِكَ سِتْرٌ وَرَجُلٌ رَبَطَهَا فَخْرًا وَرِيَاءً وَنِوَاءً لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَهِيَ عَلَى ذَلِكَ وِزْرٌ وَسُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْحُمُرِ فَقَالَ لَمْ يُنْزَلْ عَلَيَّ فِيهَا شَيْءٌ إِلَّا هَذِهِ الْآيَةُ الْجَامِعَةُ الْفَاذَّةُ } فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ {
. Telah menceritakan kepadaku dari dari Malik dari Zaid bin Aslam dari Abu Shalih As Samman dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kuda bagi seorang laki-laki bisa menjadi pahala, bagi laki-laki lain bisa menjadi penutup, dan bagi laki-laki lain bisa menjadi dosa. Adapun kuda yang mendatangkan pahala adalah; seorang laki-laki membawa kudanya di jalan Allah, lalu ia membiarkannya di padang rumput atau di sebuah taman yang indah. Maka apapun yang menempel pada kuda tersebut dalam pengembalaannya di padang rumput, atau taman tersebut, maka pemiliknya akan mendapatkan kebaikan. Seandainya kuda tersebut terputus dari pengembalaannya kemudian dia terus mengikuti jejak melalui tempat-tempat yang tinggi, maka jejak-jejak dan kotoran-kotoran kudanya itu akan dibalas dengan kebaikan-kebaikan. Seandainya kuda tersebut melewati sebuah sungai lalu meminum airnya, sedang pemiliknya tidak menghendakinya minum, maka itu akan menjadi kebaikan-kebaikan bagi dirinya, dan semuanya itu menjadi pahala bagi pemiliknya. Sedangkan orang yang telah mengikat kudanya karena dia ingin menjauhkan dari ketergantungan dari manusia dan menjaga diri dari dosa, dengan tidak melupakan hak Allah di dalam leher-lehernya atau punggung-punggungnya, maka hal itu menjadi penutup. Adapun seseorang yang telah mengikat kudanya karena perasaan bangga, riya' dan menentang kepada orang Islam maka baginya dosa." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang keledai, maka beliau menjawab: "Belum turun kepadaku sesuatu pun tentang itu kecuali hanya ayat yang global ini, yaitu ayat: '(Barangsiapa yang beramal kebaikan sebesar biji sawi maka dia akan melihatnya kelak. Dan barangsiapa yang beramal kejelekan sebesar biji sawi maka dia juga akan melihatnya kelak) '. (Qs. Az Zalzalah: 7-8) "
و حَدَّثَنِي عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَعْمَرٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِ النَّاسِ مَنْزِلًا رَجُلٌ آخِذٌ بِعِنَانِ فَرَسِهِ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِ النَّاسِ مَنْزِلًا بَعْدَهُ رَجُلٌ مُعْتَزِلٌ فِي غُنَيْمَتِهِ يُقِيمُ الصَّلَاةَ وَيُؤْتِي الزَّكَاةَ وَيَعْبُدُ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
. Telah menceritakan kepadaku dari Abdullah bin Abdurrahman bin Ma'mar Al Anshari dari 'Atha bin Yasar berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maukah saya beritahukan kepada kalian tentang manusia yang paling bagus kedudukannya? Yaitu seseorang yang memegang tali kekang kuda untuk berjihad di jalan Allah. Maukah saya beritahukan kepada kalian tentang manusia yang paling bagus kedudukannya setelah itu? Yaitu seseorang yang berdiam di tempat kesendiriannya, ia senantiasa shalat malam, menunaikan zakat serta beribadah kepada Allah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَادَةُ بْنُ الْوَلِيدِ بْنِ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ بَايَعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْيُسْرِ وَالْعُسْرِ وَالْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ وَأَنْ نَقُولَ أَوْ نَقُومَ بِالْحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّا لَا نَخَافُ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Ubadaah bin Al Walid bin Ubadah bin Ash-Shamit dari Bapaknya dari Kakeknya ia berkata, "Kami telah berbai'at kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk selalu mendengar dan taat, baik pada waktu mudah ataupun sulit, dalam keadaan semangat ataupun terpaksa, untuk tidak menentang pemerintahnya, serta selalu berkata atau menegakkan kebenaran di mana pun kami berada, untuk tidak takut dalam menegakkan urusan karena Allah meskipun mendapat celaan."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ قَالَ كَتَبَ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ يَذْكُرُ لَهُ جُمُوعًا مِنْ الرُّومِ وَمَا يَتَخَوَّفُ مِنْهُمْ فَكَتَبَ إِلَيْهِ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ مَهْمَا يَنْزِلْ بِعَبْدٍ مُؤْمِنٍ مِنْ مُنْزَلِ شِدَّةٍ يَجْعَلْ اللَّهُ بَعْدَهُ فَرَجًا وَإِنَّهُ لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ وَأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي كِتَابِهِ } يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ {
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Zaid bin Aslam berkata; "Abu Ubaidah bin Al Jarrah menulis surat kepada Umar bin Al Khattab tentang jumlah pasukan Ramawi dan ketakutan (kaum muslimin) terhadap mereka. Lalu Umar bin Khattab membalas kepadanya; "Amma ba'du: Sekiranya turun penderitaan kepada seorang hamba yang beriman, niscaya Allah akan menjadikan kemudahan setelah itu. Sesungguhnya satu kesulitan tidak akan bisa mengalahkan dua kemudahan, Allah berfirman dalam kitab-Nya: '(Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung) ' (Qs. Ali Imran: 200)
Larangan membawa alquran ke negeri musuh
--------------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُسَافَرَ بِالْقُرْآنِ إِلَى أَرْضِ الْعَدُوِّ قَالَ مَالِك وَإِنَّمَا ذَلِكَ مَخَافَةَ أَنْ يَنَالَهُ الْعَدُوُّ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Nafi' dari Abdullah bin Umar ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang seseorang bepergian dengan membawa Al Qur'an ke tempat musuh." Malik berkata; "Yang demikian itu dikhawatirkan bahwa musuh akan mengambilnya."
Larangan membunuh wanita dan anak-anak ketika perang
-------------------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنٍ لِكَعْبِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبٍ أَنَّهُ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِينَ قَتَلُوا ابْنَ أَبِي الْحُقَيْقِ عَنْ قَتْلِ النِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ قَالَ فَكَانَ رَجُلٌ مِنْهُمْ يَقُولُ بَرَّحَتْ بِنَا امْرَأَةُ ابْنِ أَبِي الْحُقَيْقِ بِالصِّيَاحِ فَأَرْفَعُ السَّيْفَ عَلَيْهَا ثُمَّ أَذْكُرُ نَهْيَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكُفُّ وَلَوْلَا ذَلِكَ اسْتَرَحْنَا مِنْهَا
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Ibnu Syihab dari salah seorang anak Ka'ab bin Malik berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang orang-orang yang telah membunuh Ibnu Abu Al Huqaiq untuk membunuh wanita dan anak-anak." 'Abdurrahman berkata; "Salah seorang dari mereka berkata, "Isteri Ibnu Abu Al Huqaiq telah menyusahkan kita dengan teriakannya, aku lalu mengangkat pedangku untuk membunuhnya, namun aku teringat dengan larangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka aku pun mengurungkan niatku. Seandainya tidak ada larangan itu niscaya aku akan membunuhnya."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى فِي بَعْضِ مَغَازِيهِ امْرَأَةً مَقْتُولَةً فَأَنْكَرَ ذَلِكَ وَنَهَى عَنْ قَتْلِ النِّسَاءِ وَالصِّبْيَانِ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Nafi' dari Ibnu 'Umar berkata, "Pada sebagian peperangannya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat wanita (terbunuh), lalu beliau mengingkari hal tersebut. kemudian beliau melarang membunuh kaum wanita dan anak-anak.”
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ بَعَثَ جُيُوشًا إِلَى الشَّامِ فَخَرَجَ يَمْشِي مَعَ يَزِيدَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ وَكَانَ أَمِيرَ رُبْعٍ مِنْ تِلْكَ الْأَرْبَاعِ فَزَعَمُوا أَنَّ يَزِيدَ قَالَ لِأَبِي بَكْرٍ إِمَّا أَنْ تَرْكَبَ وَإِمَّا أَنْ أَنْزِلَ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ مَا أَنْتَ بِنَازِلٍ وَمَا أَنَا بِرَاكِبٍ إِنِّي أَحْتَسِبُ خُطَايَ هَذِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قَالَ لَهُ إِنَّكَ سَتَجِدُ قَوْمًا زَعَمُوا أَنَّهُمْ حَبَّسُوا أَنْفُسَهُمْ لِلَّهِ فَذَرْهُمْ وَمَا زَعَمُوا أَنَّهُمْ حَبَّسُوا أَنْفُسَهُمْ لَهُ وَسَتَجِدُ قَوْمًا فَحَصُوا عَنْ أَوْسَاطِ رُءُوسِهِمْ مِنْ الشَّعَرِ فَاضْرِبْ مَا فَحَصُوا عَنْهُ بِالسَّيْفِ وَإِنِّي مُوصِيكَ بِعَشْرٍ لَا تَقْتُلَنَّ امْرَأَةً وَلَا صَبِيًّا وَلَا كَبِيرًا هَرِمًا وَلَا تَقْطَعَنَّ شَجَرًا مُثْمِرًا وَلَا تُخَرِّبَنَّ عَامِرًا وَلَا تَعْقِرَنَّ شَاةً وَلَا بَعِيرًا إِلَّا لِمَأْكَلَةٍ وَلَا تَحْرِقَنَّ نَحْلًا وَلَا تُغَرِّقَنَّهُ وَلَا تَغْلُلْ وَلَا تَجْبُنْ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq mengirim pasukan ke negeri Syam, lalu dia ikut keluar bersama Yazid bin Abu Sufyan yang saat itu memimpin seperempat dari tentara tersebut. Orang-orang berkeyakinan bahwa Yazid pernah berkata kepada Abu Bakar, "Engkau naik, atau aku yang turun." Abu Bakar berkata; "Janganlah kamu turun agar saya mengendarai kendaraan. Saya telah meniatkan langkah-langkahku ini hanya di jalan Allah." Kemudian Abu Bakar berkata kepadanya; "Kalian akan mendapatkan suatu kaum yang mengklaim bahwa mereka telah menahan dirinya untuk Allah, maka jauhilah mereka dan apa yang mereka sangkakan. Kamu juga akan mendapatkan suatu kaum yang menggunduli bagian tengah kepala mereka, maka pukullah apa yang mereka cukur tersebut dengan pedang. Sungguh saya berwasiat kepadamu dengan sepuluh perkara: jangan sekali-kali kamu membunuh wanita, anak-anak dan orang yang sudah tua. Jangan memotong pohon yang sedang berbuah, jangan merobohkan bangunan, jangan menyembelih kambing ataupun unta kecuali hanya untuk dimakan, jangan membakar pohon kurma atau menenggelamkannya. Dan janganlah berbuat ghulul atau menjadi seorang yang penakut."
Seseorang yang diberi sesuatu saat perang fii sabilillah
------------------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا أَعْطَى شَيْئًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ إِذَا بَلَغْتَ وَادِيَ الْقُرَى فَشَأْنَكَ بِهِ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Nafi' dari Abdullah bin Umar bahwa jika dia memberikan sesuatu di jalan Allah, dia akan berkata kepada yang menggunakannya: Jika kamu telah sampai di sebuah lembah sebuah desa maka itu terserah kamu.
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ كَانَ يَقُولُ إِذَا أُعْطِيَ الرَّجُلُ الشَّيْءَ فِي الْغَزْوِ فَيَبْلُغُ بِهِ رَأْسَ مَغْزَاتِهِ فَهُوَ لَهُ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id bahwa Sa'id Ibnul Musayyab berkata; "Jika seseorang diberi sesuatu dalam sebuah peperangan, lalu dia sampai lokasi keberangkatan perang, maka barang itu menjadi miliknya."
Hal-hal yang perlu diketahui masalah nafl (pemberian tambahan)
--------------------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ سَرِيَّةً فِيهَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ قِبَلَ نَجْدٍ فَغَنِمُوا إِبِلًا كَثِيرَةً فَكَانَ سُهْمَانُهُمْ اثْنَيْ عَشَرَ بَعِيرًا أَوْ أَحَدَ عَشَرَ بَعِيرًا وَنُفِّلُوا بَعِيرًا بَعِيرًا
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Nafi' dari Abdullah bin Umar berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengutus pasukan yang di dalamnya ada Abdullah bin Umar menuju Najd, lalu mereka mendapatkan rampasan perang berupa unta yang banyak. Sehingga mereka mendapatkan bagian sebanyak dua belas atau sebelas unta, dan mereka juga diberi tambahan satu unta per orang."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّهُ سَمِعَ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يَقُولُ كَانَ النَّاسُ فِي الْغَزْوِ إِذَا اقْتَسَمُوا غَنَائِمَهُمْ يَعْدِلُونَ الْبَعِيرَ بِعَشْرِ شِيَاهٍ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id bahwa ia mendengar Sa'id bin Musayyab berkata; "Orang-orang (kaum muslimin) jika membagi harta ghanimah dari peperangan, mereka mensetarakan satu ekor unta dengan sepuluh kambing."
Salab (Semua perlengkapan yang dikenakan prajurit musuh yang terbunuh)
------------------------------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ كَثِيرِ بْنِ أَفْلَحَ عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ مَوْلَى أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِيٍّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ حُنَيْنٍ فَلَمَّا الْتَقَيْنَا كَانَتْ لِلْمُسْلِمِينَ جَوْلَةٌ قَالَ فَرَأَيْتُ رَجُلًا مِنْ الْمُشْرِكِينَ قَدْ عَلَا رَجُلًا مِنْ الْمُسْلِمِينَ قَالَ فَاسْتَدَرْتُ لَهُ حَتَّى أَتَيْتُهُ مِنْ وَرَائِهِ فَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ عَلَى حَبْلِ عَاتِقِهِ فَأَقْبَلَ عَلَيَّ فَضَمَّنِي ضَمَّةً وَجَدْتُ مِنْهَا رِيحَ الْمَوْتِ ثُمَّ أَدْرَكَهُ الْمَوْتُ فَأَرْسَلَنِي قَالَ فَلَقِيتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ فَقُلْتُ مَا بَالُ النَّاسِ فَقَالَ أَمْرُ اللَّهِ ثُمَّ إِنَّ النَّاسَ رَجَعُوا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَتَلَ قَتِيلًا لَهُ عَلَيْهِ بَيِّنَةٌ فَلَهُ سَلَبُهُ قَالَ فَقُمْتُ ثُمَّ قُلْتُ مَنْ يَشْهَدُ لِي ثُمَّ جَلَسْتُ ثُمَّ قَالَ مَنْ قَتَلَ قَتِيلًا لَهُ عَلَيْهِ بَيِّنَةٌ فَلَهُ سَلَبُهُ قَالَ فَقُمْتُ ثُمَّ قُلْتُ مَنْ يَشْهَدُ لِي ثُمَّ جَلَسْتُ ثُمَّ قَالَ ذَلِكَ الثَّالِثَةَ فَقُمْتُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَكَ يَا أَبَا قَتَادَةَ قَالَ فَاقْتَصَصْتُ عَلَيْهِ الْقِصَّةَ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ صَدَقَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَسَلَبُ ذَلِكَ الْقَتِيلِ عِنْدِي فَأَرْضِهِ عَنْهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ لَا هَاءَ اللَّهِ إِذًا لَا يَعْمِدُ إِلَى أَسَدٍ مِنْ أُسْدِ اللَّهِ يُقَاتِلُ عَنْ اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَيُعْطِيكَ سَلَبَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَ فَأَعْطِهِ إِيَّاهُ فَأَعْطَانِيهِ فَبِعْتُ الدِّرْعَ فَاشْتَرَيْتُ بِهِ مَخْرَفًا فِي بَنِي سَلِمَةَ فَإِنَّهُ لَأَوَّلُ مَالٍ تَأَثَّلْتُهُ فِي الْإِسْلَامِ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Yahya bin Sa'id dari 'Amru bin Katsir bin Aflah dari Abu Muhammad mantan budak Abu Qatadah bin Rib'i, dari Abu Qatadah bin Rib'i ia berkata; "Kami berangkat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada perang Hunain, tatkala kami bertemu (dengan musuh), kaum muslimin bercerai-berai." Abu Qatadah berkata; "Aku melihat seorang musyrik tengah mengincar seorang muslim, maka aku mencarinya hingga mendapatinya dari arah belakang. Aku lalu menebasnya dengan pedang tepat pada bagian leher. Orang musyrik tadi menghadap ke arahku dan merangkulku dengan kuat hingga aku dapat merasakan hawa kematiannya. Dan tidak lama kemudian iapun mati. Lalu saya pergi membawanya." Abu Qatadah berkata; "Lalu aku bertemu Umar bin Khattab, maka aku pun berkata, "Apa yang terjadi dengan orang-orang musyrik? ' Umar menjawab; "Ini sudah menjadi ketentuan Allah Ta'ala." Kemudian orang-orang muslim kembali pulang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Barangsiapa membunuh musuh dan bisa membuktikannya, maka baginya harta yang dibawa musuh itu." Abu Qatadah berkata; "Aku lalu berdiri dan bertanya; 'Siapa yang bisa menjadi saksi bagiku?" Kemudian aku duduk kembali. Beliau bersabda lagi: 'Barangsiapa membunuh musuh dan bisa membuktikannya, maka baginya harta yang dibawa musuh itu.'" Abu Qatadah berkata; "Aku lalu berdiri dan berkata; 'Siapa yang bisa menjadi saksi bagiku?" Kemudian aku duduk kembali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda untuk yang ketiga kalinya, lalu aku berdiri, ketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: 'Apa yang terjadi padamu wahai Abu Qatadah? '." Abu Qatadah berkata, "Lalu aku ceritakan kisah tersebut. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri dan berkata; "Benar wahai Rasulullah, dan harta rampasan yang dibunuh itu ada padaku. Relakankan barang itu untukku, wahai Rasulullah! ' Abu Bakar berkata; 'Tidak, demi Allah. Kalau begitu caranya, itu berarti ada salah satu dari singa-singa Allah berperang karena Allah dan Rasul-Nya, tetapi hartanya diberikan kepada kamu! " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Benar kata dia, berikanlah kepadanya harta itu, ' laki-laki tersebut lalu memberikan harta rampasannya kepadaku. Maka senjata-senjata tersebut aku jual dan aku belikan sebidang kebun yang hendak panen di Bani Salimah. Harta itu adalah harta pertama yang saya peroleh dalam Islam."
و حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ أَنَّهُ قَالَ سَمِعْتُ رَجُلًا يَسْأَلُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ عَنْ الْأَنْفَالِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ الْفَرَسُ مِنْ النَّفَلِ وَالسَّلَبُ مِنْ النَّفَلِ قَالَ ثُمَّ عَادَ الرَّجُلُ لِمَسْأَلَتِهِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ ذَلِكَ أَيْضًا ثُمَّ قَالَ الرَّجُلُ الْأَنْفَالُ الَّتِي قَالَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ مَا هِيَ قَالَ الْقَاسِمُ فَلَمْ يَزَلْ يَسْأَلُهُ حَتَّى كَادَ أَنْ يُحْرِجَهُ ثُمَّ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ أَتَدْرُونَ مَا مَثَلُ هَذَا مَثَلُ صَبِيغٍ الَّذِي ضَرَبَهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Ibnu Syihab dari al Qasim bin Muhammad ia berkata; Aku mendengar seorang lelaki bertanya kepada Abdullah bin Abbas tentang Al Anfal (harta rampasan) . Ibnu Abbas menjawab, "Seekor kuda itu termasuk ghanimah, begitu juga senjata atau perhiasan yang di dapat dari orang yang dibunuh." al Qasim berkata; "Laki-laki tadi mengulang pertanyaannya." Ibnu Abbas juga menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian lelaki itu bertanya lagi tentang Al Anfal yang termaktub di dalam Al Qur'an, lelaki itu terus saja bertanya, sehingga hampir-hampir saja Ibnu Abbas mengusirnya pergi. Setelah itu Ibnu Abbas berkata, "Apakah kamu tahu perumpamaan orang ini? Yaitu seperti Shabigh yang dipukul oleh Umar bin Khattab."
Memberi nafl dari seperlima ghanimah
-------------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّهُ قَالَ كَانَ النَّاسُ يُعْطَوْنَ النَّفَلَ مِنْ الْخُمُسِ قَالَ مَالِك وَذَلِكَ أَحْسَنُ مَا سَمِعْتُ إِلَيَّ فِي ذَلِكَ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abu Az Zinad dari Sa'id bin Musayyab berkata; "Orang-orang (peserta Perang) juga diberi tambahan harta dari yang seperlima." Malik berkata; "Itu adalah hadits terbaik yang saya dengar dalam masalah ini."
Ghulul (mengambil rampasan sebelum dibagi-bagi)
-----------------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ صَدَرَ مِنْ حُنَيْنٍ وَهُوَ يُرِيدُ الْجِعِرَّانَةَ سَأَلَهُ النَّاسُ حَتَّى دَنَتْ بِهِ نَاقَتُهُ مِنْ شَجَرَةٍ فَتَشَبَّكَتْ بِرِدَائِهِ حَتَّى نَزَعَتْهُ عَنْ ظَهْرِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُدُّوا عَلَيَّ رِدَائِي أَتَخَافُونَ أَنْ لَا أَقْسِمَ بَيْنَكُمْ مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ مِثْلَ سَمُرِ تِهَامَةَ نَعَمًا لَقَسَمْتُهُ بَيْنَكُمْ ثُمَّ لَا تَجِدُونِي بَخِيلًا وَلَا جَبَانًا وَلَا كَذَّابًا فَلَمَّا نَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِي النَّاسِ فَقَالَ أَدُّوا الْخِيَاطَ وَالْمِخْيَطَ فَإِنَّ الْغُلُولَ عَارٌ وَنَارٌ وَشَنَارٌ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ ثُمَّ تَنَاوَلَ مِنْ الْأَرْضِ وَبَرَةً مِنْ بَعِيرٍ أَوْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لِي مِمَّا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ وَلَا مِثْلُ هَذِهِ إِلَّا الْخُمُسُ وَالْخُمُسُ مَرْدُودٌ عَلَيْكُمْ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abdu Rabbih bin Sa'id dari 'Amru bin Syu'aib berkata, "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali dari Hunain, beliau menuju Ji'ranah. Orang-orang bertanya kepada beliau hingga unta beliau mendekat pada sebuah pohon lalu selendang beliau tersangkut, beliau pun terjatuh dari punggung untanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Kembalikan selendangku, apakah kalian takut saya tidak membagi kepada kalian apa yang telah Allah kembalikan kepadamu. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Jika Allah mengembalikan kepada kalian, seperti pohon samur (salah satu jenis tumbuhan gurun) Tihamah dalam bentuk ternak, niscaya saya akan membagikan binatang itu kepada kalian. Sehingga kalian tidak mendapatiku sebagai seorang yang pelit, penakut dan pendusta." Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam turun, beliau berdiri di depan manusia dan bersabda: "Kembalikanlah jarum dan pakaiannya, sesungguhnya ghulul (mengambil rampasan perang sebelum dibagi) pada hari kiamat adalah kecacatan, neraka, dan aib bagi pengambilnya." 'Amru bin Syu'aib berkata; "Beliau lalu mengambil bulu unta atau sesuatu yang lain dari tanah. Kemudian beliau bersabda: 'Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Saya tidak mempunyai sesuatupun dari apa yang Allah berikan kepada kalian yang berupa rampasan Perang kecuali hanya seperlima, dan seperlima itupun dikembalikan kepada kalian."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ أَنَّ زَيْدَ بْنَ خَالِدٍ الْجُهَنِيَّ قَالَ تُوُفِّيَ رَجُلٌ يَوْمَ حُنَيْنٍ وَإِنَّهُمْ ذَكَرُوهُ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَزَعَمَ زَيْدٌ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ فَتَغَيَّرَتْ وُجُوهُ النَّاسِ لِذَلِكَ فَزَعَمَ زَيْدٌ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ صَاحِبَكُمْ قَدْ غَلَّ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ فَفَتَحْنَا مَتَاعَهُ فَوَجَدْنَا خَرَزَاتٍ مِنْ خَرَزِ يَهُودَ مَا تُسَاوِينَ دِرْهَمَيْنِ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Yahya bin Habban bahwa Zaid bin Khalid Al Juhani berkata; "Seorang laki-laki meninggal saat perang Hunain, lalu mereka menyampaikan hal itu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Zaid menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Shalatilah teman kalian itu." Maka berubahlah wajah orang-orang karena ucapan Rasulullah. Lalu Zaid mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Teman kalian itu telah berbuat ghulul di jalan Allah." Zaid bin Khalid berkata; "Kami membuka barang-barangnya, ternyata kami menemukan marjan (mutiara mahkota) Yahudi yang nilainya tidak sampai dua dirham."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ الْكِنَانِيِّ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى النَّاسَ فِي قَبَائِلِهِمْ يَدْعُو لَهُمْ وَأَنَّهُ تَرَكَ قَبِيلَةً مِنْ الْقَبَائِلِ قَالَ وَإِنَّ الْقَبِيلَةَ وَجَدُوا فِي بَرْدَعَةِ رَجُلٍ مِنْهُمْ عِقْدَ جَزْعٍ غُلُولًا فَأَتَاهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَبَّرَ عَلَيْهِمْ كَمَا يُكَبِّرُ عَلَى الْمَيِّتِ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id dari Abdullah bin Mughirah bin Abu Burdah Al Kinani bahwa telah sampai kepadanya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menemui manusia di kabilah-kabilah mereka seranya mendoakan mereka semua, kecuali satu kabilah. Abudallah berkata, "Dan ternyata kabilah tersebut menemukan sebuah kalung marjan pada pelana milik salah seorang dari penduduknya hasil pencurian harta ghanimah. Setelah itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi mereka dan bertakbir atas mereka sebagaimana beliau bertakbir atas orang mati."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ الدِّيلِيِّ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ سَالِمٍ مَوْلَى ابْنِ مُطِيعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ خَيْبَرَ فَلَمْ نَغْنَمْ ذَهَبًا وَلَا وَرِقًا إِلَّا الْأَمْوَالَ الثِّيَابَ وَالْمَتَاعَ قَالَ فَأَهْدَى رِفَاعَةُ بْنُ زَيْدٍ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غُلَامًا أَسْوَدَ يُقَالُ لَهُ مِدْعَمٌ فَوَجَّهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى وَادِي الْقُرَى حَتَّى إِذَا كُنَّا بِوَادِي الْقُرَى بَيْنَمَا مِدْعَمٌ يَحُطُّ رَحْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ سَهْمٌ عَائِرٌ فَأَصَابَهُ فَقَتَلَهُ فَقَالَ النَّاسُ هَنِيئًا لَهُ الْجَنَّةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلَّا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ الشَّمْلَةَ الَّتِي أَخَذَ يَوْمَ خَيْبَرَ مِنْ الْمَغَانِمِ لَمْ تُصِبْهَا الْمَقَاسِمُ لَتَشْتَعِلُ عَلَيْهِ نَارًا قَالَ فَلَمَّا سَمِعَ النَّاسُ ذَلِكَ جَاءَ رَجُلٌ بِشِرَاكٍ أَوْ شِرَاكَيْنِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شِرَاكٌ أَوْ شِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Tsaur bin Zaid Ad-Dili dari Abu Al Ghaits Salim mantan budak Ibnu Muthi', dari Abu Hurairah ia berkata; "Kami berangkat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada Perang Khaibar, namun kami tidak mendapatkan ghanimah yang berupa emas ataupun uang. Kami hanya mendapatkan harta berupa pakaian dan perkakas." Abu Hurairah berkata, "Rifa'ah bin Zaid lalu memberi hadiah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seorang budak hitam yang bernama Mid'am. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian menuju Wadil Qura. Ketika kami tiba di Wadil Qura, tiba-tiba muncul anak panah yang tidak diketahui pemiliknya mengenai Mid'am yang sedang menuntun unta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga tewas. Orang-orang berkata; "Mudah-mudahan dia masuk surga." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sekali-kali tidak, demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, mantel yang telah dia ambil pada Perang Khaibar itu adalah termasuk ghanimah yang belum dibagi, dan itu akan akan menyalakan api pada dirinya." Abu Hurairah berkata; "Tatkala orang-orang mendengar ucapan Rasulullah, datang seseorang dengan membawa satu tali sandal atau dua tali sandal kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Satu tali sandal atau dua (yang belum dibagi) bagian dari neraka."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ مَا ظَهَرَ الْغُلُولُ فِي قَوْمٍ قَطُّ إِلَّا أُلْقِيَ فِي قُلُوبِهِمْ الرُّعْبُ وَلَا فَشَا الزِّنَا فِي قَوْمٍ قَطُّ إِلَّا كَثُرَ فِيهِمْ الْمَوْتُ وَلَا نَقَصَ قَوْمٌ الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا قُطِعَ عَنْهُمْ الرِّزْقُ وَلَا حَكَمَ قَوْمٌ بِغَيْرِ الْحَقِّ إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الدَّمُ وَلَا خَتَرَ قَوْمٌ بِالْعَهْدِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ الْعَدُوَّ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id bahwa telah sampai kepadanya dari Abdullah bin Abbas ia berkata; "Tidaklah ghulul menyebar pada suatu kaum, kecuali akan ditimpakan kepada mereka rasa ketakutan. Tidaklah perzinaan itu tersebar pada suatu kaum, kecuali akan banyak kematian menimpa mereka. Tidaklah suatu kaum mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan diputus rizki kepada mereka. Tidaklah suatu kaum berhukum kepada selain Al Haq kecuali akan tersebar pembunuhan. Dan tidaklah suatu kamu mengkhianati janji kecuali Allah akan menguasakan musuh atas mereka."
Syuhada’ fii sabiilillaah
-------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّي أُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا فَأُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا فَأُقْتَلُ فَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يَقُولُ ثَلَاثًا أَشْهَدُ بِاللَّهِ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku ingin berperang di jalan Allah hingga terbunuh, lalu aku dihidupkan kembali dan terbunuh, kemudian aku dihidupkan kembali dan terbunuh." Abu Hurairah mengatakannya sampai tiga kali; "Saya bersaksi, demi Allah."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَضْحَكُ اللَّهُ إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ كِلَاهُمَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُ هَذَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُقْتَلُ ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيُقَاتِلُ فَيُسْتَشْهَدُ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah Ta'ala tertawa terhadap dua orang laki-laki, salah satu di antara keduanya membunuh yang lain. Tapi keduanya masuk syurga. Yang satu berperang di jalan Allah lalu terbunuh, kemudian Allah menerima taubat seorang pembunuh, lalu pembunuh tersebut berjihad dan terbunuh."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُكْلَمُ أَحَدٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُكْلَمُ فِي سَبِيلِهِ إِلَّا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَجُرْحُهُ يَثْعَبُ دَمًا اللَّوْنُ لَوْنُ دَمٍ وَالرِّيحُ رِيحُ الْمِسْكِ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang terluka di jalan Allah -dan Allah lebih tahu siapa yang terluka di jalan Nya-, kecuali dia akan datang pada Hari Kiamat sedang lukanya tersebut mengalirkan darah segar, warnanya warna darah namun baunya bau kasturi."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ قَتْلِي بِيَدِ رَجُلٍ صَلَّى لَكَ سَجْدَةً وَاحِدَةً يُحَاجُّنِي بِهَا عِنْدَكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Zaid bin Aslam dari Umar bin Khattab ia berdo'a: "Ya Allah, janganlah Kau jadikan kematianku pada tangan seorang laki-laki yang menunaikan shalat kepada-Mu meskipun hanya sekali sujud, yang dengan hal itu aku akan berhujah di depan-Mu pada hari kiamat."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا مُقْبِلًا غَيْرَ مُدْبِرٍ أَيُكَفِّرُ اللَّهُ عَنِّي خَطَايَايَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ فَلَمَّا أَدْبَرَ الرَّجُلُ نَادَاهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ أَمَرَ بِهِ فَنُودِيَ لَهُ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ قُلْتَ فَأَعَادَ عَلَيْهِ قَوْلَهُ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ إِلَّا الدَّيْنَ كَذَلِكَ قَالَ لِي جِبْرِيلُ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abdullah bin Abu Qatadah dari Bapaknya berkata; "Seorang laki-laki menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, jika saya terbunuh di jalan Allah dalam keadaan sabar mengharap ridla-Nya, terus maju tanpa lari dari peperangan, apakah Allah akan mengampuni dosa-dosaku'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Ya benar'. Tatkala lelaki tadi pergi, Rasulullah memanggilnya kembali, atau memerintahkan seseorang untuk memanggilnya. Beliau bertanya kepadanya: "Apa yang telah kamu katakan tad?" laki-laki itu lalu mengulangi ucapannya. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ya, kecuali hutang. Hal itulah yang dikatakan JIbril kepadaku'."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِشُهَدَاءِ أُحُدٍ هَؤُلَاءِ أَشْهَدُ عَلَيْهِمْ فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ أَلَسْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ بِإِخْوَانِهِمْ أَسْلَمْنَا كَمَا أَسْلَمُوا وَجَاهَدْنَا كَمَا جَاهَدُوا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلَى وَلَكِنْ لَا أَدْرِي مَا تُحْدِثُونَ بَعْدِي فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ بَكَى ثُمَّ قَالَ أَئِنَّا لَكَائِنُونَ بَعْدَكَ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Abu Nadlr mantan budak 'Umar bin 'Ubaidullah, telah sampai kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada para syuhada' Uhud: "Mereka adalah orang-orang yang telah saya saksikan kematiannya." Abu Bakar Ash Shiddiq bertanya; "Wahai Rasulullah, bukankah kami saudara-saudara mereka juga, kami masuk Islam sebagaimana mereka masuk Islam, dan berjihad sebagaimana mereka berjihad?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Benar, tapi saya tidak tahu apa yang akan kalian lakukan sepeninggalku?" Abu Bakar menangis, dan beliau juga menangis. Abu Bakar berkata; "Apakah kami akan menjadi orang-orang yang seperti itu setelah engkau?"
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا وَقَبْرٌ يُحْفَرُ بِالْمَدِينَةِ فَاطَّلَعَ رَجُلٌ فِي الْقَبْرِ فَقَالَ بِئْسَ مَضْجَعُ الْمُؤْمِنِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِئْسَ مَا قُلْتَ فَقَالَ الرَّجُلُ إِنِّي لَمْ أُرِدْ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا أَرَدْتُ الْقَتْلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا مِثْلَ لِلْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا عَلَى الْأَرْضِ بُقْعَةٌ هِيَ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ يَكُونَ قَبْرِي بِهَا مِنْهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يَعْنِي الْمَدِينَةَ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang duduk-duduk, sementara kuburan yang ada di Madinah sedang digali. Ada seseorang mengamati kuburan tersebut sambil berkata; "Alangkah buruknya pembaringan seorang mukmin." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lantas bersabda: "Alangkah jeleknya apa yang kamu katakan itu." Lelaki itu berkata; 'Wahai Rasulullah, bukan itu yang aku maksud. Tetapi orang-orang yang meninggal di jalan Allah." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Kematian di medan perang itu tidak ada bandingannya. Tidak ada satu jengkal tanah pun di bumi ini yang lebih aku sukai untuk menjadi kuburanku kecuali darinya." -tiga kali- maksudnya adalah di kota Madinah."
Beberapa hal yang menjadikan syahid
-----------------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ وَوَفَاةً بِبَلَدِ رَسُولِكَ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Zaid bin Aslam bahwa Umar bin Khattab pernah berdo'a: "Ya Allah, saya meminta kepada-Mu mati syahid di jalan-Mu, dan wafat di negeri Rasul-Mu."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ كَرَمُ الْمُؤْمِنِ تَقْوَاهُ وَدِينُهُ حَسَبُهُ وَمُرُوءَتُهُ خُلُقُهُ وَالْجُرْأَةُ وَالْجُبْنُ غَرَائِزُ يَضَعُهَا اللَّهُ حَيْثُ شَاءَ فَالْجَبَانُ يَفِرُّ عَنْ أَبِيهِ وَأُمِّهِ وَالْجَرِيءُ يُقَاتِلُ عَمَّا لَا يَئُوبُ بِهِ إِلَى رَحْلِهِ وَالْقَتْلُ حَتْفٌ مِنْ الْحُتُوفِ وَالشَّهِيدُ مَنْ احْتَسَبَ نَفْسَهُ عَلَى اللَّهِ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id bahwa Umar bin Khattab berkata; "Kemuliaan seorang mukmin adalah ketakwaannya, agamanya adalah kehormatannya, wibawanya adalah akhlaknya, sedangkan keberanian dan jiwa pengecut adalah adalah naluri yang Allah tanamkan kepada siapa yang Ia kehendaki. Orang yang takut akan lari dari membela bapak dan ibunya, sedang orang yang berani akan berperang membela sesuatu yang tidak akan dibawa ke dalam rumahnya. Gugur dalam peperangan adalah salah satu jenis kematian, sedangkan syahid adalah orang yang menyerahkan jiwanya kepada Allah."
Hal-hal yang dimakruhkan dibawa fii sabiilillaah
----------------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ يَحْمِلُ فِي الْعَامِ الْوَاحِدِ عَلَى أَرْبَعِينَ أَلْفِ بَعِيرٍ يَحْمِلُ الرَّجُلَ إِلَى الشَّامِ عَلَى بَعِيرٍ وَيَحْمِلُ الرَّجُلَيْنِ إِلَى الْعِرَاقِ عَلَى بَعِيرٍ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْعِرَاقِ فَقَالَ احْمِلْنِي وَسُحَيْمًا فَقَالَ لَهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ نَشَدْتُكَ اللَّهَ أَسُحَيْمٌ زِقٌّ قَالَ لَهُ نَعَمْ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Yahya bin Sa'id berkata, "Dalam setahun Umar bin Khattab bisa membawa empat puluh ribu unta, yang mana seekor unta membawa seorang lelaki ke syam, dan seekor unta membawa dua orang laki-laki ke Irak. Lalu seorang warga Irak mendatanginya dan berkata; "Bawalah aku dan Suhaim." Maka Umar bin Khattab berkata; "Aku bersumpah dengan nama Allah atas kamu, apakah suhaim itu tempat air yang terbuat dari kulit?" laki-laki itu menjawab; "Ya."
Anjuran atau Motivasi Jihad
-------------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ إِلَى قُبَاءٍ يَدْخُلُ عَلَى أُمِّ حَرَامٍ بِنْتِ مِلْحَانَ فَتُطْعِمُهُ وَكَانَتْ أُمُّ حَرَامٍ تَحْتَ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ فَدَخَلَ عَلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَأَطْعَمَتْهُ وَجَلَسَتْ تَفْلِي فِي رَأْسِهِ فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا ثُمَّ اسْتَيْقَظَ وَهُوَ يَضْحَكُ قَالَتْ فَقُلْتُ مَا يُضْحِكُكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَرْكَبُونَ ثَبَجَ هَذَا الْبَحْرِ مُلُوكًا عَلَى الْأَسِرَّةِ أَوْ مِثْلَ الْمُلُوكِ عَلَى الْأَسِرَّةِ يَشُكُّ إِسْحَقُ قَالَتْ فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَدَعَا لَهَا ثُمَّ وَضَعَ رَأْسَهُ فَنَامَ ثُمَّ اسْتَيْقَظَ يَضْحَكُ قَالَتْ فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا يُضْحِكُكَ قَالَ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ مُلُوكًا عَلَى الْأَسِرَّةِ أَوْ مِثْلَ الْمُلُوكِ عَلَى الْأَسِرَّةِ كَمَا قَالَ فِي الْأُولَى قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتِ مِنْ الْأَوَّلِينَ قَالَ فَرَكِبَتْ الْبَحْرَ فِي زَمَانِ مُعَاوِيَةَ فَصُرِعَتْ عَنْ دَابَّتِهَا حِينَ خَرَجَتْ مِنْ الْبَحْرِ فَهَلَكَتْ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah dari Anas bin Malik berkata, "Jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi ke Quba, beliau menemui Ummu Haram binti Milhan, lalu Ummu Haram menyuguhi beliau makanan, Ummu Haram adalah isteri 'Ubadah bin Shamit. Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menemuinya, lalu ia memberi makanan kepada beliau. Ummu Haram kemudian duduk menyangga kepala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hingga beliau tertidur. Kemudian beliau bangun sambil tertawa, Ummu Haram berkata, "Aku lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang membuat anda tertawa?" Beliau menjawab: "Telah diperlihatkan kepadaku beberapa orang dari umatku yang berperang di jalan Allah, mereka unggul di atas lautan laksana para raja di atas dipan." atau "Seperti raja-raja di atas dipan." -Ishaq ragu akan hal ini- Ummu Haram berkata; "Aku lalu bertanya kepada Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, doakanlah agar aku termasuk dari mereka." Beliau lantas mendoakan Ummu Haram dan kembali meletakkan kepalanya untuk tidur. Kemudian beliau bangun dan tertawa, Ummu Haram bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang membuat anda tertawa?" beliau menjawab; "Telah diperlihatkan kepadaku sekelompok orang dari umatku yang berjuang di jalan Allah, mereka seperti para raja di atas dipan." atau "Seperti raja-raja yang berada di atas dipan…sebagaimana yang disabdakan pertama tadi. Ummu Haram berkata; "Wahai Rasulullah, berdoalah agar aku termasuk dari mereka." Beliau bersabda: "Kamu termasuk orang-orang yang pertama dari mereka." Anas bin Malik berkata; "Ummu Haram mengarungi lautan pada masa Mu'awiyah, lalu ketika hendak menepi ke pantai, dia terlempar dari kendaraannya dan meninggal dunia."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَحْبَبْتُ أَنْ لَا أَتَخَلَّفَ عَنْ سَرِيَّةٍ تَخْرُجُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَكِنِّي لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُهُمْ عَلَيْهِ وَلَا يَجِدُونَ مَا يَتَحَمَّلُونَ عَلَيْهِ فَيَخْرُجُونَ وَيَشُقُّ عَلَيْهِمْ أَنْ يَتَخَلَّفُوا بَعْدِي فَوَدِدْتُ أَنِّي أُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا فَأُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا فَأُقْتَلُ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id dari Abu Shalih As-Saman dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seandainya tidak khawatir memberatkan umatku, sungguh aku tidak ingin tertinggal dari pasukan yang keluar untuk jihad di jalan Allah, tapi aku tidak menemukan sesuatu yang dapat aku persiapkan untuk mereka, dan mereka juga tidak mendapatkan sesuatu pun yang dapat mereka bawa hingga mereka dapat keluar berperang. Berat perasaan mereka untuk tidak ikut perang setelah kepergianku. Sungguh, ingin sekali aku berperang di jalan Allah hingga terbunuh, kemudian dihidupkan dan terbunuh, kemudian dihidupkan dan terbunuh.
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ قَالَ لَمَّا كَانَ يَوْمُ أُحُدٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَأْتِينِي بِخَبَرِ سَعْدِ بْنِ الرَّبِيعِ الْأَنْصَارِيِّ فَقَالَ رَجُلٌ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَهَبَ الرَّجُلُ يَطُوفُ بَيْنَ الْقَتْلَى فَقَالَ لَهُ سَعْدُ بْنُ الرَّبِيعِ مَا شَأْنُكَ فَقَالَ لَهُ الرَّجُلُ بَعَثَنِي إِلَيْكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِآتِيَهُ بِخَبَرِكَ قَالَ فَاذْهَبْ إِلَيْهِ فَاقْرَأْهُ مِنِّي السَّلَامَ وَأَخْبِرْهُ أَنِّي قَدْ طُعِنْتُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ طَعْنَةً وَأَنِّي قَدْ أُنْفِذَتْ مَقَاتِلِي وَأَخْبِرْ قَوْمَكَ أَنَّهُ لَا عُذْرَ لَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ إِنْ قُتِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَوَاحِدٌ مِنْهُمْ حَيٌّ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id berkata, "Saat terjadi perang uhud Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang dapat memberitahuku tentang keadaan Sa'ad bin Rabi' Al Anshari? ' lalu ada seorang lelaki berkata; "Saya, wahai Rasulullah! " laki-laki itu lantas pergi mencari Sa'ad di antara para syuhada'. Sa'ad bin Rabi' bertanya; "Sedang apa kamu?" Laki-laki itu menjawab; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengutusku kepadamu supaya aku mendapatkan khabar tentangmu." Sa'd berkata; "Pergilah kepada beliau, sampaikan salam dariku dan kabarkan kepada beliau bahwa aku mendapat luka tusukan sebanyak dua belas tusukan. Aku merasa bahwa kematianku telah dekat. Kabarkanlah kepada kaummu bahwa tidak ada udzur bagi mereka di sisi Allah, jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terbunuh sementara salah satu dari mereka masih ada yang hidup."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَغَّبَ فِي الْجِهَادِ وَذَكَرَ الْجَنَّةَ وَرَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ يَأْكُلُ تَمَرَاتٍ فِي يَدِهِ فَقَالَ إِنِّي لَحَرِيصٌ عَلَى الدُّنْيَا إِنْ جَلَسْتُ حَتَّى أَفْرُغَ مِنْهُنَّ فَرَمَى مَا فِي يَدِهِ فَحَمَلَ بِسَيْفِهِ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu memotivasi para sahabat untuk berjihad dan mengingatkan mereka akan keindahan syurga. Saat itu ada seorang laki-laki Anshar sedang makan beberapa biji kurma yang ada di tangannya, laki-laki itu lalu berkata; "Saya termasuk orang yang tamak terhadap dunia, jika saya sampai menghabiskan kurma ini." Laki-laki itu kemudian membuang kurma yang ada di tangannya seraya meraih pedang dan maju untuk berperang hingga terbunuh."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّهُ قَالَ الْغَزْوُ غَزْوَانِ فَغَزْوٌ تُنْفَقُ فِيهِ الْكَرِيمَةُ وَيُيَاسَرُ فِيهِ الشَّرِيكُ وَيُطَاعُ فِيهِ ذُو الْأَمْرِ وَيُجْتَنَبُ فِيهِ الْفَسَادُ فَذَلِكَ الْغَزْوُ خَيْرٌ كُلُّهُ وَغَزْوٌ لَا تُنْفَقُ فِيهِ الْكَرِيمَةُ وَلَا يُيَاسَرُ فِيهِ الشَّرِيكُ وَلَا يُطَاعُ فِيهِ ذُو الْأَمْرِ وَلَا يُجْتَنَبُ فِيهِ الْفَسَادُ فَذَلِكَ الْغَزْوُ لَا يَرْجِعُ صَاحِبُهُ كَفَافًا
. Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa'id dari Mu'adz bin Jabal berkata; "Perang itu ada dua macam; perang yang didanai dengan harta yang berharga (halal), bagi orang-orang yang bergabung dimudahkan, panglima ditaati, dan dijauhinya segala bentuk pengrusakan, maka itulah perang yang semuanya bernilai kebaikan. Adapun perang yang di dalamnya: tidak diinfakkannya harta yang berharga, orang-orang yang bergabung tidak dimudahkannya, panglima tidak ditaati, dan segala bentuk pengrusakan tidak dijauhi, maka perang semacam itu tidak akan bermanfaat bagi bala tentaranya."
Kuda perang,
------------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْخَيْلُ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Nafi' dari Abdullah bin Umar berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada ubun-ubun kuda terdapat kebaikan hingga Hari Kiamat.
والحمد لله رب العالمينبِسْـــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِـــــــــيم
* HADIST JIHAD KITAB IMAM MALIK
---------------------------
Silahkan di 'safe' & 'copy' kemudian di pelajari hadis-hadis seputarJihad" yang sudah di kompilasi oleh 'Imam Maliki' (94 H-179 H).
Beliau Imam pemuka mahzab Maliki salah satu dari Madzhab Sunni yang empat. Berjuluk 'Imam daar al-Hijrat' (Imam dari kota Madinah). Berguru kepada para tabiin, para cerdik pandai dan para ahli hukum Islam kota Nabawi. Dia dipandang sebagai perawi hadits Madinah yang paling terpercaya dan sanad (rangkaian perawi hadits) paling 'tsiqah' (terpercaya). Dia juga menguasai fatwa-fatwa 'Umar bin Khattab', 'Abdullah bin Umar bin Khattab' dan 'Aisyah binti Abu Bakar' serta muridnya.
Hadis-hadis di bawah juga merupakan rujukan shahih untuk ikhwah bagi ingin mengetahui hukum atau 'fiqih jihad.'
Motivasi jihad
----------
حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الدَّائِمِ الَّذِي لَا يَفْتُرُ مِنْ صَلَاةٍ وَلَا صِيَامٍ حَتَّى يَرْجِعَ
. Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abu Az Zinad dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perumpamaan mujahid yang berperang di jalan Allah, seperti orang yang berpuasa dan shalat; ia tidak buka dari puasanya dan tidak berhenti dari shalat hingga ia kembali (perang) ."
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَكَفَّلَ ا
◾️Allah ta'ala berfirman,
◽️وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
_
"Dan peliharalah diri kalian dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya."
(QS. Al-Anfaal [8]: 25)
◾️Di dalam ayat yang tersebut, Allah subhanahu wata’ala memperingatkan orang-orang yang beriman akan cobaan dan bencana yang apabila ia datang, maka sifatnya menyeluruh. Bencana itu akan menimpa semua orang secara umum, tidak hanya bagi orang-orang yang durhaka dan pendosa saja.
◾️Dari Ummu Salamah, istri Nabiﷺ, mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullahﷺ bersabda,
🗯إِذَا ظَهَرَ الْمَعَاصِيْ فِيْ أُمَّتِيْ عَمَّهُمُ اللهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ
🗯“Apabila perbuatan-perbuatan maksiat muncul di kalangan umatku, maka Allah akan menimpakan adzab dari sisi-Nya kepada mereka secara menyeluruh.”
◾️Ummu Salamah bertanya,
◽️“Wahai Rasulullah, bagaimanakah bila di antara mereka terdapat orang-orang yang sholeh?”
◾️Rasulullahﷺ,
🗯“Ya, ikut tertimpa adzab pula.” Ummu Salamah bertanya,
◽️“Lalu bagaimanakah nasib mereka selanjutnya?” Rasulullahﷺ bersabda, 🗯“Orang-orang sholeh itu ikut tertimpa adzab yang menimpa kaumnya, kemudian mendapat ampunan dan ridha dari Allah subhanahu wata’ala."_
*(HR. Imam Ahmad)*
◾️Maka hendaknya setiap orang mukmin memperhatikan dan mentadaburri ayat tersebut.
◾️Janganlah kita merasa aman tatkala muncul kemungkaran-kemungkiran di sekitar kita, sekalipun kita tidak ikut bermaksiat .
◾️Janganlah kita menyetujui kemungkaran tersebut atau hanya sekedar membiarkannya. Hendaknya kita berusaha untuk mencegahnya dengan berdakwah.
◾️ Yang harus kita pahami, Amar Ma'ruf Nahyi Mungkar adalah wajib kifayah bagi Muslim. Jika kemungkaran merata di suatu wilayah, maka jika Allaah akan membenamkan wilayah itu, maka terjadilah! Walaupun masih ada orang alim di wilayah tersebut.
Karenanya...
Mari kita lakukan Amar Ma'ruf Nahyi Munkar sesuai kemampuan kita.
وَاللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابُ
بسم الله الرحمن الرحيم
Disaat negeri-negeri kaum muslimin dipimpin oleh para Thagut, kaum muslimin yang masih jahil dengan ajaran Islam. akhirnya mengekor kepada thagut dengan tunduk dan patuh kepada hukum Thagut.
Sehingga kaum muslimin menjadi pendukung thogut tersebut. Maka status mereka pada masa itu dikatakan dengan kaum musyrik karena telah menyekutu Allah dengan menjadikan thogut sebagai tuhan-tuhan tandingan selain Allah.
Akhirnya tibalah suatu masa yang dijanjikan dalam nubuat akhir zaman. bahwa orang-orang berkumpul dan melaksanakan shalat di masjid, namun tak ada seorang mukmin pun di antara mereka. semua mereka adalah orang-orang musyrik (kafir) walaupun mereka shalat, puasa dan haji.
Abdullah ibn ‘Amr ra menuturkan, “Akan tiba satu zaman yang ketika itu orang-orang berkumpul dan melaksanakan shalat di masjid, namun tak ada seorang mukmin pun di antara mereka.” (HR. Hakim)
Kalaupun ada mukmin satu dua orang mereka tidak lagi mau untuk ikut shalat berjamaah dimasjid dengan orang-orang musyrik. orang-orang mukmin menjadikan rumahnya sebagai masjid tempat shalat. karena tidak mungkin orang mukmin mengekor kepada orang musyrik.
Maka tibalah masanya orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti halnya orang yang sedang menggenggam bara api.
Rasulullah bersabda:
“Akan tiba suatu masa ketika itu orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti halnya orang yang sedang menggenggam bara api.” [HR.Tirmidzi .”
والله أعلمُ بالـصـواب
1. Menampakkan Baro dalam hal Ibadah atau agama.
Allah Ta'ala Berfirman:
zلَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang (yang menentang Allah dan Rasul-Nya) itu adalah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka…” [Al-Mujaadilah: 22]
2. Berbuat baik kepada mereka dalam hal duniawi seperti silaturrahmi, Memberi Makan, mencuci pakaian nya dll
Allah Ta'ala Berfirman:
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan apabila keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan apa-apa yang tidak ada ilmu padanya, jangan taati keduanya dan bergaul lah dalam kehidupan dunia dengan perbuatan yang ma’ruf (baik) dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa-apa yang telah kamu kerjakan”. [Qs Luqman ayat 15.]
3. Mendakwahi mereka ke Jalan Yang Benar dan mendoakan mereka agar mendapatkan Hidayah.
Sebagai mana Sikap Nabi Ibrahim terhadap bapaknya yang kafir
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا
“Ceritakanlah wahai Muhammad kisah Ibrahim di dalam kitab Al-Qur’an, sesungguhnya dia seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi”
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, “Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongmu sedikitpun juga”
يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا
“Wahai bapakku sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu. Maka ikutilah aku niscaya aku akan menunjukkan kamu ke jalan yang lurus”
يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ ۖ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّا
“Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaithan sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Allah Yang Maha Pemurah”
يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا
“Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa adzab dari Allah Yang Maha Pemurah maka kamu menjadi kawan bagi syaitan”
قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا
Berkata bapaknya, “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku hai Ibrahim jika kamu tidak berhenti niscaya akan aku rajam dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”
قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي ۖ إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا
Ibrahim berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu aku akan meminta ampun bagimu kepada Allah sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku”
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَىٰ أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا
“Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau seru selain Allah dan aku akan berdo’a kepada Rabb-ku mudah-mudahan aku tidak kecewa dengan berdo’a kepada Rabb-ku. [ QS Maryam ayat 41-48.]
Wallahua'lam.
1. SYIRIK : Yaitu menjadikan sekutu atau menjadikan sesuatu sebagai perantara antara dirinya dengan Allah. Misalnya berdo’a, memohon syafa’at, bertawakkal, beristighatsah, bernadzar, menyembelih yang ditujukan kepada selain Allah, seperti menyembelih untuk jin atau untuk penghuni kubur, dengan keyakinan bahwa para sesembahan selain Allah itu dapat menolak bahaya atau dapat mendatangkan manfaat.
💡 Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya…” [An-Nisaa’: 48]
💡 Dan Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.” [Al-Maa-idah: 72]
2. MENJADIKAN PERANTARA ANTARA MAKHLUK DENGAN ALLAH
Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Allah, yaitu dengan berdo’a, memohon syafa’at, serta bertawakkal kepada mereka.
Perbuatan-perbuatan tersebut termasuk amalan kekufuran menurut ijma’ (kesepakatan para ulama).
💡 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Katakanlah: ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (sekutu) selain Allah, maka tidaklah mereka memiliki kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula dapat memindahkannya.’ Yang mereka seru itu mencari sendiri jalan yang lebih dekat menuju Rabb-nya, dan mereka mengharapkan rahmat serta takut akan adzab-Nya. Sesungguhnya adzab Rabb-mu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.” [Al-Israa’: 56-57]
3 SIHIR DAN BENTUK-BENTUK NYA : Yaitu melakukan praktek-praktek sihir, termasuk di dalamnya ash-sharfu dan al-‘athfu
Ash-sharfu adalah perbuatan sihir yang dimaksudkan dengannya untuk merubah keadaan seseorang dari apa yang dicintainya, seperti memalingkan kecintaan seorang suami terhadap isterinya menjadi kebencian terhadapnya.
Adapun al-‘athfu adalah amalan sihir yang dimaksudkan untuk memacu dan mendorong seseorang dari apa yang tidak dicintainya sehingga ia mencintainya dengan cara-cara syaithan
💡Allah Ta’ala berfirman:
“…Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir…’” [Al-Baqarah: 102]
💡Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‘Sesungguhnya jampi, jimat dan tiwalah (pelet) adalah perbuatan syirik.’” [ HR. Abu Dawud ]
4 STIHZA’ BID DIEN (Menghina Islam)
Yaitu orang yang mengolok-olok (menghina) Allah dan Rasul-Nya, Al-Qur-an, agama Islam, Malaikat Atau menghina salah satu syi’ar dari syi’ar-syi’ar Islam, seperti shalat, zakat, puasa, haji, thawaf di Ka’bah, wukuf di ‘Arafah atau menghina masjid, adzan, memelihara jenggot atau Sunnah-Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lainnya, dan syi’ar-syi’ar agama Allah pada tempat-tempat yang disucikan dalam keyakinan Islam serta terdapat keberkahan padanya, maka status hukum nya dia telah kafir
💡 Allah Ta’ala berfirman:
“… Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” [At-Taubah: 65-66]
5 MEMBENCI TERHADAP SEBAGIAN APA YANG ALLAH TURUNKAN
Yaitu Tidak senang dan membenci hal-hal yang di turunkan Allah & dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meskipun ia melaksanakannya, maka ia telah kafir.
Yaitu orang yang marah, murka, atau benci terhadap apa-apa yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, walaupun ia melakukannya, maka ia telah kafir.
💡 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang di-turunkan Allah (Al-Qur-an), lalu
Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” [Muhammad: 8-9]
💡Juga firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (murtad) setelah jelas petunjuk bagi mereka, syaithan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): ‘Kami akan mematuhimu dalam beberapa urusan,’ sedangkan Allah mengetahui rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat (maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka dan punggung mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa yang menimbulkan) keridhaan-Nya; sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka.” [Muhammad: 25-28]
6. MEMBERLAKUKAN UNDANG-UNDANG BUATAN
Yaitu orang yang meyakini bolehnya berhukum dengan selain hukum Allah dalam muamalah, penerapan hukum pidana, dan yang lainnya. Meskipun dia tidak meyakini bahwa hal itu lebih baik daripada hukum yang ditetapkan oleh syariat Islam. Lantaran dengan begitu dia telah menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah. Dan setiap orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya dari perkara-perkara agama yang sudah pasti secara ijma’ seperti zina, riba, khamr, dan berhukum dengan selain syariat Allah maka dia itu kafir berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.
💡Allah Ta’ala berfirman :”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (Al-Maidah : 50)
💡”Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (Al-Maidah : 44)
7. MEYAKINI BAHWA MANUSIA BEBAS KELUAR DARI SYARI’AT YANG TELAH DI TETAPKAN ALLAH & ROSUL NYA
Yaitu orang yang mempunyai keyakinan bahwa sebagian manusia diberikan keleluasaan untuk keluar dari sya’riat (ajaran) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana Nabi Khidir dibolehkan keluar dari sya’riat Nabi Musa Alaihissallam, maka ia telah kafir.
Karena seorang Nabi diutus secara khusus kepada kaumnya, maka tidak wajib bagi seluruh menusia untuk mengikutinya. Adapun Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada seluruh manusia secara kaffah (menyeluruh), maka tidak halal bagi manusia untuk menyelisihi dan keluar dari syari’at beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
💡 Allah Ta’ala berfirman: “Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua…’” [Al-A’raaf: 158]
💡 Dan Allah Ta’ala berfirman: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Saba’: 28]
💡 Rosul Bersabda : “Demi Allah, jika seandainya Musa hidup di tengah-tengah kalian, niscaya tidak ada keleluasaan baginya kecuali ia wajib mengikuti syari’atku.”[ Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Irwaa’ (VI/34, no. 1589) dan ia menyebutkan delapan jalan dari hadits tersebut.
8. TIDAK MENGKAFIRKAN ORANG MUSYRIK/ORANG KAFIR
Yaitu orang yang tidak mengkafirkan orang-orang kafir -baik dari Yahudi, Nasrani maupun Majusi, orang-orang musyrik, atau orang-orang mulhid (Atheis), atau selain itu dari berbagai macam kekufuran, atau ia meragukan kekufuran mereka, atau ia membenarkan pendapat mereka, maka ia telah kafir.
💡 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah han
yalah Islam…” [Ali ‘Imran: 19]
💡“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]
Hal ini dikarenakan Allah Ta’ala telah mengkafirkan mereka, namun ia menyelisihi Allah dan Rasul-Nya, ia tidak mau mengkafirkan mereka, atau meragukan kekufuran mereka, atau ia membenarkan pendapat mereka, sedangkan kekufuran mereka itu telah menentang Allah Subhanahu wa Ta’ala.
9. MEMBANTU ORANG KAFIR/MUSYRIK MEMERANGI ORANG ISLAM
💡”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah : 51)
💡”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menta’ati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong.” (Ali Imran : 149-150)
🔟 BERPALING DARI AJARAN ALLAH, TIDAK MAU MEMPELAJARI & MENGAMALKAN NYA
Yang dimaksud dari berpaling yang termasuk pembatal dari pembatal-pembatal keislaman adalah berpaling dari mempelajari pokok agama yang seseorang dapat dikatakan Muslim dengannya, meskipun ia jahil (bodoh) terhadap perkara-perkara agama yang sifatnya terperinci. Karena ilmu terhadap agama secara terperinci terkadang tidak ada yang sanggup melaksanakannya kecuali para ulama dan para penuntut ilmu.
💡Firman Allah Ta’ala : “Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” [Al-Ahqaaf: 3]
💡“Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabb-nya, kemudian ia berpaling daripadanya. Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” [As-Sajdah: 22]
💡“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” [Thaahaa: 124]
JIKA ada makhluk yang diciptakan dengan sebaik-baik bentuk, maka itulah manusia (QS. 95: 4).
Namun demikian, kebaikan bentuk itu tidak menjamin kebaikan budi, perangai terlebih akhlak. Semua kembali pada sang manusia itu sendiri.
Jika iman yang diutamakan, insya Allah ia selamat dari sifat kebinatangan.
Namun, jika sebaliknya, maka seorang manusia akan memiliki sifat-sifat binatang yang hanya mengejar materi dan kesenangan syahwat.
Di Dalam Al-Qur’an paling tidak ada tujuh jenis binatang yang sifat-sifatnya bisa dimiliki manusia.
#Pertama:
Seperti anjing.
Anjing sangat tunduk, patuh dan setia kepada siapapun yang memberi makan dan minum, meskipun dia seorang penjahat.
Manusia yang seperti anjing tidak mau tunduk kepada ayat-ayat Al-Qur’an yang telah diturunkan, dihalau atau tidak ia tetap akan menjulurkan lidahnya.
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ذَّلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS: Al-A’raf: 176).
#Kedua:
Seperti binatang ternak.
Binatang ternak tidak memiliki keistimewaan, nilai jualnya hanya terletak pada beratnya, sedang binatang peliharaan karena kelebihan atau keistimewaan. Bila manusia seperti binatang ternak, kedudukannya sudah begitu rendah dari binatang peliharaan (QS. 7: 179).
#Ketiga:
Seperti kera (monyet).
Kera atau monyet adalah binatang yang serakah, keserakahan membuat orang-orang Yahudi melanggar ketentuan Allah.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَواْ مِنكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُواْ قِرَدَةً خَاسِئِينَ
“Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina.” (QS. Al-Baqarah: 65).
Ironisnya, setelah melakukan pelanggaran, mereka justru tidak merasa bersalah, malah membanggakan kesalahan yang telah dilakukannya.
#Keempat:
Seperti babi.
Babi bukan hanya senang dengan kekotoran, tetapi juga tidak memiliki rasa cemburu, ia akan membiarkan perbuatan tidak senonoh yang dilakukan pihak lain terhadap keluarganya, begitulah bila manusia memiliki karakter babi dalam dirinya.
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُم بِشَرٍّ مِّن ذَلِكَ مَثُوبَةً عِندَ اللّهِ مَن لَّعَنَهُ اللّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُوْلَـئِكَ شَرٌّ مَّكَاناً وَأَضَلُّ عَن سَوَاء السَّبِيلِ
“Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut ?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” [QS. Al-Maaidah: 60).
#Kelima:
Seperti laba-laba.
Dalam hidup ini banyak manusia yang berlindung kepada selain Allah. Mereka membentengi diri dengan bangunan-bangunan yang mereka persenjatai diri dengan persenjataan canggih, bahkan ada yang melindungi dirinya dengan setan dengan jampi-jampi, jimat-jimat, isim-isim dan sebagainya.
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاء كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتاً وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.”
(QS. Al Ankabut [29]:
41).
#Keenam:
Seperti nyamuk.
Yaitu orang yang kelakuannya hanya mengganggu orang lain, sehingga tidak disukai manusia lainnya. Mencari nafkah dengan menyakiti dan mengambil hak orang lain dan bila makan suka berlebihan hingga akhirnya mati karena kekenyangan
(QS. Al-Baqarah: 26).
#Ketujuh:
Seperti keledai.
Yaitu manusia bodo karena tidak konsekuen, ajaran yang datang dari Allah diyakini, tetapi diabaikannya.
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَاراً بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.”
(QS: Al Jumu’ah [62]: 5).
Demikianlah tujuh jenis sifat binatang yang bisa menjadi tabiat dan watak manusia.
Oleh karena itu, mari bentengi diri dan keluarga agar selamat menjadi makhluk Allah yang terbaik, sehingga selamat dari menjadi manusia berkarakter binatang.
Na’udzubillah.
والله أعلمُ بالـصـواب
قاله الثوري رحمه الله لشعيب بن حرب كما في شرح أصول الاعتقاد لللالكائي(1/170):
يا شعيب لا ينفعك ما كتبت حتى ترى الصلاة خلف كل بر وفاجر ،والجهاد ماض إلى يوم القيامة ، والصبر تحت لواء السلطان جار أم عدل .
قال شعيب فقلت لسفيان :يا أبا عبد الله الصلاة كلها؟ .
قال: لا ولكن صلاة الجمعة والعيدين ،صل خلف من أدركت وأما سائر ذلك فأنت مخير لا تصل إلا خلف من تثق به وتعلم أنه من أهل السنة والجماعة.ا.ه
Berkata Imam Ats Tsaury kepada Syu'aib bin Harb sebagaimana dalam Kitab Ushuul Al I'tiqaad Milik Imam Al Laalikaai 1/170
“Wahai Syu'aib, tidak akan bermanfaat apa yg telah engkau tulis hingga engkau berpendapat bolehnya shalat di belakang setiap (imam) yg baik maupun yg buruk, dan jihad akan senantiasa tetap hingga hari kiamat, dan bersabar di bawah bendera penguasa yg zhalim atau yg adil”
Berkata Syu'aib : Maka aku katakan kepada Sufyan :
“Wahai Abu ‘Abdillaah, apakah pada semua shalat? (boleh bermakmum pada imam yg baik ataupun yg buruk ?)
Berkata Imam Sufyan Ats Tsaury :
"Tidak, tetapi (maksudnya) shalat jum'at dan shalat idul fithri dan idul adha, shalatlah di belakang siapa yg engkau dapatkan, adapun selain itu maka engkau bisa memilih tidak shalat kecuali yg engkau tsiqah dengannya dan engkau tahu bahwasanya bahwa dia adalah ahlu sunnah wal jama'ah.”
Nb: Ini berdasarkan waqi’ pada zaman imam sufyan ats tsaury yg mana itu adalah di darul islam, dimana ketika itu di zaman tabiut tabi'in para imam shalat jum'at dan sholat ied adalah dari para imam ahlusunnah, adapun ketika shalat fardhu di masjid masjid mereka, maka masih ada kemungkinan bahwa adanya imam-imam dari kalangan ahlu bid'ah, maka imam sufyan ats tsaury menyarankan agar memilih imam yg tsiqah dan diketahui bahwa dia adalah ahlu sunnah.
Adapun kita yg berada di darul kufur pada hari ini, maka harus hati hati ketika akan bermakmum dalam shalat kita, karena bukan hanya tersebar para ahlu bid'ah, namun juga sudah tersebar para imam imam murtaddin (pendukung pancasila, demokrasi dan thawaghit) di masjid masjid pada darul kufur saat ini.
Berkata Syaikh Sulaiman Ibnu Sahman serta para Imam Dakwah Tauhid lainnya dalam Ad Durar As Saniyyah bahwa TIDAK SAH BERMAKMUM kepada “orang yg tidak mengkafirkan ‘ubbadul qubuur”. “Dan masuk dalam jajaran ‘ubbadul qubuur adalah para penguasa (baca : presiden, raja, kepala adat, dll) yg tidak berhukum dengan hukum Allah, para aparat keamanannya, para demokrat, para pengikut hukum buatan (UUD 1945, Pancasila, Demokrasi Hukum Adat, Perda, dll -pent).” (Kitab Ath Thabaqat, Syaikh Ali Al Khudlair : 1)
سئل أحمد أمر في الطريق فأسمع الإقامة ترى أن أصلي فقال: قد كنت أسهل فأما إذ كثرت البدع فلا تصل إلا خلف من تعرف.
Imam Ahmad ditanya : Aku sedang melewati jalan, lalu aku mendengar iqamah (panggilan shalat), bagaimanakah pendapatmu, apakah aku shalat?
Imam Ahmad berkata “Sungguh aku dahulu bersikap mudah dalam hal ini, tetapi ketika merebak kebid'ahan, maka janganlah engkau shalat, kecuali dibelakang orang yg engkau mengenalnya.” (Thabaqaat Al Hanaabilah 1/59)
Lalu bagaimana dengan hari ini?
Dimana bukan hanya bid'ah yg tersebar, tapi justru kesyirikan dan kekufuran merebak dimana mana.
Adapun di zaman imam ahmad, maka penguasanya (al makmun) telah murtad karena bid'ah jahmiyyah dan juga mayoritas manusia mengikutinya, maka itu imam ahmad mengatakan bahwa jangan sembarangan shalat di belakang manusia, kecuali orang yang dikenalnya (dikenal bahwa manhajnya ahlusunnah -pent)
Wallahu A’lam
Alloh ta’ala berkata,
فَمَنْ يَّكْفُرْ بالطَّاغُوْتِ وَ يُؤْمِنْ باللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَاانْفِصَامَ لَهَا . وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ.
” Maka, barang siapa yang kufur kepada thogut dan beriman kepada Alloh, sungguh ia telah berpegang teguh pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan terputus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
[ Al Baqoroh 256 ]
Yakni, barang siapa yang melepaskan semua tandingan dan berhala- berhala serta segala sesuatu yang diserukan oleh setan berupa peribadahan kepada selain Alloh dan beribadah kepadaNya semata, serta bersaksi bahwa tiada ilah selain Dia, berarti ia seperti yang diungkapkan oleh kalamNya, ” Maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh pada buhul tali yang amat kuat.”
” Yaitu berarti perkaranya telah mapan dan berjalan lurus diatas tuntunan yang baik dan jalan yang lurus.
[ Tafsir Ibnu Katsir ]
Mujahid rohimahulloh mengatakan bahwa ‘urwatul wutsqo adalah iman.Menurut As-Saddi artinya dien Islam. Sedang menurut Said bin Jubair dan Adh-Dhohak adalah kalimat laa ilaaha illalloh.
Menurut Anas bin Malik ‘al ‘urwatul wutsqo artinya Al Qur’an. Menurut riwayat yang bersumber dari Salim bin Abul Ja’d, yang dimaksud adalah cinta karena Alloh dan benci karena Alloh ta’ala.
Semua pendapat diatas benar, satu sama lainnya tidak bertentangan.
Sahabat Mu’adz bin Jabal mengatakan sehubungan dengan makna kalamNya, Yang tidak akan terputus, bahwa yang dimaksud terputus adalah tidak dapat masuk surga.
[ Tafsir Ibnu Katsir ]
◾ Kandungan surat Al Baqoroh 256
▪️1. Misi pokok diutusnya para nabi dan Rosul (yaitu tauhid)
Alloh ta’ala berkata,
وَ لَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلًا أَنِ اعْبُدُوْا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوْا الطَّاغُوْتِ.
” Sungguh telah Kami utus pada tiap-tiap umat seorang Rosul (yang menyeru), ‘Ibadahilah Alloh saja dan jauhi thogut.’ “
[ An-Nahl : 36 ]
Penjelasannya, sungguh telah kami utus seorang rosul pada tiap- tiap umat yang memerintahkan mereka untuk beribadah kepada Alloh saja dan mentaatinya dan meninggalkan peribadahan kepada selainNya, baik kepada setan, berhala dan orang mati dan selainnya yang dijadikan wali selain Alloh ta’ala.
[ Tafsir Al Muyassar ]
▪️ 2. Penjelasan atau tafsir kalimat tauhid laa ilaaha illalloh.
Kalimat “kufuri thogut dan imani Alloh saja.” adalah penjabaran kalimat tauhid laa ilaaha illalloh (tiada yang berhak diibadahi kecuali Alloh).
▪️3. Rukun syahadat (tauhid) atau rukun iman.
Rukun syahadat laa ilaaha illalloh adalah an-nafyu (menafikan segala yang diibadahi selain Alloh ta’ala) dan al itsbat (penetapan) yaitu menetapkan hanya Alloh ta’ala saja yang diibadahi.
kufuri thogut adalah rukun an-nafyu dan imani Alloh saja adalah rukun al itsbat.
▪4. Pokok dien Islam, landasan dan tiangnya.
Tauhid adalah pokok dan landasan Dien Islam, yang dengannya seseorang berstatus mukmin secara hakiki. Tanpanya maka batallah Islam seseorang.
” Dan tidaklah Kami utus seorang Rosul sebelummu kecuali Kami wahyukan kepadanya, ‘tiada ilah kecuali Aku maka ibadahilah Aku.’ “
[ Ambiya’ : 25 ]
” Jika kamu berbuat syirik, sungguh pasti hapuslah amalmu dan pastilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”
[ Az-Zumar : 65 ]
Jadi, tauhid adalah pokok dien, yang setiap amal pasti akan hapus tanpanya. Dan jika seseorang mati dalam keadaan musyrik maka ia pasti tidak diampuni dan kekal di neraka. (An-Nisa’ : 48 dan Al Maidah : 72 ].
▪️5. Tujuan diciptakannya makhluk.
Alloh ta’ala berkata,
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ.
” Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepadaKu.”
[ Adz-Dzariyat : 56 ]
▪️ 6. Al wala’ wal baro’
Hakikat kalimat tauhid laa ilaaha illalloh adalah al wala’ wal baro’ yaitu perintah berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan dan mentauhidkan Alloh ta’ala saja. Perintah kufuri thogut dan imani Alloh saja adalah perintah baro’ terhadap segala bentuk thogut dan perintah mentauhidkan Alloh ta’ala, bermuwalah kepada Alloh ta’ala dan kepada ahlu tauhid.
◾ Perintah Alloh ta’ala yang berkaitan dengan thogut.
Mengkufuri thogut.
فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِاللّٰهِ….
” Maka, barang siapa yang kufur kepada thogut dan beriman kepada Alloh, sungguh ia telah berpegang teguh pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan terputus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
[ Al Baqoroh 256 ]
Tidak beribadah kepada thogut.
Alloh ta’ala berkata,
وَ اللَّذِيْنَ اجْتَنَبُوْا الطَّاغُوْتَ اَنْ يَّعْبُدُوْهَا
” Dan orang-orang yang menjauhi thogut,( yaitu) tidak beribadah kepadanya.”
[ Az-Zumar : 17 ]
Abdurrohman bin Zaid bin Aslam telah meriwayatkan dari ayahnya sehubungan dengan makna kalamNya dan orang-orang yang menjauhi thogut, (yaitu) tidak beribadah kepadaNya, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Zaid bin Amr bin Nufail, Abu Dzar dan Salman Al Farisi.
Tetapi yang benar ayat ini mencakup mereka dan orang-orang selain mereka yang menjauhi peribadahan pada berhala dan selalu taat beribadah kepada Alloh Yang Maha Pemurah. Maka merekalah orang-orang yang yang mendapat berita gembira dalam kehidupan dunia dan akhiratnya.
[ Tafsir Ibnu Katsir ]
Tidak berhakim kepada thogut.
” Tidakkah engkau perhatikan (wahai Muhammad) kepada orang- orang yang mengaku bahwa mereka beriman pada apa yang diturunkan kepadamu dan (pada) apa yang diturunkan sebelummu. Mereka hendak berhakim kepada thogut, padahal mereka telah diperintah untuk mengkufurinya. Dan setan hendak menyesatkan mereka dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.”
[ An-Nisa’ : 60 ]
Menjauhi thogut.
ولقد بعثنا في كلّ أمّة رسولا أن اعبدوااللّه واجتنبوا الطّاغوت
” Dan sungguh telah Kami utus seorang Rosul pada tiap-tiap umat (yang menyeru),’ ibadahilah Alloh saja dan jauhi thogut’, kemudian diantara mereka ada yang Alloh beri petunjuk dan diantara mereka ada tetap dalam kesesatan. Maka, berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah kesudahan orang-orang yang mendustakan (rosul-rosul).”
[ An-Nahl : 36 ]
◾ Apa itu thogut ?
Secara bahasa thogut (atau tughyan) berarti melampaui batas. ( طغى- يطغى – تغيانا )
Sedangkan secara syar’i,
▪️Thogut adalah segala apa yang diibadahi selain Alloh ta’ala (Imam Malik rihimahulloh, dan juga Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Kitab Tauhid-nya).
▪️Mujahid rohimahulloh berkata,
“Thogut adalah setan berbentuk manusia, dia dijadikan sebagai hakim pemutus perkara (dengan selain Kitabulloh dan Assunnah) dan dialah yang mengendalikan urusan mereka.
▪️Umar bin Khoththob rodhiyallohu ‘anhu mengatakan bahwa thogut adalah setan (dan juga pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah dan lainnya ]
[ Tafsir Ibnu Katsir ]
▪️Syaikh Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata,
“Oleh karena itu, orang yang dijadikan pemutus perkara, seperti hakim yang memutuskan perkara dengan selain Kitabulloh adalah thogut.”
[ Majmu’ Fatawa, 28/202 ]
▪️Ibnul Qoyyim rohimahulloh mendefinisikan,
“Thogut adalah segala sesuatu yang melampaui batas, baik berupa ma’bud (yang diibadahi) atau mathbu’ (yang diikuti) atau mutho’ (yang ditaati). Dengan demikian, thogut adalah setiap orang yang dijadikan pemutus perkara selain Alloh dan RosulNya didalam suatu kaum, atau yang mereka ibadahi selain Alloh, atau yang mereka ikuti tanpa dasar keterangan dari Alloh, atau yang mereka taati pada perkara-perkara yang tidak mereka ketahui bahwa perkara tersebut merupakan ketaatan yang seharusnya ditujukan kepada Alloh ta’ala semata.”
[ I’lamul Muwaqqi’in, 1/ 50 ]
Syaikh Ibnul Qoyyim juga menambahkan,
“Siapa yang berhakim dan mengadukan perkara hukum kepada selain ajaran Rosul berarti dia telah menjadikan thogut sebagai hakim dan berhakim kepada thogut.”
[ I’lamul Muwaqqi’in ]
▪️Syaikh Abdulloh bin Abdurrohman Abu Buthoin rohimahulloh berkata,
“Thogut meliputi setiap yang diibadahi selain Alloh ta’ala, setiap kepala dalam kesesatan yang menyeru pada kebatilan dan memperindahnya, dan setiap yang diangkat oleh rakyat untuk memerintah mereka dengan hukum-hukum jahiliah. Ia juga mencakup dukun, penyihir dan juru kunci berhala yang menyeru kepada penyembahan orang-orang yang ada didalam kubur.”
[ Ad-Duror As-Saniyah ]
Jadi, thogut meliputi,
▪️Ilah-ilah dan rob- rob selain Alloh ta’ala yang membuat syariat disamping syariat Alloh ta’ala, bisa berupa seseorang atau sekumpulan orang yang memiliki hak tasyri’ seperti parlemen dan lain-lain, baik skala nasional, regional maupun internasional. Dan bagi yang mentaatinya berarti tergolong orang-orang musyrik.
▪️Batu, pohon, patung, kuburan yang diibadahi dengan cara sujud, berdoa, nadzar, thowaf, dll.
▪️Thogut bisa juga termasuk benda mati atau hidup yang dikeramatkan atau dikultuskan.
Jadi, secara hakikat thogut adalah setan, sedangkan secara dhohir adalah segala yang diibadahi selain Alloh ta’ala (segala bentuk kesyirikan) sebagaimana pendapat Imam Malik rohimahulloh dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahulloh).
➡️ Kesimpulannya, secara global ada tiga jenis thogut,
Thogut hukum
Thogut ibadah
Thogut ketaatan dan pengikutan (mutaba’ah).
[ Ad-Duror As-Saniyah ]
◾ Lima tokoh thogut
Sesunggunya pertama-tama yang diwajibkan Alloh سبحانه وتعالي kepada manusia adalah kufur kepada thaghut dan beriman kepada Alloh سبحانه وتعالي. Dalilnya adalah perkataan Alloh سبحانه وتعالي:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):”Ibadahilah Alloh (saja), dan jauhilah thoghut ..”
[ An-Nahl : 36]
▪️Adapun sifat (bentuk) kafir kepada thaghut yaitu kamu yakini batilnya/sesatnya ibadah kepada selain Alloh سبحانه وتعالي, meninggalkannya, membencinya dan mengkafirkan para penganutnya serta memusuhi mereka.
▪️Adapun pengertian beriman kepada Alloh سبحانه وتعالي yaitu kamu yakini bahwa Alloh سبحانه وتعالي adalah satu-satunya Ilah yang diibadahi, bukan yang lainnya, mengikhlaskan semua jenis ibadah hanya kepada Alloh سبحانه وتعالي, menolak semua yang disembah selainnya, mencintai orang-orang yang ikhlas dan bersifat loyal kepada mereka, membenci orang-orang musyrik serta memusuhi mereka.
Inilah millah nabi Ibrahim yang siapa pun yang membencinya adalah orang yang membodohkan dirinya sendiri. Inilah suri tauladan yang diberitakan Allah سبحانه وتعالي dalam kalam-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَآؤُا مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللهِ وَحْدَهُ
” Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kamu ibadahi selain Alloh, kami ingkari (kekafiran) kalian dan nampaklah antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Alloh saja.”
[ Mumtahanah : 4 ]
➡️ Thaghut itu banyak sekali dan lima tokohnya adalah,
▪️ Pertama: Syaithon yang mengajak beribadah kepada selain Alloh سبحانه وتعالي.
Dalilnya adalah firman Alloh سبحانه وتعالي:
أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَابَنِي ءَادَمَ أَن لاَّتَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu, hai Bani Adam, supaya kalian tidak beribadah kepada syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kalian.”
[ Yasin: 60]
▪️ Kedua: Pemerintahan zhalim yang merubah hukum Alloh سبحانه وتعالي.
Dalilnya adalah kalam Alloh سبحانه وتعالي:
أَلَمْ تَرَإلِىَ الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا بِمَآأُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآأُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحاَكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلاَلاً بَعِيدًا
“Tidakkah kamu memperhatikan (wahai Muhammad) orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.”
[An-Nisa`: 60]
▪️ Ketiga: Orang yang memutuskan hukum dengan selain yang diturunkan Alloh سبحانه وتعالي.
وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآأَنزَلَ اللهُ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
” Barang siapa yang tidak berhukum (memutuskan) dengan apa yang diturunkan Alloh, maka mereka itulah orang-oang yang kafir.”
[ Al-Maidah : 44 ]
▪️ Keempat: orang yang mengaku mengetahui yang ghoib.
Dalilnya kalam Alloh سبحانه وتعالي,
عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا .إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
” (Dia adalah Robb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.”
[ Al-Jin : 26-27]
Dan kalam Alloh سبحانه وتعالي,
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ
“Dan pada sisi Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh).”
[ al-An-‘aam: 59]
▪️ Kelima: orang yang diibadahi selain Alloh سبحانه وتعالي dan ia ridho/senang dengan peribadahan tersebut.
Dalilnya kalam Alloh سبحانه وتعالي,
وَمَن يَقُلْ مِنْهُمْ إِنِّي إِلَهٌ مِّن دُونِهِ فَذَلِكَ نَجْزِيهِ جَهَنَّمَ كَذَلِكَ نَجْزِي الظَّالِمِينَ
“Dan barangsiapa diantara mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya aku adalah ilah selain daripada Alloh’, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberi balasan kepada orang-orang zalim.” [ Al-Anbiya`: 29]
Ketahuilah, sesungguhnya manusia tidak beriman kepada Alloh سبحانه وتعالي kecuali setelah kufur kepada thaghut. Dalilnya kalam Alloh سبحانه وتعالي:
فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
” Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thoghut dan beriman kepada Alloh, maka sesunguhnya ia tela berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan terputus. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
[ Al-Baqoroh : 256]
🔸 Ar-Rusyd: dien Nabi Muhammad صلي الله عليه وسلّم dan al-Ghoyy: agama Abu Jahal.
🔸Al ‘urwah al-wutsqo yaitu kalimat tauhid لا إلٰه إلّا اللّه ( tidak ada Ilah selain Alloh سبحانه وتعالي), dan ia meliputi rukun an-nafyu (meniadakan) dan rukun al itsbat (menetapkan), maksudnya- meniadakan segala jenis peribadahan kepada selain Alloh سبحانه وتعالي dan menetapkan segala jenis peribadahan hanya kepada Alloh سبحانه وتعالي semata, tidak ada sekutu baginya.
[ Risalah fie Ma’na Thogut, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ]
◾ Cara kufur kepada thogut
Sungguh Alloh ta’ala telah menjelaskan bahwa kufur kepada thoghut merupakan syarat dalam keimanan.
Alloh ta’ala berkata,
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Barangsiapa yang kufur kepada thoghut dan beriman kepada Alloh, maka ia sungguh telah berpegang teguh kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan terputus. Dan Alloh Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.”
[ Al-Baqoroh : 256]
Kufur kepada thoghut terealisasi dengan perkara-perkara berikut:
1.Engkau meyakini batilnya,
yang demikian itu dengan meyakini bathilnya peribadahan kepada selain Alloh, dan bathilnya agama-agama dan madzhab-madzhab kafir.
2.Engkau meninggalkannya,
yaitu dengan berlepas diri darinya, dan dari pelakunya.
3.Engkau membencinya.
4.Engkau mengkafirkan pelakunya,yang demikian itu dengan meyakini kafirnya orang yang beribadah kepada para thoghut atau orang yang beriman kepadanya, dan menampakkan kufur kepada thoghut sesuai dengan kemampuan.
5.Engkau memusuhinya.
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:
“Makna kufur kepada thoghut adalah: engkau meninggalkan setiap yang diyakini selain Alloh, berupa jin, manusia, pohon, batu, atau selain yang demkian, dan bersaksi akan kekafirannya, kesesatannya, dan engkau membencinya, walaupun ia bapakmu atau saudaramu.
Adapun orang yang mengatakan aku tidak beribadah kecuali kepada Alloh, dan aku tidak mengomentari as-saadah, kubah (bangunan) diatas kuburan, dan yang semisal dengan itu, maka orang ini telah berdusta di dalam ucapan “laa ilaaha illalloh”, dia belum beriman kepada Alloh dan belum kafir kepada thoghut.”
[Ad-Durar As-Saniyah 2/122]
Beliau rohimahulloh juga berkata,
” Dan engkau wahai orang yang Alloh anugerahkan kepadanya islam, dan dia mengetahui bahwa tidak ada ilaah yang berhak diibadahi kecuali Alloh, jangalah engkau kira apabila engkau telah mengatakan: ‘inilah yang benar, dan aku meninggalkan yang selain-Nya, tetapi aku tidak akan mengomentari orang-orang musyrik, dan aku tidak berbicara tentang mereka sedikitpun’,
jangan engkau kira engkau telah masuk islam dengan hal itu, akan tetapi wajib bagimu membenci mereka, membenci orang yang mencintai mereka, mencerca mereka, dan memusuhi mereka.”
[Ad-Duror As-Saniyah 2/109]
◼️ Renungan – menebus azab
Alloh ta’ala berkata,
” Seandainya orang-orang dzalim itu memiliki segala yang dibumi dan yang semisalnya bersamanya, pastilah ia akan menebus dengan itu adzab yang buruk dihari kiamat.”
[ Az-Zumar : 47 ]
Yang dimaksud dengan orang yang dzalim adalah orang- orang musyrik, yakni seandainya mereka mempunyai semua isi bumi dan kelipatannya,
” niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat, “
yang telah dipastikan oleh Alloh buat mereka. Maka tebusan itu sama sekali tidak dapat diterima, meskipun banyaknya adalah emas sepenuh bumi, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui kalamNya,
” Sesungguhnya orang- orang yang kafir dan mati sedangkan mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walau pun dia menebus diri dengan emas sebanyak itu.”(Ali Imron : 91)
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata,
” Alloh berkata kepada ahli neraka yang paling ringan azabnya, ‘Kalau seandainya kamu memiliki dunia dan apa yang didalamnya, apakah kamu mau menebusnya dari adzab ini ?’
Dia menjawab, ‘Ya’.
Alloh ta’ala berkata,
‘Sungguh, Aku telah menginginkan darimu suatu yang lebih ringan dari ini ketika kamu berada ditulang rusuk Adam (yaitu) untuk tidak berbuat syirik terhadapKu, akan tetapi kamu enggan kecuali terus berbuat syirik terhadapKu.’ “
[ HR. Muslim ]
Karena itu wajib kita menjauhi segala bentuk kesyirikan dan terus mentauhidkan Alloh ta’ala, agar kita tak menyesal dihari kiamat, karena kita tak kan memiliki harta sepenuh bumi untuk menebus adzab Alloh ta’ala. Sungguh, perintah Alloh ta’ala supaya kita tidak berbuat syirik kepadanya adalah lebih ringan daripada tebusan harta sepenuh bumi, yang hal itu tak mungkin kita miliki. Jauhi segala bentuk thogut (segala bentuk kesyirikan) dan tauhidkan Alloh ta’ala. Inilah kewajiban utama umat manusia, dan untuk itulah tujuan mereka diciptakan oleh Alloh ta’ala.
Wallohu a’lam.
بِسْـــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِـــــــــيم
( Meluruskan Gagal Faham Terhadap Sebuah Hadits )
PAHAMI baik-baik dan baca dengan cermat. orang kalau sudah berjenggot, bergamis, atau bercelana cingkrang (diatas mata kaki), lalu ngomongnya pakai dalil qur’an dan hadits, apalagi ngomongnya di TV atau Radio tertentu; langsung dianggap sudah pasti benar, langsung dianggap ‘oh ini ahlus sunnah sejati’; sehingga kalau ada berbeda dengan yang disampaikannya ini, berarti ‘salah’ atau ‘sesat’.
Demikianlah diantara fenomena keterpurukan intelektual yang sedang menimpa sebagian kaum muslimin dewasa ini, padahal kebenaran itu bukan sekedar di ukur dengan yang namanya DALIL, tetapi juga perlu ISTIDLAL (cara menggunakan dalil).
Artinya, ketika dalil sudah benar, lalu bagaimana cara menggunakan dalil itu agar pemahaman dan pengamalan terhadap dalil itu juga benar. Inilah garis lurus syari’at/manhaj salaf yang sesungguhnya.
Kalau hanya terpesona dengan orang yang menyampaikan pakai dalil, maka syi’ah pun punya dalil, khawarij dan mu’tazilah juga punya dalil, kelompok sesat jabariyyah dan murji-ah pun juga pakai dalil. Lalu kenapa mereka tetap sesat?
Ya, karena bukan dalil nya yang salah, melainkan cara mereka menggunakan dalil (ISTIDLAL) itulah yang salah sehingga menjadikan mereka sesat dan menyesatkan.
Thoyyib, mari kita bahas dengan cermat.
Segelintir orang memaksakan ummat ini untuk MENTAATI PEMIMPIN (PENGUASA) NON ISLAMI MESKIPUN BERHATI SETAN dalilnya:
Pertama:
Hadits dari ‘Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, di riwayatkan Imam Abu Dawud dan Imam Tirmidzi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﺃُﻭْﺻِﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻠﻪِ ﻋَﺰَّﻭَﺟَﻞَّ , ﻭَﺍﻟﺴَّﻤْﻊِ ﻭَﺍﻟﻄَّﺎﻋَﺔِ ﻭَﺇِﻥْ ﺗَﺄَﻣَّﺮَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻋَﺒْﺪٌ ﺣﺒﺸﻲ .
“Saya memberi wasiat kepada kalian agar tetap bertaqwa kepada Allah ‘azza wa jalla, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memerintah (memimlin) kalian adalah seorang hamba sahaya (budak hitam)”.
Kedua:
Hadits dari Hudzaifah Ibnul Yaman, diriwayatkan Imam Muslim. Rasulullah bersabda,
ﻳَﻜُﻮﻥُ ﺑَﻌْﺪِﻱ ﺃَﺋِﻤَّﺔٌ ﻟَﺎ ﻳَﻬْﺘَﺪُﻭﻥَ ﺑِﻬُﺪَﺍﻱَ، ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﻨُّﻮﻥَ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻲ، ﻭَﺳَﻴَﻘُﻮﻡُ ﻓِﻴﻬِﻢْ ﺭِﺟَﺎﻝٌ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢْ ﻗُﻠُﻮﺏُ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦِ ﻓِﻲ ﺟُﺜْﻤَﺎﻥِ ﺇِﻧْﺲٍ، ﻗَﺎﻝَ : ﻗُﻠْﺖُ : ﻛَﻴْﻒَ ﺃَﺻْﻨَﻊُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﺇِﻥْ ﺃَﺩْﺭَﻛْﺖُ ﺫَﻟِﻚَ؟، ﻗَﺎﻝَ : ﺗَﺴْﻤَﻊُ ﻭَﺗُﻄِﻴﻊُ ﻟِﻠْﺄَﻣِﻴﺮِ، ﻭَﺇِﻥْ ﺿُﺮِﺏَ ﻇَﻬْﺮُﻙَ، ﻭَﺃُﺧِﺬَ ﻣَﺎﻟُﻚَ ﻓَﺎﺳْﻤَﻊْ ﻭَﺃَﻃِﻊْ .
“Nanti setelahku ini akan ada seorang pemimpin yang tidak berpetunjuk dengan petunjukku (dalam teori) dan tidak pula bersunnah dengan sunnahku (dalam praktek). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia”.
Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?”
Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada Al-MIR (pemimpin) itu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.”
-selesai-
Baik, kita bahas..
PERTAMA:
DUA HADITS tersebut diatas yang sering menjadi dalil untuk dua hal:
1. Membenarkan adanya kepemimpinan NON SYARI’AT di muka bumi;
2. Mewajibkan mendengar dan taat kepada kepemimpinan itu, meskipun ia berhati setan, harta kita diambil, punggung kita dipukul.
Hadits-hadits tersebut selalu diulang-ulang oleh para penjilat penguasa (mulukiyyah/murji’ah gaya baru), tetapi anehnya hadits-hadits tentang para syuhada’ yang terbunuh melawan pemimpin zhalim tidak pernah mereka bahas, tidak pernah mereka dengang-dengungkan.
Padahal sabda Nabi, “jihad yang paling afdhal adalah amar ma’ruf nahi munkar kepada pemimpin zalim”. ini juga kan hadits shahih, sebagaimana hadits-hadits yang mereka nukil diatas, dan itu di praktekkan oleh Salafus Shalih, tetapi kenapa tidak pernah mereka bahas?
Disinilah letak standar ganda nya para penyembah mulk (penguasa) itu. Syari’at (Al-Qur’an & As-Sunnah) menjadi keset di bawah kaki mereka demi kekuasaan, demi ketebaran nama, demi banyaknya jamaah..
KEDUA:
Baginda Rasulullah ‘Alaihi Shalawatu Wa Salam bersabda :
ﺇﻥ ﺃُﻣِّﺮ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻋﺒﺪٌ ﻣُﺠﺪَّﻉٌ ﺃﺳﻮﺩُ ، ﻳﻘﻮﺩُﻛﻢ ﺑﻜﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗﻌﺎﻟﻰ ، ﻓﺎﺳﻤَﻌﻮﺍ ﻟﻪ ﻭﺃَﻃﻴﻌﻮﺍ ” .
“Jika kalian di pimpin oleh seorang hamba sahaya yang hitam berambut keriting, yang memimpin kalian DENGAN KITAB ALLAH, maka taatlah kepadanya”.
( ini hadits shahih riwayat Imam Muslim )
Perhatikan hadits ini dengan cermat. Sabda Rasulullah, “Maka Taatlah kalian selama ia memimpin dengan KITABULLAH…sekali lagi: DENGAN KITABULLAH.
Nah, inilah hadits yang menjelaskan (atau tafsir) dari hadits yang sering mereka nukil diatas. Harusnya di korelasikan dalil-dalil yang ada, jangan ambil separoh-separoh. hancur agama ini jika cara mereka beristidlal seperti itu.
Pertanyaan saya..apakah sama pemimpin yang memimpin berdasarkan KITABULLAH, dengan pemimpin yang memimpin berdasarkan UNDANG-UNDANG SEKULER?
Apalagi Undang-undang sekuler itu dijadikan asas tunggal dan ideologi bangsa/negara?
CATAT ya…kita tidak sedang membahas orang-orang yang ada di parlemen, DPR-MPR itu kafir atau tidak.
Bukan..Itu hak dan wewenang para ulama yang kredibel dan berkompeten..bukan hak orang-orang awam seperti kita.
Yang kita bahas sekarang adalah hukumnya, undang-undangnya. Yang mana, mau tidak mau kita harus akui bahwa undang-undang yang ada saat ini bukanlah undang-undang ISLAM.
KETIGA:
Dalam batas syari’at, ada dua poin penting yang sering DISEMBUNYIKAN oleh kaum mulukiyyun (penjilat penguasa) ini, yaitu:
1. Ketaatan mutlak itu hanya berlaku untuk Allah dan Rasul-Nya; sehingga kepada Ulil Amri/
pemerintah yang berhukum pada Syariat pun, ketaatan itu sifatnya terbatas (tidak mutlak);
2. Memberikan hak ketaatan mutlak (sekalipun harta kita diambil, punggung kita dipukuli) kepada orang-orang sekuler, anti Syariat atau menolak Syariat. ini tentu sangat MUSTAHIL. tidak mungkin Allah Ta’ala memberikan hak istimewa kepada kepemimpinan yang menentang-Nya dan menentang Rasul-Nya.
Dalilnya, Nabi bersabda:
ﺇﻥَّ ﻫﺬﺍ ﺍﻷﻣﺮَ ﻓﻲ ﻗﺮﻳﺶٍ ، ﻻ ﻳُﻌﺎﺩﻳﻬﻢ ﺃﺣﺪٌ ﺇﻻ ﻛﺒَّﻪ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻬِﻪ ، ﻣﺎ ﺃﻗﺎﻣﻮﺍ ﺍﻟﺪﻳﻦَ
“Sesungguhnya urusan ini (kepemimpinan kaum muslimin) adalah dari Quraisy, tidak ada seorangpun yang menentangnya kecuali akan di campakkan oleh Allah wajahnya di neraka, selama MEREKA MEMIMPIN DENGAN MENEGAKKAN DIN”.
(Ini hadits Shahih riwayat Imam Bukhari dari sahabat Muawiyyah Bin Abi Sufyan Radhiyallahu’anhuma)
Perhatikan: Sabda Rasulullah, meskipun yang memimpin adalah kaum Quraisy, maka WAJIB MENTAATAINYA selama MEREKA MENEGAKKAN DIN (AGAMA).. sekali lagi..selama mereka menegakkan DIIN.
Dari sabda Nabi ini sangat jelas bagi orang-orang berakal bahwa SYARAT MENDENGAR DAN TAAT KEPADA PEMIMPIN, ITU TIDAK BERSIFAT MUTLAK. Ini sudah terlalu capek kami bahas berulang-ulang..mereka saja hanya muter-muter disitu.
Oleh karenanya, menjadikan dua hadits diatas sebagai dalil untuk “mendengar dan taat” kepada kepemimpinan NON ISLAMI (tidak berlandaskan Al-Qur’an & As-Sunnah), ini adalah pengkhianatan besar kepada Allah, Rasul, dan Syari’at-Nya.
Sejak kapan para MUWAHHIDIN (AHLI TAUHID SEJATI) diperintah tunduk kepada kepemimpinan Non Syariat? Sejak kapan? Mana dalilnya? Mana praktek Salaf terhadapnya?
KEEMPAT:
Dalam hadits ke-dua diatas, ada kata “laa yahtaduna bi hadyi” (mereka berpetunjuk tidak dengan petunjukku) dan “laa yastanuna bi sunnati” (mereka bersunnah tidak dengan Sunnahku). Kata-kata tersebut TIDAK BERMAKNA SECARA MUTLAK MEREKA MENINGGALKAN SYARI’AT..tapi bermakna mereka melakukan bid’ah. Karena di sana ada kata “yahtaduna” (berpetunjuk) dan “yastanuna” (bersunnah); artinya mereka masih menetapi PETUNJUK dan SUNNAH, namun tidak sesuai dengan apa yang Nabi lakukan/contohkan. Kalau mereka benar-benar meninggalkan Syariat, tentunya Nabi memakai kalimat “yakfuruna bi ayatillah wa sunnati nabiyih” (mereka kufur atas ayat Allah dan Rasul-Nya).
Kemudian di sana juga ada kata ﺍﻷﻣﻴﺮ (pakai alif lam ma’rifat sebagai bentuk mu’ayyan) yang artinya pemimpin..yang mana kata “Al-Amir” disini maknanya khusus, tidak umum. Artinya, itu kepemimpinan ISLAM, yang dibatasi hukum Syariat; karena asal kepemimpinan dalam Islam adalah TAAT SYARIAT.
Di sana juga ada kata “as sam’u wat tho’ah”. yang mana kata-kata seperti ini dalam Al-Qur’an sering disebut “sami’na wa atho’na”. Kata-kata ini adalah KHAS KETAATAN kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak berlaku bagi yang lain. Karena ia mengandung konsekuensi IMAN, seperti yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah ayat 285. Kata-kata ini HARAM dikeluarkan dari jalur KEIMANAN.
KELIMA:
Setelah kita menjama’kan (mengkorelasikan) hadits-hadits tentang wajibnya mendengar dan taat pada ULIL AMRI, maka kembalikan pemahaman tentang Ulil Amri itu kepada para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Artinya, baca dan lihat penjelasan para Ulama dan Imam-imam Ahlus Sunnah terkait makna Ulil Amri dan penjelasan mereka tentang siapa dan bagaimana Ulil Amri itu. Sehingga tidak MAIN COMOT.
ULIL AMRI adalah ;
SATU:
Didalam kitab fathul qadir 1/556, Imam Syaukani Rahimahullah mengatakan:
ﻭﺍﻷﻭﻟﻰ ﺍﻷﻣﺮ : ﻫﻢ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﻭﺍﻟﺴﻼﻃﻴﻦ، ﻭﺍﻟﻘﻀﺎﺓ ﻭﻛﻞ ﻣﻦ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﻭﻻﻳﺔ ﺷﺮﻋﻴﺔ ﻻ ﻭﻻﻳﺔ ﻃﺎﻏﻮﺗﻴﺔ
“Ulil Amri adalah para imam, penguasa, hakim, dan semua orang yang memiliki kekuasaan yang Syar’i (yakni sesuai syariat) bukan kekuasaan Thoghut”.
KEDUA:
Dalam kitab Majmu’ Fatawa wa Maqolatun Mutanawwi’ah 1/ 117 cetakan Daarul Qasim lin Nasyr-Riyadh, Syaikh Bin Baz Rahimahullah mengatakan :
ﻷﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻛﻞ ﺣﺎﻛﻢ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻳﺼﺢ ﻣﻨﻪ ﺍﻹﺟﺘﻬﺎﺩ، ﻛﻤﺎ ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻛﻞ ﺣﺎﻛﻢ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﻣﻠﻜﺎً ﺃﻭ ﺭﺀﻳﺲ ﺟﻤﻬﻮﺭﻳﺔ ﻳﺴﻤﻲ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻣﻦ ﻳﺤﻜﻢ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﺑﺸﺮﻉ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻳﻠﺰﻣﻬﻢ ﺑﻪ، ﻭﻳﻤﻨﻌﻬﻢ ﻣﻦ ﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ، ﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﻌﻠﻮﻡ ﺑﻴﻦ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﺍﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﺑﻴﻨﻬﻢ .
“…Karena tidaklah setiap pemimpin di namakan seorang alim yang sehingga dibenarkan ia berijtihad, sebagaimana tidaklah setiap pemimpin, baik itu kedudukannya sebagai raja atau presiden di namakan “AMIRUL MUKMININ” (Ulil Amri), karena yang di namakan “AMIRUL MUKMININ (Ulil Amri) hanyalah seseorang “yang berhukum di antara rakyatnya dengan SYARI’AT ALLAH”
dan mengharuskan mereka atas itu, dan melarang mereka untuk menyelisihinya. Inilah yang telah di ketahui di antara Ulama Islam dan di kenal di kalangan mereka”.
-selesai-
Ini kata Syaikh Bin Baz, bukan kata Habib Rizieq Shihab.
MANHAJ MULUKIYYAH/MURJI-AH adalah “manhaj main comot yang penting aman” asal sudah jadi pemimpin, berkuasa, dengan cara apapun, maka ia langsung dianggap Ulil Amri dan wajib mendengar serta mentaatinya. sebagaimana ‘fatwa’
Ibrahim Ar-Ruhaili..
Kalau begitu, kafir Belanda yang menguasai indonesia selama 350 tahun (dalam jajahannya), antum anggap Ulil Amri dong?
Sehingga konsekuensi logisnya -dari buah fikir sungsang seperti ini- para pahlawan kemerdekaan itu “khawarij” semua??
Demikian pula Israel Yahudi yang sampai detik ini menguasai palestina (dalam jajahannya), Bashar Asad di Suriah di anggap Ulil Amri dong? Karena mereka berkuasa disana.. , sehingga konsekuensi logisnya -dari buah fikir prematur ini- Mujahidin dan semua pejuang Palestina dan Suriah itu “khawarij” semua ???
Wallahul musta’an. Semoga Allah menyelematkan ummat ini dari kehinaan, kebodohan dan kesesatan pemikiran serta fitnah di akhir zaman.
Nas’alullah al-‘afiyah wa salamah.
#Tauhid Manhaj & Aqidah
Sejak Nabiﷺ diperintahkan untuk terang-terangan dalam berdakwah, beliau telah mengumumkan permusuhan yang nyata atas orang-orang musyrik.
Beliau cela tuhan-tuhan mereka. Beliau peringatkan mereka jika terus dalam kesyirikan maka akan digolongkan dalam penduduk Neraka. Ibnu Hisyam berkata,
“Ibnu Ishaq berkata, ‘Ketika beliauﷺ mulai terang-terangan menyeru kaumnya kepada Islam sebagaimana diperintahkan, kaumnya tidak menjauhi atau menolaknya menurut yang sampai padaku -.
Namun setelah beliau menyebut-nyebut dan mencela tuhan-tuhan mereka, mulailah permusuhan dan pengingkaran itu. Mereka sepakat menyelisihi dan memusuhinya kecuali yang ALLAAHﷻ lindungi lantaran keislamannya, sedangkan mereka itu sedikit lagi lemah’.”
Sekalipun kaum muslimin lemah dan sedikit, namun tauhid menuntut mereka untuk berlepas diri dari thaghut dan menampakkan permusuhan kepada penyembahnya.
Ketika Quraisy mendatangi Rasulﷺ untuk mengajaknya saling bertukar sesembahan sekalipun sesaat, yaitu mereka bersedia menyembah tuhannya walau sesaat dengan syarat beliau menyembah thawaghit mereka itu walaupun sesaat, turunlah ayat yang melarang hal itu dan menjelaskan bahwa tidak ada kompromi antara tauhid dan syirik.
Ibnu Hisyam berkata,
“Ketika Rasulullahﷺ sedang thawaf di Ka’bah, al-Asud bin al-Mutthalib bin Asad bin Abdul Uzza, al-Walid bin al-Mughirah, Umayyah bin Khalaf, dan al-‘Ash bin Wail as-Sahmi mereka adalah pemuka-pemuka kaumnya menghadangnya,
lalu berkata,
‘Wahai Muhammad, marilah kita berkompromi, kita sembah sesembahanmu dan engkau sembah sesembahan kami sehingga kita sama-sama menyembah.
Jika sesembahanmu itu lebih baik daripada sesembahan kami maka kami telah mendapat bagiannya. Jika sesembahan kami itu lebih baik daripada sesembahanmu maka engkau juga telah mendapat bagianmu.’ Maka Allah menurunkan ayat,
“Katakanlah:
“Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. al-Kafirun: 1-6)
Thaghut-thaghut itu banyak sekali, sedangkan tokoh-tokohnya ada lima:
Pertama:
Syaitan yang mengajak untuk beribadah kepada selain ALLAAHﷻ, sedangkan dalilnya adalah firman ALLAAHﷻ:
ﺃَﻟَﻢْ ﺃَﻋْﻬَﺪْ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻳَﺎ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ ﺃَﻥ ﻟَّﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥَ ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﺪُﻭٌّ ﻣُّﺒِﻴﻦٌ
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu.” (QS. Yaasiin: 60)
Kedua:
Pemerintah yang dzalim yang merubah hukum-hukum ALLAAHﷻ adalah THOGUT
Sedangkan dalilnya adalah firman-Nya:
ﺃَﻟَﻢْ ﺗَﺮَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺰْﻋُﻤُﻮﻥَ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻧﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧﺰِﻝَ ﻣِﻦ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻳُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﺃَﻥ ﻳَﺘَﺤَﺎﻛَﻤُﻮﺍْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕِ ﻭَﻗَﺪْ ﺃُﻣِﺮُﻭﺍْ ﺃَﻥ ﻳَﻜْﻔُﺮُﻭﺍْ ﺑِﻪِ ﻭَﻳُﺮِﻳﺪُ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﺃَﻥ ﻳُﻀِﻠَّﻬُﻢْ ﺿَﻼَﻻً ﺑَﻌِﻴﺪﺍً
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisaa: 60)
Ketiga:
Orang yang memutuskan hukum dengan sesuatu yang bukan diturunkan ALLAAHﷻ
Sedangkan dalilnya adalah firman ALLAAHﷻ:
ﻭَﻣَﻦ ﻟَّﻢْ ﻳَﺤْﻜُﻢ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻧﺰَﻝَ ﺍﻟﻠّﻪُ ﻓَﺄُﻭْﻟَـﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ
“Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allaah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.” (QS. Al-Maidah: 44)
Keempat:
Orang yang mengklaim mengetahui hal yang ghaib padahal itu adalah hak khusus ALLAAHﷻ,
Sedangkan dalilnya adalah firman-Nya:
ﻋَﺎﻟِﻢُ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐِ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﻈْﻬِﺮُ ﻋَﻠَﻰ ﻏَﻴْﺒِﻪِ ﺃَﺣَﺪﺍً ٢٦ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦِ ﺍﺭْﺗَﻀَﻰ ﻣِﻦ ﺭَّﺳُﻮﻝٍ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻳَﺴْﻠُﻚُ ﻣِﻦ ﺑَﻴْﻦِ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﻭَﻣِﻦْ ﺧَﻠْﻔِﻪِ ﺭَﺻَﺪﺍً
“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridlai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (Malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS. Al Jinn: 26-27)
Dan firman-Nya:
ﻭَﻋِﻨﺪَﻩُ ﻣَﻔَﺎﺗِﺢُ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐِ ﻻَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻬَﺎ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ ﻭَﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺒَﺮِّ ﻭَﺍﻟْﺒَﺤْﺮِ ﻭَﻣَﺎ ﺗَﺴْﻘُﻂُ ﻣِﻦ ﻭَﺭَﻗَﺔٍ ﺇِﻻَّ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻬَﺎ ﻭَﻻَ ﺣَﺒَّﺔٍ ﻓِﻲ ﻇُﻠُﻤَﺎﺕِ ﺍﻷَﺭْﺽِ ﻭَﻻَ ﺭَﻃْﺐٍ ﻭَﻻَ ﻳَﺎﺑِﺲٍ ﺇِﻻَّ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺏٍ ﻣُّﺒِﻴﻦٍ
”Dan pada sisi ALLAAHﷻ
-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan apa yang ada di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” (QS. Al An’am: 59)
Kelima:
Segala sesuatu yang disembah selain ALLAAHﷻ, sedangkan dia rela dengan penyembahan tersebut, dan adapun dalilnya adalah firman Allah:
ﻭَﻣَﻦ ﻳَﻘُﻞْ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﺇِﻧِّﻲ ﺇِﻟَﻪٌ ﻣِّﻦ ﺩُﻭﻧِﻪِ ﻓَﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻳﻪِ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻧَﺠْﺰِﻱ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ
“Dan barangsiapa di antara mereka mengatakan: “Sesungguhnya aku adalah Tuhan selain daripada ALLAAH,” maka orang itu Kami beri balasan dengan jahannam, demikian Kami memberikan balasan kepada orang-orang dhalim.” (QS. Al Anbiyaa: 29)
Ketahuilah bahwa orang itu tidak bisa dianggap sebagai orang yang beriman kepada ALLAAHﷻ kecuali dengan kufur terhadap thaghut,
dan adapun dalilnya adalah firman ALLAAHﷻ:
ﻗَﺪ ﺗَّﺒَﻴَّﻦَ ﺍﻟﺮُّﺷْﺪﻣِﻦَ ﺍﻟْﻐَﻲِّ ﻓَﻤَﻦْ ﻳَﻜْﻔُﺮْ ﺑِﺎﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕِ ﻭَﻳُﺆْﻣِﻦ ﺑِﺎﻟﻠّﻪِ ﻓَﻘَﺪِ ﺍﺳْﺘَﻤْﺴَﻚَ ﺑِﺎﻟْﻌُﺮْﻭَﺓِ ﺍﻟْﻮُﺛْﻘَﻰَ ﻻَ ﺍﻧﻔِﺼَﺎﻡَ ﻟَﻬَﺎ
”Telah jelas kebenaran dari kesesatan, karena itu barangsiapa ingkar kepada thaghut dan beriman kepada ALLAAH, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” (QS. Al Baqarah: 256)
Ar Rusydu adalah agama Muhammad dan Al Ghayy adalah agama Abu Jahal, sedangkan Al ‘Urwah Al Wutsqaa adalah kesaksian Laa Ilaaha Illallaah, di mana hal ini mengandung penafian dan penetapan. Menafikan semua macam ibadah dari selain ALLAAHﷻ, dan menetapkan seluruh ibadah hanya kepada ALLAAHﷻ yang tidak ada sekutu bagi-Nya.” (Majmu’atut Tauhid)
Syaikh Muhammad Hamid Al Faqiy rahimahullah berkata:
“Dan yang disimpulkan dari pernyataan salaf radliyallahu’anhum : Bahwa thaghut adalah segala yang memalingkan si hamba dan menghalanginya dari peribadatan kepada ALLAAHﷻ dan (dari) pemurnian ketundukan dan ketaatan bagi ALLAAHﷻ dan Rasul-Nya, baik dalam hal itu adalah syaitan dari kalangan jin dan syaitan dari kalangan manusia, maupun pepohonan, bebatuan dan yang lainnya. Dan tidak diragukan lagi masuk dalam hal itu adalah pemutusan hukum dengan undang-undang di luar Islam dan diluar ajarannya serta hal lainnya yang dibuat oleh manusia untuk dijadikan bahan pemutusan hukum dalam perkara darah, kemaluan, dan harta, dan dengannya dia menggugurkan syari’at ALLAAHﷻ berupa penegakkan hudud, pengharaman riba, zina, khamr, dan yang lainnya, yang mana undang-undang buatan thogut itu telah menghalalkannya dan melindunginya dengan pemberlakuannya dan penerapan para aparatnya.
Sedangkan undang-undang buatan itu sendiri adalah thaghut dan orang yang membuatnya serta yang mensosialisasikannya adalah thaghut juga.
Dan begitu juga segala kitab yang dibuat oleh akal manusia dalam rangka memalingkan dari kebenaran yang dibawa oleh Rasulullaah
shallallahu’aihi wa sallam , baik secara sengaja ataupun tanpa kesengajaan dari pembuatnya, maka ia adalah thaghut.”
" WAHAI SALAFY MURJIAH.. Ya… Mereka Memang THAGUT..!"
Bantahan atas Orang yang Menomor duakan Syirik Dustur
Syirik hukum (dustur) tidak berbeda dengan syirik ibadah karena berhukum adalah salah satu bentuk ibadah. Berhukum kepada hukum ALLAAHﷻ dan syariat-Nya adalah ibadah kepada ALLAAHﷻ, sebagaimana berhukum kepada thaghut adalah bentuk ibadah kepada thaghut.
Ulama Syafi’iyyah yang sezaman dengan Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, yakni Imam Muhammad bin Ahmad berkata,
والطاغوت: أسم عام لما يعبد من دون الله، فطاغوت كل قوم معبودهم من دون الله، او متبوعهم على غير بصيرة من الله، او مطاعهم فى معصية الله، او حاكمهم بغير ما أنزل الله
"Thaghut adalah istilah umum untuk setiap sesuatu yang diibadahi selain ALLAAHﷻ. Thaghut dari setiap bangsa adalah sesuatu yang mereka ibadahi selain ALLAAHﷻ atau mereka ikuti tanpa bashirah dari ALLAAHﷻ atau mereka taati dalam bermaksiat kepada ALLAAHﷻ atau penguasa mereka yang menggunakan hukum dengan selain hukum yang ALLAAHﷻ turunkan." [Darajat ash-Sha'idin, hlm. 23]
ALLAAH ta'ala berfirman,
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا۟ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوٓا۟ إِلَى ٱلطَّٰغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوٓا۟ أَن يَكْفُرُوا۟ بِهِۦ وَيُرِيدُ ٱلشَّيْطَٰنُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah kufur kepada thaghut itu dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” [QS. an-Nisa': 60]
Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya,
فَإِنَّهَا ذَامَّةٌ لِمَنْ عَدَلَ عَنِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَتَحَاكَمُوا إِلَى مَا سِوَاهُمَا مِنَ الْبَاطِلِ، وَهُوَ الْمُرَادُ بِالطَّاغُوتِ هَاهُنَا
“Sesungguhnya ayat ini adalah celaan terhadap orang yang menyimpang dari Alquran dan sunah, lalu ia berhukum kepada selain Alquran dan sunah, yaitu kepada kebatilan. Hal inilah yang dimaksud dengan thaghut dalam ayat ini.” [Tafsir Ibnu Katsir, 2/305]
Imam Fakhruddin ar-Razi asy-Syafi‘i mengatakan dalam tafsirnya,
فَجَعَلَ التَّحاكُمَ إلى الطّاغُوتِ يَكُونُ إيمانًا بِهِ، ولا شَكَّ أنَّ الإيمانَ بِالطّاغُوتِ كُفْرٌ بِاللَّهِ، كَما أنَّ الكُفْرَ بِالطّاغُوتِ إيمانٌ بِاللَّهِ.
“ALLAAH ta'ala menetapkan bahwa berhukum kepada thaghut merupakan suatu keimanan kepada thaghut. Tidak ada keraguan bahwa keimanan kepada thaghut adalah kekufuran kepada ALLAAHﷻ, sebagaimana kufur kepada thaghut adalah keimanan kepada ALLAAHﷻ .” [Mafatih al-Ghaib, 10/155]
Selain itu, syirik hukum juga terkadang masuk dalam makna syirik Rububiyyah ketika seseorang itu meyakini bahwa manusia dapat membuat hukum sendiri.
ALLAAH ta'ala berfirman,
وَلا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَدًا
“... dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum.” [QS. al-Kahf: 26]
Imam Abul Hasan al-Mawardi berkata dalam menafsirkan ayat ini,
أنَّهُ لَمْ يَجْعَلْ لِأحَدٍ أنْ يَحْكُمَ بِغَيْرِ حُكْمِهِ فَيَصِيرُ شَرِيكًا لَهُ في حُكْمِهِ.
“Sesungguhnya Ia tidak mengizinkan seorang pun untuk menggunakan hukum dengan selain hukum-Nya sehingga ia menjadi sekutu bagi-Nya pada hukum-Nya.” [an-Nukat wa al-‘Uyyun, 3/300]
Imam al-Wahidi asy-Syafi‘i berkata dalam menafsirkan ayat ini,
فليس لأحدٍ أن يحكم بحكمٍ لم يحكمْ به الله
“Artinya, tidak ada seorang pun yang berhak untuk menggunakan hukum dengan hukum yang tidak ditetapkan oleh ALLAAHﷻ .” [Tafsir al-Wajiz, hal. 659]
YA... MEREKA MEMANG THOGUT
AL IMAM IBNU KATSIR rahimahullah
berkata
"Barangsiapa meninggalkan hukum yang muhkam (baku) yang diturunkan kepada Muhammad ibnu Abdillah penutup para nabi, dan dia malah merujuk hukum kepada hukum-hukum (ALLAAHﷻ) yang sudah dihapus, maka dia kafir. Maka apa gerangan dengan orang yang mengacu kepada Ilyasa (Yasiq) dan dia mendahulukannya terhadap ajaran ALLAAHﷻ, maka dia kafir berdasarkan ijma kaum muslimin.” (Al Bidayah Wan Nihayah: 13/119).
Ilyasa adalah kitab hukum yang dibuat oleh Jenggis Khan raja Tartar. Kitab ini merupakan kumpulan yang sebagiannya diambil dari Taurat orang Yahudi, Injil orang Nashrani, Al Qur’an dan ajaran ahli bid’ah ditambah dengan hasil buah fikirannya lalu dikodifikasikan menjadi sebuah kitab yang disebut Ilyasa atau Yasiq. Para ulama muslimin sepakat mengatakan bahwa siapa saja yang merujuk kepada kitab seperti hukum ini, maka dia kafir dengan ijma kaum muslimin.
Maka demikian pula dengan Yasiq ‘Ashri (Yasiq Modern), yaitu Undang Undang Dasar, KUHP, dan lain-lain, dimana hukum itu diambil dari orang-orang Nashrani (seperti orang Belanda dengan KUHP-nya), dan ada juga dari Islam seperti masalah pernikahan. Lagi pula sesungguhnya kekafiran pemerintah ini bukan hanya dari sisi karena tidak memberlakukan (syariat) Islam dan menggantinya dengan hukum buatan saja, akan tetapi telah kafir dari banyak sisi yang di antaranya:
A. Mereka Menjadi Thaghut
Kenapa demikian?, ini karena mereka dengan dewan legislatifnya dan sebagian eksekutifnya mengklaim sebagai pembuat hukum, mengklaim yang berhak membuat hukum dan perundang-undangan, bahkan mereka telah membuat dan memutuskan, maka mereka adalah thaghut itu sendiri. Mereka menjadi pembuat hukum yang hukumnya diikuti (baca: diibadati) oleh ansharnya.
1. ALLAAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ﺃَﻟَﻢْ ﺗَﺮَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺰْﻋُﻤُﻮﻥَ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻧﺰِﻝَ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻧﺰِﻝَ ﻣِﻦ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻳُﺮِﻳﺪُﻭﻥَ ﺃَﻥ ﻳَﺘَﺤَﺎﻛَﻤُﻮﺍْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕِ ﻭَﻗَﺪْ ﺃُﻣِﺮُﻭﺍْ ﺃَﻥ ﻳَﻜْﻔُﺮُﻭﺍْ ﺑِﻪِ
Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu.” (QS. An Nisa: 60)
Banyak masyarakat atau anshar thaghut atau siapa saja di antara mereka, ketika memiliki kasus di negeri ini, apakah mereka mengajukan kasusnya kepada hukum ALLAAHﷻ ataukah kepada hukum selaim hukum ALLAAHﷻ ? Tentu mereka mengajukannya kepada hukum selain hukum ALLAAHﷻ, yang mana hukum itu dibuat oleh para thaghut tadi di gedung Palemen, baik yang ada di lembaga legislatif atau lembaga eksekutif maupun para pemutusnya di dewan yudikatif.
Mereka adalah thaghut, Sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab rahimahullah dalan Risalah Fie Ma’na Thaghut , bahwa pentolan thaghut yang kedua adalah “Penguasa Dzalim Yang Merubah Ketentuan ALLAAHﷻ”.
Sedangkan di negeri ini, semua hukum ALLAAHﷻ dirubah… mulai dari hukum pidana, perdata, ekonomi, dan lain-lain. Semua dicampakkan dan mereka sepakat tidak memakai hukum yang ALLAAHﷻ turunkan, sedangkan sesorang tidak bisa dikatakan sebagai orang muslim kecuali bila kafir kepada thaghut. Dan bagaimana mereka bisa dikatakan muslim dan mereka berlepas diri dari thaghut sedangkan dalam hal ini mereka sendiri adalah thaghutnya…??!
2. ALLAAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ﺍﺗَّﺨَﺬُﻭﺍْ ﺃَﺣْﺒَﺎﺭَﻫُﻢْ ﻭَﺭُﻫْﺒَﺎﻧَﻬُﻢْ ﺃَﺭْﺑَﺎﺑﺎً ﻣِّﻦ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺴِﻴﺢَ ﺍﺑْﻦَ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻣِﺮُﻭﺍْ ﺇِﻻَّ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﺍْ ﺇِﻟَـﻬﺎً ﻭَﺍﺣِﺪﺍً ﻻَّ ﺇِﻟَـﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (tuhan-tuhan) selain ALLAAHﷻ dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan kecuali mereka hanya menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada ilah (Tuhan yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci ALLAAHﷻ dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah: 31)
Dalam ayat ini ALLAAHﷻ memvonis orang Nashrani dengan lima vonis:
1. Mereka telah mempertuhankan para alim ulama dan para rahib
2. Mereka telah beribadah kepada selain ALLAAHﷻ, yaitu kepada alim ulama dan para rahib
3. Mereka telah melanggar Laa ilaaha illallaah
4. Mereka telah musyrik
5. Para alim ulama dan para rahib itu telah memposisikan dirinya sebagi rabb.
Imam At Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan, bahwa ketika ayat ini dibacakan oleh Rasulullaah shalallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan ‘Adiy ibnu Hatim (seorang shahabat yang asalnya Nashrani kemudian masuk Islam), ‘Adiy ibnu Hatim mendengar ayat-ayat ini dengan vonis-vonis tadi, maka ‘Adiy mengatakan: “Kami (orang-orang Nashrani) tidak pernah shalat atau sujud kepada alim ulama dan rahib (pendeta) kami” , Jadi maksudnya dalam benak orang-orang Nashrani adalah; kenapa ALLAAHﷻ memvonis kami telah mempertuhankan mereka, atau apa bentuk penyekutuan atau penuhanan yang telah kami lakukan sehingga kami disebut telah beribadah kepada mereka padahal kami tidak pernah shalat atau sujud atau memohon-mohon kepada mereka? Maka Rasul mengatakan: “Bukankah mereka (alim ulama dan para rahib) menghalalkan apa yang ALLAAHﷻ haramkan terus kalian ikut menghalalkannya, dan bukankah mereka telah mengharamkan apa yang ALLAAHﷻ halalkan terus kalian ikut mengharamkannya?” Lalu ‘Adiy menjawab: “Ya” , Rasul berkata lagi: “ Itulah bentuk peribadatan mereka (orang Nashrani) kepada mereka (alim ulama dan para rahib) . ”
Ketika mereka menyandarkan hak hukum dan pembuatan hukum (tasyri’) kepada selain ALLAAHﷻ, maka yang mengaku memiliki hak membuat hukum ini disebut arbab , yaitu yang memposisikan dirinya sebagau tuhan pengatur selain ALLAAHﷻ. Saat hukum itu digulirkan dan diikuti, maka itu adalah arbab yang disembah. Orang yang sepakat di atas hukum ini atau yang mengacu atau yang merujuk pada hukum yang mereka gulirkan itu adalah orang yang ALLAAHﷻ vonis sebagai orang musyrik yang menyembah atau mengibadati atau mempertuhankan mereka serta telah melanggar Laa ilaaha illallaah.
3. ALLAAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ﻭَﻻَ ﺗَﺄْﻛُﻠُﻮﺍْ ﻣِﻤَّﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﺬْﻛَﺮِ ﺍﺳْﻢُ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﻔِﺴْﻖٌ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦَ ﻟَﻴُﻮﺣُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺂﺋِﻬِﻢْ ﻟِﻴُﺠَﺎﺩِﻟُﻮﻛُﻢْ ﻭَﺇِﻥْ ﺃَﻃَﻌْﺘُﻤُﻮﻫُﻢْ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﻟَﻤُﺸْﺮِﻛُﻮﻥَ
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama ALLAAHﷻ ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan (mewahyukan) kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, maka sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (QS. Al An’am: 121)
Dalam ayat ini ALLAAH Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan tentang keharaman bangkai, dan ALLAAHﷻ juga menjelaskan tentang tipu daya syaitan. Kita mengetahui bahwa bangkai adalah haram, namun dalam ajaran orang musyrik Quraisy mereka menyebutnya sebagai sembelihan ALLAAHﷻ.
Dalam hadits dengan sanad yang shahih yang diriwayatkan oleh Imam Al Hakim rahimahullah dari Ibnu ‘Abbas radliyallahu ‘anhu : Orang musyrikin datang kepada Rasulullaah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Hai Muhammad, kambing mati siapa yang membunuhnya?” , Rasulullaah yang mengatakan: “ALLAAHﷻ membunuhnya (mematikannya)” , kemudian orang-orang musyrik itu mengatakan: “Kambing yang kalian sembelih dengan tangan kalian, maka kalian katakan halal, sedangkan kambing yang disembelih ALLAAHﷻ dengan Tangan-Nya yang Mulia dengan pisau dari emas kalian katakan haram, berarti sembelihan kalian lebih baik daripada sembelihan ALLAAHﷻ .”
Ini adalah ucapan kaum musyrikin kepada kaum muslimin, dan ALLAAHﷻ katakan bahwa itu adalah bisikan syaitan terhadap mereka (Dan sesungguhnya syaitan itu membisikkan (mewahyukan) kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu) untuk mendebat kaum muslimin agar setuju atas penghalalan bangkai,
lalu setelah itu ALLAAHﷻ peringatkan kepada kaum muslimin jika menyetujui dan mentaati mereka, menyandarkan kewenangan hukum kepada selain ALLAAHﷻ meski hanya dalam satu hukum atau kasus saja (yaitu penghalalan bangkai) dengan firman-Nya “Maka sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.”
Dalam ayat di atas ALLAAH SubhanahuWa Ta’ala menyatakan bahwa:
1. Hukum yang bukan dari-Nya adalah wahyu syaitan.
2. Para penggulirnya (yang mengklaim dirinya berhak membuat hukum) dari kalangan manusia disebut wali-wali syaitan.
3. Yang menyetujuinya atau yang taat atau yang merujuk kepadanya disebut musyrikun.
Bila satu hukum saja dipalingkan dalam hak pembuatannya kepada selain ALLAAHﷻ, maka berdasarkan ayat tadi, bahwa orang yang membuat hukum itu disebut wali-wali syaitan (taghut) yang telah mendapat wahyu atau wangsit dari syaitan, sedangkan orang yang mentaatinya atau setuju dengan hukum buatan tersebut adalah divonis oleh ALLAAHﷻ sebagai orang musyrik. Sedangkan yang ada di NKRI ─dan negara-negara lainnya─ adalah bukan satu, dua, tiga, sepuluh, atau seratus hukum saja, akan tetapi seluruh hukum yang ada di sini adalah bukan dari ALLAAHﷻ, tapi dari wali-wali syaitan yang mendapat wahyu dari syaitan jin, baik wali-wali syaitan itu dahulunya orang Belanda (yang mewariskan KUHP) ataupun wali-wali syaitan zaman sekarang yang duduk di kursi parlemen, yang membuat, yang merancang, yang menggodok, atau apapun namanya dan siapa pun yang membuat hukum, maka pada hakikatnya mereka adalah wali-wali syaitan dan hukum yang mereka gulirkan hakikatnya adalah hukum syaitan.
Perhatikanlah… jika saja orang-orang yang SEKEDAR mentaati mereka maka ALLAAHﷻ memvonisnya sebagai orang musyrik, maka apa gerangan dengan para pembuatnya atau orang yang memutuskan dengannya atau orang yang memaksa masyarakat untuk tunduk kepadanya dengan menggunakan besi dan api (kekuatan dan senjata)…?!!
4. ALLAAH Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ﺃَﻡْ ﻟَﻬُﻢْ ﺷُﺮَﻛَﺎﺀ ﺷَﺮَﻋُﻮﺍ ﻟَﻬُﻢ ﻣِّﻦَ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺄْﺫَﻥ ﺑِﻪِ ﺍﻟﻠَّﻪ
Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu selain ALLAAH yang mensyariatkan untuk mereka dalam dien (ajaran/hukum) ini apa yang tidak diizinkan ALLAAH?” (QS. Asy Syura: 21)
Dalam ayat tersebut, siapa saja yang membuat syari’at atau hukum atau undang-undang atau ajaran yang tidak diizinkan oleh ALLAAHﷻ dinamakan
syuraka (sekutu-sekutu), karena mereka memposisikan dirinya untuk diibadati dengan cara menggulirkan hukum agar diikuti. Mereka merampas hak pembuatan hukum dari ALLAAHﷻ, mereka merancang, menggodok, dan menggulirkannya di tengah masyarakat. Sedangkan orang-orang yang mentaati atau mengikuti hukum itu disebut orang yang menyembah syuraka tersebut......
KESESATAN SALAFI MURJIAH ITU MENGANGKAT THOGUT SEBAGAI ULIL AMRI
-
DARI MEREKALAH FITNAH KELUAR DAN KEPADANYALAH FITNAH ITU KEMBALI.
-
Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu Berkata, : “ Akan Datang Suatu Masa Yang Mana Islam Hanya Sekedar Namanya Dan Al - Qur'an Hanya Sekedar Tulisan Saja, Tatkala Itu Masjid - Masjid Ramai Namun Hakekatnya Ia Telah Rusak Dan Kosong Dari Petunjuk.
~ Ulama Mereka Adalah Makhluk Terburuk Di Bawah Kolong Langit, Dari Merekalah Fitnah Keluar Dan Kepadanyalah Fitnah Itu Kembali. ” { Diriwayatkan Oleh Al - Baihaqi Di Syu’ab Al - Iman }.
-
Jenis-jenis Ulama.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬-
1. Ulama Rabbany.
Mereka yang menyebarkan Islam dan fatwa berdasarkan qur'an dan sunnah diatas ilmu yang merujuk pada tuntunan Syari’ah.Tak peduli apakah sesuai dengan keinginan orang atau tidak. Mereka kebanyakan ditentang, diintimidasi, ditangkap bahkan dibunuh. Mereka senantiasa menyemangati Jihad dan memperjuangkan syariat Islam.
-
2. Ulama pemerintah.
Mereka selalu memberi fatwa menurut keinginan penguasa, meskipun bertentangan dengan Kitabullah dan Sunnah. Tak pernah mempersoalkan kekufuran penguasa,
-
3. Ulama selebriti/sponsor.
Mereka selalu memandang apa yang menyenangkan orang. Jika ada suatu perkara di masyarakat, maka ia akan mengeluarkan fatwa yang menyenangkan orang banyak (dalam perkara itu), lalu mencoba memalsukan hujjah (tekstual) dari Kitabullah dan Sunnah sehingga sesuai dengan keinginan masyarakat.
-
4. Ustadz amplop.
Mereka yg menyampaikan Dakwah materinya sesuai keinginan pengurus masjid. Tarifnyapun berbeda-beda sesuai gelarnya.
-
5. Ulama penghianat bayaran.
Mereka yg senantiasa mengeluarkan fatwa apa yg menyenangkan musuh-musuh Islam.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا تَسْتَبْطِئُوا الرِّزْقَ ، فَإِنَّهُ لَمْ يَكُنْ عَبْدٌ لَيَمُوتَ حَتَّى يَبْلُغَ آخِرَ رِزْقٍ هُوَ لَهُ ، فَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ ، أَخْذُ الْحَلَالِ وَتَرْكُ الْحَرَامِ
Dari Jabir bin Abdillah -radhiyallah-:
Bahwasanya Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:
"Janganlah kalian putus asa dari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati kecuali telah sampai ke akhir rezeki yang merupakan bagiannya, maka perbaikilah cara mencari rezeki; mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram". (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak (2/4)
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:
1- Sesungguhnya tidaklah seorang diantara kalian keluar dari kehidupan dunia(mati) ini hingga telah sempurna bagian rezekinya, maka bertakwalah kalian wahai sekalian manusia dan perbaikilah cara mencari rezeki, maka jika salah seorang diantara kalian telah putus asa dari rezekinya maka janganlah ia mencarinya dengan kemaksiatan kepada Allah, karena keutamaan dari Allah tidaklah akan didapatkan dengan maksiat.
2- Sebab itu tidak usah panik dalam mencari karunia Allah Subhana wa Ta'ala berupa rezeki. Yakinlah bahwa rezeki itu datang, kwajiban kita hanya ihtiar, berdoa dan tawakal, bahkan kedatangannya menghampiri diri kita begitu cepat.
Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an:
1- Sesungguhnya Allah yang memberikan rezeki seluruh makhluk-Nya, baik yang kecil maupun yang besar termasuk manusia didalamnya. Tidak ada satu pun makhluk yang terlewat dari mendapatkan rezeki dari-Nya dan semua itu tidak akan pernah mengurangi kekayaan-Nya sedikit pun.
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan
Banyak orang mengira bahwa hukuman Allah kepada orang zhalim itu harus cepat, langsung setelah kezhaliman.
وهذا خطأ ..
فالظالم يمر بأربع مراحل لا بد من فهمها جيدا
Ini suatu kekeliruan ..
Orang zhalim itu melewati 4 fase, ini yang harus dipahami dengan baik oleh kita
المرحلة الأولى :الإمهال والإملاء
{وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ}
وفيها يمهل الله الظالم لعله يتوب أو يرجع عما فعل.
Fase Pertama :
_Al-ImHâl wa Al-Imlâ’
(Pembiaran dan Penangguhan)
وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِين(الأعراف : ١٨٣)
”Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku amat tangguh dan terencana, kuat, dan tidak ada yang menandinginya.”
*(Al-A’rôf : 183* )
المرحلة الثانية : الاستدراج*
Fase Ke-2 :
Al-Istidrôj
(Menarik sedikit demi sedikit kepada kehancuran, dengan memberikan banyak kenikmatan,kesuksesan, kemenangan dan melalaikan mereka untuk mensyukurinya).
{سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ – الأعراف : ١٨٢}
”..akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.”
(Al-A’rôf : 182 )
وليس معناة أن تضيق الدنيا عليه،
لا بل تفتح عليه الدنيا وترتفع الدرجة وتبسط عليه اللذات ويعطيه الله ما يطلب ويرجو بل وفوق ما طلب .
لأن الدرج يدل على الإرتفاع
والدرك يدل على النزول.
Bukan artinya dunia jadi sempit bagi si zholim. Akan tetapi, dunia dibukakan baginya, kedudukannya naik, diluaskan baginya segala kelezatan dunia, diberikan keberhasilan, kemenangan. Allah beri dia apa yang dia inginkan dan harapkan, bahkan Allah kasih lebih dari yang dia inginkan.
karena kata ‘ad darj’ (الدرج) menunjukkan suatu hal yang tinggi/diatas.
sedangkan kata _’ad-dark’_(الدرك) menunjukkan suatu hal yang rendah/dibawah*
المرحلة الثالثة : التزيين
Fase ke-3 :
_At-Tazyîn (syetan menjadikan indah perbuatan buruk mereka)
{وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ – العنكبوت : ٣٨}
“.. syetan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (buruk) mereka..”(Al-‘Ankabût : 38)
وفيها يموت قلب الظالم فيرى ما يراه حسنا ، بل هو الواجب فعله لم يعد في قلبه حياة ، ليلومه على ما يفعل
Di fase ini, *hati si zholim mati. Ia melihat segala tindak tanduknya adalah baik, bahkan ia melihat hal yang dipandangnya itu wajib dilakukan. Kehidupan di hatinya tidak kembali lagi, kehidupan (hati) yang bisa mencela atas kejahatan yang ia lakukan.
المرحلة الرابعة : الأخذ
Fase ke-4 :
Al-Akhdz(Siksa dari Allah)
{وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ – هود: 102}
”Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri² yang berbuat zhalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat”.
( QS Hûd : 102 )
وفيها تتنزل العقوبة من الله تعالى على … الظالم وتكون العقوبة شديدة جدا
Di fase inilah adzab dari Allah turun secara berangsur-angsur kepada si zholim, dan adzabnya amat perih
(di fase ini)
احفظوا هذه المراحل جيدا
{ فَلَا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا }
Ingat baik² fase² ini !
”Maka janganlah engkau(Muhammad) tergesa-gesa (memintakan adzab) terhadap mereka, karena Kami menghitung dengan hitungan teliti (datangnya hari siksaan) untuk mereka”. (QS Maryam : 84)
Semoga bermanfaat
Sebelum kita membahas hukum shalat dibelakang Imam Masjid yang berada di negeri-negeri kafir thari',kita awali dengan membahas hukum masjid sendiri, lalu kita pindah pada pembahasan hukum para imam disana. Maka kami katakan seraya meminta pertolongan kepada Allah:
Pertama: Hukum Masjid dan Hukum Shalat didalamnya
Shalat didalam masjid yang dibangun diatas ketakwaan maka shalatnya sah,baik sendiri-sendiri mau pun berjama'ah,Adapun Masjid Dlirar, maka tidak boleh shalat disana walaupun shalat sendiri (munfarid).
Terkait berbagai masjid yang berada dinegeri kafir thari, maka masjid-masjid yang dipakai shalat atau dibangun oleh orang-orang murtad termasuk tidak kedalam masjid dlirar, juga masjid-masjid yang imamnya telah murtad karena mendo'akan kebaikan untuk para thagut dan pasukannya diatas mimbar-mimbar, atau dengan menerbitkan fatwa yang bertentangan dengan syari'at Allah karena keridloan kepada para thagut itu juga bukan termasuk masjid dlirar, atau para imam yang memperhambakan manusia kepada undang-undang berhala dan mengharamkan memberontak kepada penguasa kafir, berloyalitas kepadanya, tunduk kepadanya dan menyeru kepada demokrasi dan pemilu syirik, atau menyerukan pembatal keislaman apapun dimasjid masjid itu, masjidnya tidak terkategori sebagai masjid dlirar. Karena yang namanya masjid dlirar memiliki syarat-syarat dan sifat sifat yang ditegaskan oleh Alqur'an, Allah Ta'ala berfirman:
107. "Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran, dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman, serta untuk menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, "Kami hanya menghendaki kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam sumpahnya)." 108. "Janganlah engkau melaksanakan sholat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan sholat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih." (QS. At-Taubah 9: Ayat 107-108)
Syarat-syarat suatu masjid dianggap sebagai masjid dlirar:
1. Dibangun dengan tujuan yang rusak yaitu membuat bencana untuk masjid tauhid dan sunnah.
2. Menetapkan kekufuran kepada Allah dengan mendo'akan kebaikan untuk para thogut, memusuhi ahli sunnah, mengosongkan realita dari hukum syari'at dan menyebarkan keyakinan ahli bid'ah.
3. Memecah belah jama'ah kaum beriman dan berusaha agar mereka tidak bersatu dibawah satu Imam.
4. Memata-matai kaum mu'minin untuk kepentingan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya, merencanakan berbagai kolusi dalam menentang ahli sunnah dan membuat tipu daya untuk mereka.
Setiap masjid yang disana terealisasi persyaratan dan sifat-sifat ini maka itulah masjid dlirar yang haram shalat didalamnya, diantara masjid dlirar yang ada di dunia realita kontemporer ialah seperti masjid yang ada di dalam gedung berhala yang disebut "bait ibrahimi", masjid-masjid yang berada di kamp militer dan asrama-asrama tentara, dan semisalnya.
Dimasukan juga kedalam jajaran masjid dlirar yaitu masjid-masjid yang dibangun diatas kuburan:
Telah menceritakan kepada kami 'Ubaidullah bin Musa dari Syaiban dari Hilal dia adalah Al Wazzan dari 'Urwah dari 'Aisyah radliallahu'anha dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam bersabda ketika Beliau sakit yang membawa kepada kematian nya:"Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani disebabkan mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid".'
"Aisyah radliallahu'anha berkata;"Kalau bukan karena sabda Beliau tersebut tentu sudah mereka pindahkan kubur beliau (dari dalam rumah nya),namun aku tetap khawatir nantinya akan di jadikan masjid".(HR.BukhariNo.1330)
Imam Ibnul Qayyim Berkata:"masjid yang dibangun diatas kuburan maka harus dihancurkan, sebagaimana mayat yang dikubur didalam masjid maka harus digali,hal ini di nash kan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya, dalam Diinul Islam tidak akan pernah berkumpul antara masjid dan kuburan, tapi mana saja yang lebih dahulu ada dari pada yang lain maka yang muncul belakangan dilarang darinya, dan hukum itu bagi yang lebih dahulu ada, jika keduanya ditempatkan bersamaan maka tidak boleh".(Zaadul Ma'ad 3/572).
Termasuk juga masjid dlirar yaitu masjid yang dibangun untuk membahayakan masjid lain. Muhammad bin Musa ditanya: "bolehkan membangun masjid disisi masjid yang lain? Beliau menjawab: "Masjid-masjid tidak boleh dibangun supaya satu sama lain bermusuhan", Shalih berkata: "aku bertanya kepada ayahku (Imam Ahmad,pent): "seberapajauh disunatkannya membangun masjid disisi masjid yang lain jika mereka hendak membangun nya?!" Ayahku menjawab: "tidak boleh membangun masjid dengan dimaksudkan membuat tandingan bagi masjid sebelahnya,tapi iika manusianya banyak sehingga masjid yang ada sempit maka tidak mengapa membangunnya walaupun dekat jaraknya dari masjid yang sudah ada". Dari riwayat-riwayat ini disepakati bahwa masjid tidak boleh dibangun dengan maksud menandingi yang lain,tapi jika tidak dimaksudkan menandingi dan tidak ada kebutuhan mendesak maka ada dua riwayat,menurut riwayat Muhammad bin Musa: tidak boleh dibangun,dan Syaikh kami memilih pendapat untuk menghancurkannya,beliau mengatakan itu bagi masjid yang dibangun bertetanggaan dengan Masjid Jami' Bani Umayyah,sedangkan dzahir riwayat Shalih adalah boleh membangunnya".(Al Furu' karya Ibnu Muflih 3/56)
Sekedar dibangunnya masjid oleh orang kafir atau dari harta mereka tidak menjadikan masjid tersebut dihukumi dlirar,tapi harus terkumpul sifat-sifat yang disebutkan dalam ayat diatas.
Adapun firman Allah:
"Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir.Mereka itu sia sia amalnya,dan mereka kekal didalam neraka."(QS.At-Taubah 9 : Ayat 17)
Dalam ayat ini,Allah Ta'ala menafikan amalan orang-orang musyrik yang memakmurkan masjid-masjid Allah karena Allah tidak menerima amal mereka, itu dikarenakan Allah tidak akan menerima amal seseorang jika tanpa tauhid.
Jadi bentuk memakmurkan masjid itu dengan bertauhid, bukan dengan bebatuan, dan andaikan apa yang dikira sebagian orang yang berpendapat bahwa sekedar orang kafir masuk kedalam bangunan masjid maka masjid tersebut dianggap masjid dlirar, pendapat ini berkonsekuensi untuk membolehkan penghancuran Ka'bah dan tidak boleh beribadah dengan melakukan thawaf di sekelilingnya, sebab sudah tetap bahwa yang kembali membangun Ka'bah itu musyrikin arab setelah Ka'bah roboh oleh banjir, dan Nabi Shallallahu'alaihi wasallam pun menyaksikan pembangunan itu saat sebelum beliau diutus. Tapi walaupun begitu, Nabi Shallallahu'alaihi wasallam tetap shalat disisi Ka'bah sebelum beliau hijrah ke Madinah yang mana disekeliling Ka'bah didirikan banyak berhala sampai beliau Shallallahualaihi wa sallam menghancurkan berhala-berhala itu saat penaklukan Makkah, dan beliau biarkan Ka'bah pada posisinya seraya beralasan karena para shahabat masih baru masuk islam. Beliau tidak mempermasalahkan bangunan Ka'bah karena batu-batunya dibangun oleh musyrikin.
Dua bentuk syirik yang paling dahsyat menghantam umat saat ini adalah Syirik kubur & syirik qushur
Syirik karena orang mati (syirik kubur). yakni mendatangi penghuni kubur lalu bertawasul dengannya.
Dan syirik karena orang hidup (syirik qushur/istana). yakni menaati aturan/hukum para penguasa yang bertentangan dengan hukum Allah. Atau menaatinya dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.
Seorang muslim yang bertauhid dan benar dalam beraqidah, akan mengomentari kedua syirik ini.
Jika dia hanya membicarakan syirik kubur saja dan tidak membicarakan syirik qushur, ketahuilah bahwa aqidah dan tauhidnya itu bermasalah.
Sekarang ini syirik kubur tidak lagi terlalu membahayakan bagi sebagian golongan intelektual.
Syirik yang sangat berbahaya saat ini adalah penghalalan dan pengharaman. SELURUH PARA FUQAHA SEPAKAT, SIAPA YANG MENGHARAMKAN PERKARA YANG HALAL, IA TELAH KAFIR DAN SIAPA YANG MENGHALALKAN PERKARA YANG HARAM, IA TELAH KAFIR.
Perizinan, pelegalan pembuatan dan penjualan miras, bukankah ini penghalalan?
Perizinan, pelegalan klub-klub malam tempat tarian telanjang, bukankah ini penghalalan?
Mengharamkan dan mengkriminalkan jihad, bukankah ini pengharaman?
Sungguh, orang yang menghukumi pelaku syirik kubur sebagai musyrik, tapi tidak menghukumi pelaku syirik istana sebagai musyrik, mereka itu orang-orang yang bermasalah dalam aqidah dan tauhidnya.
Itulah kenapa ada dai penyeru tauhid yang mendapat gangguan dan ada yang aman-aman saja.
Ada penyeru tauhid yang karenanya dia digantung, ada yang karenanya dia kenyang.
Ada penyeru tauhid yang karenanya dia dipenjara, ada yang karenanya dia mendapat makanan.
Ada penyeru tauhid yang karenanya dia tersiksa, ada yang karenanya dia mendapat gaji.
Ada penyeru tauhid yang karenanya dia terbunuh, ada yang karenanya dia mendapat tempat, fasilitas dan kehormatan.
Jika engkau bertanya, kenapa ada da’i yang bebas keluar masuk gerbang penguasa tiran, dan ada da’i yang justru dikejar-kejar, dimusuhi, ditangkap, disiksa bahkan dibunuh?
Orang cerdas dan mempunyai hati yang hidup akan mengetahui jawabannya.
#Tauhid Manhaj & Aqidah
Ilmu adalah apa yang ditegakkan diatas hujjah. Berbicara islam tanpa ilmu adalah pendusta,meskipun ia tak berniat untuk berdusta.
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.. " (Al Isra:36)
"Jangan mengikuti apa yang tidak kamu ketahui dan tidak penting bagimu. Jika kita memiliki pengetahuan, maka manusia boleh menetapkan suatu hukum berdasarkan pengetahuannya itu." (Tafsir Imam Qurthubi)
"Masing-masing dari semua itu ditanya tentang apa yang dilakukannya. Hati ditanya tentang apa yang dia pikirkan dan dia yakini. Pendengaran dan penglihatan ditanya tentang apa yang dia lihat, dan pendengaran ditanya tentang apa yang ia dengar. Semua anggota tubuh akan diminta pertanggung jawaban di hari kiamat..." (Tafsir Imam Qurthubi, Ibnu Katsir.)
"Allah melarang mengatakan sesuatu tanpa pengetahuan, bahkan melarang pula mengatakan sesuatu berdasarkan zan (dugaan) yang bersumber dari sangkaan dan ilusi."(Tafsir Ibnu Katsir)
Maka, bangunlah keyakinanmu diatas ilmu. Berkata dan bertindak diatas ilmu. Biasakanlah sebelum mengucapkan sesuatu dan bertindak, agar lebih dulu memahami ilmunya. Ilmu yang dibangun diatas hujjah, dengan pemahaman yang lurus.
Ilmu adalah apa yang ditegakkan diatas hujjah. Ibnu Taimiyyah - majmu' fatawa 13/136
"Barang siapa yang berbicara islam tanpa ilmu adalah pendusta, meskipun ia tak berniat untuk berdusta.. "
(Ibnu Taimiyah - Majmu' fatawa 10/449.)
بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
📌Dengan ulama, Ustadz yang duduk nyaman di bawah AC, dengan ulama, ustadz yang mempunyai follower banyak, dengan ulama, ustadz yang banyak di kenal di channel YouTube, televisi.
📌Kami lebih memilih ulama, ustadz yang lebih memilih hidup menderita di dunia karena apa yang mereka sampaikan benar-benar jujur tak peduli cacian, tak peduli ada yang mengikuti atau tidak, tidak peduli yang mengikuti sedikit atau banyak, ketimbang memilih hidup bahagia di dunia dengan menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah.
📌Bahagia di dunia itu maksudnya adalah, mati dalam keadaan husnul khotimah.
📌Inilah makna dari doa robbana Aatina fiddun ya hasanah, wafil akhiroti hasanah. waqina 'adza bannar.
📌Bukan sebagai mana yang ada di pikiran kita.
📌Kalian pikir, para nabi dan para sahabat yang menjadi DPO dari penguasa yang dzalim di saat itu dunianya tidak bahagia.?
📌Kalian pikir para nabi dan para sahabat yang badan mereka tercabik bersimbah darah dan di bunuh dunianya tidak bahagia.?
📌Kalian pikir, saat bilal di seret mengelilingi kota madinah, dan dilempari batu oleh anak-anak dunianya tidak bahagia.?
📌Kalian pikir, para ghuroba yang hidup mereka dipenuhi dengan penderitaan dan kesengsaraan dunia mereka tidak bahagia.
📌Maka Teladanilah mereka.
📌karna Allah berfirman dalam Al-baqarah 214 yang artinya..
📌Apakah kalian menyangka bahwa kalian akan masuk kedalam surga. padahal belum datang kepada Kalian ujian, Sebagai mana ujian yang telah datang kepada orang-orang terdahulu sebelum kamu.?
Perhatikan baik-baik ayat diatas, bukan kah ujian yang menimpa orang-orang shalih dari kalangan Nabi dan Rasul dan para sahabat dan yang bersama mereka di penuhi dengan kesengsaraan dan penderitaan.?
Lalu kenapa kita minta bahagia di dunia versi pikiran kita.?
بارك الله فيكم جميعا
الله اعلم
T A U H I D
Tauhidulloh (mengesakan Alloh) adalah fitroh manusia. Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berkata, bahwa Alloh ta'ala berkata,
إِنِّي خَلَقْتُ عِبَلدِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَ إِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ وَ حَرَّمَتْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَ أَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوْا بِي مَا لَمْ أُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا.
"Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalsm keadaan hanif (lurus, tauhid) semuanya, kemudian sestan-setan mendatangi mereka dan menggelincirkan mereka dari dien mereka, dan mengharamkan apa yang Aku halalkan bagi mereka serta memerintahkan berbuat syirik kepadaKu pada apa yang Aku tidak menurunkan keterangan tentangnya." [ HR. Muslim dalam Ash-Shohih ]
Tauhidulloh meliputi mentauhidkan Alloh ta'ala dalam rububiyyah, uluhiyyah dan asma' wa shifatNya.
A. Tauhid rububiyyah
✓ Alloh ta'ala adalah dzat Yang Esa (tunggal), tidak terdiri dari beberapa unsur, tidak trinitas, tidak beranak dan diperanakkan, kekal, sempurna, maha suci dari segala kekurangan, kelemahan, cacat dan kebodohan.Ilmunya maha luas, meliputi segala sesuatu.Berkuasa atas segala sesuatu.
إِنَّمَا هُوَ إِلٰهّ وَاحِدٌ. فَأِيَّايَ فَارْهَبُوْنَ.
"Hanya Dia (Allaah) ilah yang Esa. Maka hendaklah kepadaKu saja kalian takut." [ An-Nahl : 51 ]
✓Allaah satu-satunya pencipta alam semesta, tiada pencipta selainnya.
✓ Allaah subhaanah satu-satunya pemilik jagad semesta baik yang nyata maupun yang ghoib.
أَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الٍعَالَمِنْ
"segala puji bagi Allaah Robb seluruh 'alam." [ Al Fatihah : 2 ]
وَ لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ مَا بَيْنَهُمَا يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ.
"Dan milik Allaah-lah kerajaan langit dan bumi dan segala apa yang diantara keduanya, Dia menciptakan apa yang dikendakiNya." [ Al Maidah : 17 ]
✓Allaah ta'ala satu-satunya penguasa, tiada penguasa selainNya
✓Allaah 'azza wa jalla satu-satunya pengatur alam semesta baik kauniyah maupun syar'iyah, satu-satunya pembuat hukum, UU, aturan, satu-satunya yang berhak menghukumi, yang berhak memerintah-melarang, menghalalkan-mengharomkan.Tiada satu makhlukpun yang berhak buat UU, hukum, syariat dan menghukumi. Semua makhluk harus merujuk kepadaNYA dalam aturan/hukum/syariat
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ
"Kemudian Dia beristiwa' diatas 'Arsyi mengatur segala urusan." [ Yunus : 3 ]
✓Allaah ta'ala satu-satunya Pemberi rizki, tiada pemberi rizki, pemudah dan penyempit rizki selainNYA
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمٰوَاتِ وَ الْأَرْضِ . قُلِ اللّٰهُ
"Katakanlah, 'Siapakah yang memberi rizki kalian dari langit dan dari bumi?' Katakanlah, 'Allaah' " [ Saba' : 24 ]
وَ اللّٰهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ.
"Dan Alloh memberi riski kepada orang yang dikehendakinya tanpa perhitungan (tanpa batas)." [ Al Baqoroh : 212 ]
✓ Alloh ta'ala satu-satunya pemberi manfaat dan mudhorot, yang memudahkan dan yang menyempitkan urusan, pemberi kebaikan dan keburukan, kelapangan dan kesusahan, nikmat dan mushibah.Tak ada selainNYA yang berkuasa memberi manfaat atau mudhorot.
وَ لَا تَدْعُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَالَا يَنْفَعُكَ وَ لَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَالِمِيْنَ.
"Janganlah engkau seru selain Alloh yang tidak dapat memberikan manfaat kepadamu dan tidak pula dapat memberi mudhorot kepadamu. Jika engkau melakukannya maka dengan demikian engkau termasuk orang-orang yang dzalim (musyrik)." [ Yunus : 106 ]
✓Allaah ta'ala satu-satunya yang berkuasa menghidupkan dan mematikan. Tak ada selainNYA yang kuasa menghidupkan dan mematikan
✓Allaah 'azza wa jalla satu-satunya dzat yang memberi pahala dan azab, surga atau neraka.
✓Allaah subhaanah satu-satunya pemilik kekuatan/kekuasaan. MakhlukNya lemah, tak memiliki kekuatan kecuali Allaah ta'ala memberinya.
وَ الَّذِيْنَ تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِهِ مَا يَمْلِكُوْنَ مِنْ قِطْمِيْرٍ.
"Dan orang-orang yang kalian seru (ibadahi) selain-Nya tiada memiliki (kekuasaan) sedikit pun walaupun setipis kulit ari." [ Fathir : 13 ]
وَ هُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ
"Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi diatas semua hambaNya." [ Al An'am : 61 ]
إِنَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا
"Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya milik Allaah." [ Yunus : 65 ]
B. Tauhid uluhiyyah
Tiada yang berhak diibadahi kecuali Allaah ta'ala.
قُلْ إِنَّ صََلَاتِي وَ نُسُكِي وَ مَحْيَايَ وَ مَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
"Katakanlah, 'Sesungguhnya sholatku, kurbanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allaah robb seluruh alam.' " [ Al An'am : 162 ]
وَ اعْبُدُوْا اللّٰهَ وَ لَا تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْءً
"Dan ibadahilah Allaah dan janganlah kalian berbuat syirik kepadaNya dengan sesuatu pun." [ An-Nisa' : 36 ]
▪️ Nusuk (peribadahan)
🔹 Ibadah hati
✓ Tiada yang berhak dikasih ibadah hati seperti tawakal, harap, takut, ikhlas, sabar, syukur, cinta, dan kerja hati yang lain kecuali Allaah subhaanah.
🔹 Ibadah lisan
✓ Tiada yang dituju dalam amal dzikir, mengucap kalimat thoyyibah, mengucap syahadat, baca Al Qur-an, dan lain-lain amal lisan kecuali Allaah ta'ala.
🔹 Ibadah anggota badan
✓ Tiada yang berhak dituju dalam amal doa, kurban, nadzar, istiadzah, isti'anah, istighotsah, sholat, shiyam, zakat, haji, dakwah, jihad dan lain-lain amal dhohir
kecuali Alloh 'azza wa jalla.
▪️ Hakimiyyah
✓ Tiada hukum/UU/syariat selain hukum /UU/syariat Alloh ta'ala. Hukum/syariat/UU selainNya adalah batil dan sesat. (Yusuf : 40, Al Kahfi : 26, Al Maidah : 50, Al A'rof : 53)
✓ Tiada yang berhak diterapkan dan ditaati kecuali syariat/UU Alloh ta'al. Mentaati syariat/UU selain syariatNya adalah syirik akbar. (An-Nisa' 59, Al Maidah 48, 49, Al Jatsiyah : 18, Al A'rof : 3, Asyuro :21)
✓ Tiada dien (agama/pedoman hidup/pandangan hidup) yang haq (benar) kecuali Dienulloh (Islam).Selain dien Islam adalah dien yang tak benar, syirik, batil dan kesesatan. (Ali Imron : 19, 85, Yunus : 32)
▪️ Al wala' wal baroo'
✓ Tiada yang berhak dikasih wala' '(cinta/dukungan/kesetiaan) kecuali Alloh ta'ala, RosulNya, Dien-Nya dan orang-orang mukmin yang tunduk pada Allaah ta'ala.
Baro' (berlepas diri/benci, menjauhi, memusuhi) segala kekufuran/kesyirikan/sistem kufur/syirik dan baro' dari para pelaku-pelakunya atau pengusungnya. (Al Maidah : 55- 56, Al Mumtahanah : 4)
Keutamaan tauhid
~Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam berkata,
مِفْتَاخُ الْجَنَّةِ شَهَادَةُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ
"Kunci surga adalah syahadat (kesaksian) laa ilaaha illalloh (tiada yang berhak diibadahi kecuali Alloh)." [ HR. Ahmad ]
قُوْلُوْا لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ تُفْلِحُوْا
Katakanlah laa ilaaha illalloh niscaya kalian beruntung." [ HR. Ahmad dalam Musnadnya 3/492, Ibnu Hibban dalam Ash-Shohihah 6528 ]
~Syaikhul islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh berkata,
:
التوحيد أصل الإيمان، و هو الكلام الفارق بين أهل الجنة و أهل النار، و هو ثمن الجنة، و لا يصح إسلام أحد إلا به
"Tauhid adalah pokok iman, ia adalah kalimat yang membedakan antara ahlul jannah dan ahlu neraka, dan dia (kalimat tauhid) itu harganya jannah, dan tidak sah Islam seseorang kecuali dengannya." [ Al Fatawa 24/ 235 ]
S Y I R I K
◾ Syirik Rububiyyah
Meyakini banyak Robb atau Ilah. Meyakini Alloh subhaanah tiga unsur (trinitas)/banyak unsur. Meyakini Alloh subhaanah punya anak/bapak/istri/dsb. Menyamakan/mensifati Alloh ta'ala dengan makhlukNya.
Meyakini ada pencipta lain selain Alloh ta'ala.Meyakini adanya dewa-dewa dan yang semacamnya.
Meyakini ada pemilik/penguasa selain Allaah ta'ala. Selain Alloh subhaanah (manusia, jin, malaikat, bumi, gunung, langit, binatang, tumbuhan, dsb) adalah makhluk, tak memiliki kekuasaan walau setipis kulit ari.
Mengaku/mengklaim sebagai pembuat hukum (musyarri'/legislator/legislatif).Membuat hukum untuk menghukumi perkara manusia padahal Alloh ta'ala sudah turunkan hukum (syariat)-NYA. Memutuskan perkara tidak berdasar Kitabulloh dan As-Sunnah tetapi berdasar UU buatan hasil godokan lembaga pembuat hukum (parlemen), atau berdasar akal atau berdasar adat kebiasaan. Membolehkan yang dilarang Alloh ta'ala atau melarang yang dibolehkan Alloh subhaanah. (At-Taubah : 31)
Menganggab selain Allaah ta'ala mampu memberi rizki/melancarkan rizki, baik itu berupa kuburan orang sholeh ,batu/pohon/hewan/air atau apapun yang dianggab keramat/bertuah, dukun, paranormal, hari, bulan, tahun dan lain sebagainya dari makhlukNya.Selain Alloh ta'ala adalah makhluk tak kuasa memberi rizki, bahkan rizkinya ditangan Alloh subhaanah.Alloh satu-satunya Pemberi/Pemudah/Penyempit rizki.
Meyakini bahwa selain Alloh ta'ala (malaikat, jin, manusia, hewan, benda mati, masa, hari, bulan, tahun, dsb dari makhlukNYA) mampu memberi manfaat atau mudhorot, menganggab hal-hal tersebut mampu memberi kebaikan, kemudahan, bahagia, kesempitan, kesulitan, celaka, musibah, dll.
◾ Syirik uluhiyyah
Memberikan satu macam ibadah/lebih kepada selain Allaah 'azza wa jalla.
Bertawakkal dan berharap kepada selain Allaah ta'ala. Takut kepada manusia lebih besar dari takutnya pada Allaah ta'ala sehingga ia rela berbuat syirik atau maksiat atau meninggalkan diennya. Beramal agama dengan semata tujuan dunia, jabatan, ketenaran, pujian, tidak untuk Allaah taa'ala semata. Mencintai anak-istri, harta, orang tua, pekerjaan, perdagangan, kampung halaman, melebihi cintanya pada Allaah ta'ala dan RosulNya serta dienNya.Mencintai apa-apa yang dibenci Allaah ta'ala. Mancintai orang-orang kafir/musyrik karwna diennya. Membenci hal-hal yang dicintai Allaah subhaanah. Membenci syariat Allaah ta'ala baik sebagian atau seluruhnya. Membenci para muwahhid penegak syariat Allaah ta'ala karena komitmenya pada Islam.
Berdoa (meminta, memohon, mohon pertolongan) kepada selain Alloh (berupa kuburan, tempat-tempat yang dianggab keramat, dukun, dll). Bernadzar kepada selain Alloh subhaanah. Berkurban (menyembelih binatang) untuk penghuni kuburan, untuk sedekah laut/sedekah bumi, untuk "cikal bakal kampung", untuk berhala, memberikan sesajen, tumbal,dll. Beramal ibadah untuk semata-mata tujuan mendapatkan dunia.
🔹 Syirik Hakimiyyah
Setuju / mendukung/membela / mentaati hukum (UU/UUD/falsafah) buatan hasil pemikiran seseorang/sekelompok orang / lembaga yang mengaku sebagai lembaga pembuat hukum atau mengikuti hukum adat yang turun temurun,
padahal Alloh ta'ala telah turunkan syariat (UU/hukum)-Nya. (An-Nisa' : 60, At-Taubah : 3, Al Maidah : 44))
Menerapkan hukum/UU/syariat selain hukum/UU/syariat Allaah 'azza wa jalla. (An-Nisa' : 60)
Menganggap/berpendapat semua agama sama, baik dan benar, padahal Allaah ta'ala dan RosulNya menjelaskan bahwa dien (agama, pedoman hidup, falsafah hidup, sistem hidup) yang haq (benar) hanyalah Islam.Alloh ta'ala tidak menurunkan dien (agama, pedoman/pandangan hidup) kecuali Islam.Dien yang diterima Alloh subhaanah hanyalah Islam. (Ali Imron : 19, 85, Yunus : 32)
🔸 Syirik dalam Al wala' wal baro'
✓ Memberi wala' (cinta, bantuan, dukungan, kesetiaan, loyalitas) terhadap orang-orang kafir/musyrik dalam rangka memusuhi/menghancurkan Islam dan orang-orang mukmin yang komitmen dengan Islam. Membantu/menolong /membela/melestarikan kekafiran/kesyirikan, sistem syirik(kufur), falsafah kufur/syirik seperti demokrasi, sekularisme, pluralisme, komunisme, pancasila, nasakom, HAM, nasionalisme, kejawen, dsb, dan segala isme-isme /pandangan hidup selain Islam. (Al Maidah : 51, Al Mumtahanah : 1)
Baro' (benci, memusuhi, menjauhi) Islam, syariat, aturan, UU Alloh ta'ala.
Membenci, menjauhi, memusuhi muwahhidin dan mujahidin yang berjuang menegakkan Islam.
◼️ Kebinasaan syirik
~ Pelaku syirik akbar seluruh amalnya hapus.
Allaah ta'ala berkata,
لَإِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَ لَتَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ
" Sungguh jika engkau berbuat syirik pasti benar-benar hapuslah amalmu dan niscaya engkau menjadi termasuk orang-orang yang merugi ". [ Az-Zumar : 65 ]
~ Allaah ta'ala tak mengampuni pelaku syirik jika ia mati dalam keadaan musyrik.
إِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَ يَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَشَآءُ
" Sesungguhnya Allaah tidak mengampuni orang yang berbuat syirik dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi yang Dia kehendaki......" [ An Nisa' : 48 ]
~ Pelaku syirik yang sampai mati tak taubat, maka ia kekal di neraka.
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَ مَأْوَاهُ النَّارُ وَ مَا لِلظَّالِمِيْنَ مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya barang siapa yang berbuat syirik terhadap Allaah, maka Allaah mengharamkan baginya surga dan tempatnya ialah neraka, dan tiada para penolong bagi orang-orang dzalim (orang-orang musyrik)." [al Maidah : 72]
Bahaya syirik begitu dahsyatnya. Masihkah kita tak mau meninggalkannya?
Islam adalah berlepas diri dari syirik dan tauhidkan Allaah 'azza wa jalla saja.
Iman kita tak dianggab oleh Allaah ta'ala sampai kita tinggalkan segala kesyirikan.
Itulah makna syahadat.
Kebodohan, ikut-ikutan, karena takut penguasa atau ingin dunia/harta sehingga melakukan kesyirikan, itu bukan udzur dihadapan Allaah subhaanah bagi kesyirikan kita.
Karena Allaah 'azza wa jalla telah memberi kita tamakkun (kesempatan/waktu/umur) untuk mencari ilmu...dan hujjah Allaah ta'ala (Al Qur-an/As-sunnah) ada ditangan kita.
Kita yang sia-siakan umur kita dengan senang-senang dan sibuk pikirkan dan mengumpulkan dunia.
Allaah subhanah tak pernah mendzolimi hambanya.
Hambalah yang mendzolimi dirinya sendiri dengan bermaksiat kepadaNYA.
Wallohu a'lam bish-showab
[ Maroji'/referensi : Al Qur-an, Assunnah, Kitab- kitab Tauhid dan Aqidah]
بسم الله الرحمن الرحيم
Sebelum memperjuangkan khilafah pelajari dulu ilmu aqidah , supaya tau mana Tauhid yang kafah mana syirik, lalu pelajari halal harom , jadi perjuangan nya tidak terkontaminasi dengan ke batilan...
Aqidah al-Walā wal-Barâ
lbn’u Abbas radhiallahu’anhum berkata:
“Mencintai karena Allah (al-WALA), membenci karena Allah (wal-BARA), berjanji setia karena Allah, dan memusuhi karena Allah,
selamanya perwalian Allah tidak akan dapat direngkuh kecuali dengan ini, seseorang tidak akan merasakan manisnya Iman walaupun shalat dan puasa nya sempurna sampai dia melakukan hal ini, persaudaraan manusia saat ini telah disandarkan pada hal hal keduniawian, padahal itu tidak akan memberikan manfaat sedikit pun pada hari kiamat,
”Dia kemudian membacakan, “Teman² dekat pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh satu sama lain, kecuali orang² yang bertaqwa”
(Az-Zukhruf: 67)
juga membacakan “Kalian tidak akan menemukan orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang kepada mereka yang menentang Allah dan RasulNya, meskipun itu bapaknya, anaknya, saudaranya & keluarganya”
(Al Mujadilah: 22) [HR Ibnu al-Mubarak di “Az-Zuhd” dan oleh aI-Lalika’i].
Rasulullah ﷺ bersabda:
”Baik buruknya seseorang dapat dilihat dari bagaimana agama teman dekatnya, maka setiap kalian perhatikanlah dengan siapa dia berteman dekat” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi]
Sesungguhnya Al-Wala’ dan Al-Baro’ adalah dasar yang paling mendasar dalam pondasi Islam, serta pilar dari pilar pilar yang menopangnya, Maka Islam tidak akan tegak hingga seseorang berloyal kepada Allah dan memusuhi karena Allah. Berwala’ kepada ahlul Haq dan memusuhi kepada ahlul Bathil.
Al-Wala’ dan Al-Baro’ adalah syarat dari iman yang benar,
sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya: "Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong menolong dengan orang orang yang kafir (musyrik), Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka, dan mereka akan kekal dalam siksaan, sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik"
( QS Al-Maidah : 80-80 )
Pertama aqidah Al-WALA’
Al-Wala’ (loyalitas) mencakup dukungan, kecintaan, penghormatan, dan penghargaan kepada sesuatu yang dicintai baik secara terang terangan maupun di dalam hati
Allah ta’ala berfirman: "Allah Pelindung orangorang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman dan orang orang yang kafir, pelindung pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran)"
( QS Al-Baqarah : 257)
Al-Wala’ tidak berlaku kecuali kepada Allah, RasulNya, dan orang orang yang beriman,
Allah berfirman: "Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah, dan barangsiapa mengambil Allah, RasulNya dan orangorang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut dien (agama) Allah itulah yang pasti menang"
(QS : Al-Maidah : 55-56)
Wujud berwala’ kepada orang orang yang beriman adalah dengan mencintai mereka, menolong mereka, menasehati mereka, mendoakan mereka, berkumpul dengan mereka, berkasih sayang dengan mereka, menghindarkan bahaya dari mereka, memberikan mereka hak hak mereka dalam Islam, dan berbagai hal lainnya yang termasuk dalam Al-Wala’ karena iman mereka yang benar.
Allah ta’ala berfirman yang artinya: "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka"
(QS Al-Fath : 29)
Loyaitas atau muwalah kepada orang orang yang beriman berarti mendekatkan diri dengan mereka, menampakkan cinta kepada mereka dengan lisan, perbuatan, dan niat, Juga berarti dukungan atau pertolongan untuk setiap orang yang berpegang teguh dengan Islam dalam beraqidah, berbicara, dan berperilaku, demikian juga memberikan perlindungan jika kehormatan dan hartanya terancam
Perantara sebuah loyalitas atau muwalah adalah al-hubb (cinta) dan perantara permusuhan atau mu’adah adalah al-bughdh (kebencian)
Dengan itu maka akan timbul perbuatan dari hati dan anggota badan berupa pertolongan, perasaan senang, dan memberikan bantuan seperti berupa jihad, hijrah, dan hal hal lainnya yang menunjukan Al-Wala’
Al-Wala’ harus dilakukan dengan ikhlas untuk Allah,
Allah ta’ala berfirman: "Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak memberi makan?"
Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali kali kamu masuk golongan orang musyrik"
(QS Al-An’am : 14 )
Oleh karena itu kita tidak berwala’ karena mengharap jabatan ataupun harta, namun kita berwala’ karena Allah ta’ala semata
- Wala’ kita kepada siapa saja yang beriman kepada Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi.
- Wala’ kita kepada orang yang beriman, yang menyembah Allah saja, tidak menyekutukanNya, dan yang mengikuti manhaj Nabi dalam perkataan serta perbuatannya.
- Wala’ kita kepada orang orang yang mengambil hanya Al-Qur’an dan sunnah Nabi sebagai jalan hidup hidupnya.
- Wala’ kita kepada orang orang yang berusaha untuk berhukum dengan syari’at Islam, menyeru untuk menerapkannya, dan menegakkannya.
- Wala’ kita kepada orang orang yang membawa panji AL ISLAM dan berusaha untuk menyebarkannya di seluruh negeri, Mereka yang mengajarkan Tauhid kepada manusia dan memperingatkan mereka dari Syirik agar mereka beribadah kepada Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Memberi Balasan dan menghancurkan syirik sehancur hancurnya.
- Wala’ kita kepada orang orang yang meninggalkan rumah rumah mereka, kerabat kerabat mereka, keluarga mereka, dan negara negara mereka untuk menolong (agama) Allah, dan menolong para mujahidin dimanapun mereka berada.
- Wala’ kita kepada siapa saja yang berhijrah untuk membela Islam dan kaum muslimin, mulai dari bayi yang masih disusui hingga orang tua yang tua renta, Mereka yang merelakan hal hal yang berharga untuk mengembalikan Al-Aqsa yang tertawan.
- Wala’ kita kepada seorang mukmin yang berusaha dengan jiwa dan hartanya untuk merawat orang orang yang lemah, membela hak orang orang yang didzolimi, hingga dia rela untuk menemui maut demi membela mereka, Mereka yang berjalan di bawah bom bom yang berjatuhan, demi terhindarnya kaum muslimin dari penjara yang gelap, dan hina.
- Wala’ kita untuk orang orang yang beriman, yang berjihad di jalan Allah, Mereka yang tidak berlezat lezatan dengan makanan dan minuman, bahkan mereka meninggalkan dunia dan pergi berperang demi memenuhi perintah Allah ‘azza wa jalla
"Pergilah untuk berperang dalam keadaan ringan dan berat ! dan berjihadlah dengan harta dan jiwa kalian di jalan Allah !"
(QS At-Taubah : 41)
Mereka takut ancaman Allah yang artinya:
"Jika kalian tidak pergi untuk berperang Dia akan mengadzab kalian dengan adzab yang pedipedih"
( QS At-Taubah : 39)
Kedua aqidah AL-BARO’
Dasar Al-Wala’ atau muwalah adalah kecintaan, dan dasar Al-Bara’ atau mu’adah adalah kebencian, dan kemudian melahirkan perbuatan dari hati dan anggota badan yang masuk dalam hakikat muwalah dan mu’adah, seperti memberikan dukungan, pertolongan, dan bantuan, contoh berjihad, hijrah, dan lain sebagainya. (Ar- Rosail Al-Mufid)
Al-Wala’wal Baro termasuk prasyarat La Ilaha Illallah
Al-Wala’ dasarnya adalah rasa cinta, dan dukungan atau pertolongan
Sedangkan Al-Baro dasarnya adalah rasa benci dan permusuhan.
Maka jika kita mencintai orang orang yang beriman namun belum menolong mereka atas musuh musuh mereka berarti kita belum berwala’ atau bermuwalah kepada mereka, Demikian juga jika kita membenci orang orang kafir, munafik, dan murtaddin, namun belum memusuhi mereka maka kita berarti belum baro’ terhadap mereka dengan sebenar benarnya baro’
Allah ta’ala berfirman yang artinya:
"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka:"Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu, dari dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama lamanya sampai kamu beriman hanya kepada Allah saja"
(QS Al-Mumtahanah : 4 )
"Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang orang itu bapak bapak, atau anak-anak mereka"
(QS Al-Mujadilah)
Dalam sebuah tafsir ayat ini berhubungan dengan Abu Ubaidah yang membunuh ayahnya pada perang Badar.
"Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang orang yang kafir (orang-orang musyrik)
( QS Al-Maidah : 57)
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong menolong dengan orang orang yang kafir (musyrik), Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka, dan mereka akan kekal dalam siksaan"
(QS Al-Maidah : 80)
Allah ta’ala telah berfirman mengenai perilaku berwala’ kepada orang orang kafir secara umum, yaitu: "Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi teman teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang"
(QS Al-Mumtahanah : 1)
Namun lebih dari itu Allah mengharamkan bermuwalah kepada orang orang kafir meskipun mereka dekat dengan orang orang yang dinisbahkan dengan Islam
Allah ta’ala berfirman: "Hai orang orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak bapak dan saudara saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa diantara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang orang yang zalim"
( QS At-Taubah : 23)
"Adapun orang orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain, Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar"
(QS Al-Anfal : 73)
Oleh karena itu Allah hanya menetapkan bermuwalah atau berwala’ hanya kepada orang orang yang beriman dan tidak kepada orang orang kafir, Dia subhanahu wa ta’ala juga mengabarkan bahwa orang orang kafir sebagian dari mereka adalah pelindung bagi sebagian dari mereka yang lain dan akibatnya jika kita tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah maka akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar
Maka bagaimana bisa agama ini dapat terlaksana seperti Jihad, dan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar jika tidak disertai dengan rasa cinta karena Allah dan benci karena Allah ?
lalu jika tidak dengan memusuhi karena Allah dan berloyalitas karena Allah ?
Dan sebagai penutup, marilah kita kembali kepada Aqidah yang lurus, seperti memperbaiki pemahaman kalimah Tauhid, pengetahuan seputar Ibadah, pendidikan generasi di atas Al-Quran dan Sunnah, memperdalam konsep Al-Wala’ wal Baro’, konsep permusuhan antara golongan Allah dan golongan Syaitan, dan mengingat kembali dekatnya pertolongan Allah
Wallahu ta’ala a’lam, wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa sohbihi ajma’in.
*دولة الاسلام باقية باذن الله* ☝🏿
*ثم تكون خلافة على منهاج النبوة*
*لا اله الا الله*
*الله*
*رسول*
*محمد*
Saudara dan saudariku rahīmakumullāh, kulihat banyak yang berhijrah dari seluruh dunia ke Daulah Islām, sehingga membuat dunia tercengang dan melontarkan banyak pertanyaan kenapa dan bagaimana perkara ini bisa terjadi?
Apa yang kusajikan kepada kalian dalam tulisan berikut adalah tentang perkara tersebut. Kuminta kepada kalian WAllāh, bacalah dengan hati terbuka..
Saudara dan saudari yang kami cintai, ketika ALLAH Subhānahu wa Ta’āla menciptakan manusia, Dia memberitahu para Malaikat bahwa Dia Azzā wa Jālla akan menjadikan di atas bumi seorang ‘Khālifah’.
❝Ingatlah (wahai Muhammad) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khālifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khālifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."❞
—Al Baqarah 30
Arti “Khālifah” berasal dari kata suksesi. Namun sebagaimana yang dijelaskan dalam Tafsīr Ibn Katsīr, istilah tersebut memiliki makna yang lebih dalam, yaitu ‘orang yang akan menilai dengan Keadilan’. Jadi jika kita mengambil dua arti di atas bersama-sama, maka istilah khālifah mengacu pada otoritas berturut-turut yang akan menilai dengan Keadilan.
Dan sebagaimana kita ketahui, Iblīs menolak perintah ALLAH dan dengan demikian mengawali permusuhan dari dua kelompok itu – mereka yang di atas Kebenaran dan mereka yang di atas Kebātīlan. Dunia menjadi arena pertempuran.
❝Lalu keduanya digelincirkan oleh syaithān dari syurga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."❞
—Al Baqarah 36
Orang-orang yang benar adalah adalah mereka yang mengikuti petunjuk dari Sang Pencipta mereka dan berjuang mengimplementasikan Tauhīd di negeri-negeri mereka. Sementara kaum bātīl menolak petunjuk, dan tak ragu lagi mereka adalah ahlul Nār.
❝Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari syurga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". Adapun orang-orang yang kāfir dan mendustakan āyat-āyat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”❞
—Al Baqarah 38-39
Bimbingan dari Rabb kita Subhānahu wa Ta’āla ini datang dalam bentuk para Nabiyullāh ‘alaihimussalām yang dikirim untuk menyerukan Tauhīd dan akhirnya Hukum ALLAH Ta’āla.
❝Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitāb Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitāb itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada ALLAH, oleh orang-orang ‘alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitāb-kitāb ALLAH dan mereka menjadi saksi terhadapnya.❞
—Al Mā’idah 44
❝Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitāb yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitāb Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitāb yang sebelumnya, yaitu Kitāb Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa. Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan ALLAH di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan ALLAH, maka mereka itu adalah orang-orang yang fāsiq.❞
—Al Mā’idah 46-47
Nabi terakhir, Muhammad Shallallāhu ‘Alaihi Wassalām diutus dengan petunjuk Qur’ān – pesan dan sistem Hukum terakhir – dimana beliau Shallallāhu ‘Alaihi Wassalām diperintahkan untuk menerapkannya di bumi terlepas dari apa keinginan banyak orang.
❝Dan Kami telah turunkan kepadamu (wahai Muhammad) Al Qur'ān dengan membawa Kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitāb-kitāb (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitāb-kitāb yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang ALLAH turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan Kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap ummat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.❞
—Al Mā’idah 48
Syari'āh adalah pedoman bagi ummat manusia karena ia memudahkan dalam memetakan rute kita ke Jannah. Syari’āh telah lengkap dan ia membimbing kita dalam semua aspek kehidupan mulai dari interaksi manusia, makan-minum, bentuk transaksi dan segala hukuman bagi kejahatan. Pada akhirnya Syari’āh adalah rahmat bagi ummat manusia karena merupakan sistem hukum yang diberikan kepada manusia di bumi oleh Yang Maha Satu yang menciptakannya. Rahmat-Nya diekspresikan melalui Keadilan dan pemurnian yang meringankan beban ummat manusia.
❝Dan tiadalah Kami mengutus kamu, (wahai Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.❞
—Al Anbiyā’ 107
❝Sesungguhnya ALLAH menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya ALLAH memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya ALLAH adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.❞
—An Nisā’ 58
❝ALLAH hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.❞
—An Nisā’ 28
❝ALLAH tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.❞
—Al Mā’idah 6
Sekarang apa yang harus kita pahami wahai saudara dan saudariku? Ada begitu banyak orang yang tak ingin segala sesuatunya berjalan dengan lancar dan harmonis sebagaimana yang ALLAH Ta’āla perintahkan kepada kita. Sebaliknya mereka menginginkan suatu sistem dimana manusia dijadikan sebagai tuhan-tuhan di atas manusia yang lain sehingga bangsa-bangsa dihancurkan dengan tangan besi oleh mereka yang berkuasa. Sistem semrawut yang disebut sebagai "Undang-undang untuk Manusia dari Manusia" sebenarnya tak bermanfaat bagi manusia kecuali bagi mereka yang mencari kehancuran dan kerusakan di berbagai negeri. Inilah sistem Jāhiliyah yang merupakan sesuatu yang bertentangan dengan sistem yang diberikan ALLAH Tabāraka Ta’āla kepada kita.
Sayangnya inilah sistem pemerintahan Jāhiliyah yang telah dipaksakan terhadap ummat Islām selama beberapa dekade terakhir. Maka ketahuilah bahwa tiada satu pun negara Arab atau negara Mayoritas Muslim lainnya memiliki pemerintahan yang menerapkan Syari’āh ALLAH Subhāhahu wa Ta’āla. Belum lama berselang, Fir’aun Tunisia mengeluarkan undang-undang untuk melarang mengenakan Hijāb di depan umum. Belum lama juga banyak orang di bawah pemerintahan Bashar di Suriah tak tahu cara shalat, berwudhu, dan melarang Sunnah dasar seperti menumbuhkan jenggot. Sementara di Jazirah Arab, orang dipaksa untuk meyakini bahwa ‘keluarga raja’ adalah penguasa sālih yang harus dita’ati, meski kenyataannya merekalah murtaddin yang telah bersekutu dengan salibiyyun dan menyediakan bagi mereka pangkalan militer untuk menjatuhkan bom-bom kepada ummat Islām.
Tirani para penguasa di negara-negara semacam itu tak memberi manfaat bagi agama ummat atau bahkan dunia mereka. Dengan demikian banyak keluarga Muslim yang berimigrasi ke Eropa mencari kehidupan dan stabilitas yang lebih baik. Dan meskipun tak ada keraguan bahwa banyak yang mendapat manfaat dari tinggal di barat seperti belajar Kedokteran, tetapi hal itu tidaklah muncul tanpa konsekuensi/ resiko.
Resikonya tidaklah kecil namun bersifat menghancurkan sehingga banyak orang kehilangan ‘aqīdah Walā’ wal Barā’, Kufr bil thāghūt dan digantikan dengan ‘aqīdah siluman sekularisme yang disembunyikan dengan nama 'Islām moderat'. Jangan lupa bahwa para pemimpin baratlah yang memimpin perang melawan Islām dan telah memaksa para penguasa thāghūt Arab atas Muslim dan terus mendukung mereka.
Akibatnya, selama beberapa dekade terakhir, ummat Islām dipaksa membaca Qur’ān tanpa implementasi. Maka ketika mereka membaca āyat terpanjang dalam Qur’ān yang menggambarkan transaksi uang, mereka masih menemukan diri mereka dipaksa untuk menjadi bagian dari sistem Ribā (bunga). Atau ketika Muslim membaca āyat-āyat berikut..
❝Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada ALLAH (Al Qur'ān) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar berimān kepada ALLAH dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.❞
—An Nisā’ 59
❝Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak berimān hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.❞
– An Nisā’ 65
Ya, ketika ummat Islām membaca āyat-āyat tersebut, mereka masih tidak menemukan pilihan selain pengadilan Abu Lahab yang memerintah dengan politeisme legislatif dan Satanisme mereka. Dan ketika Muslim membaca bahwa merupakan perkara riddah (murtad) yang jelas ketika membantu kuffār menghadapi Muslim seperti blokade negara-negara Arab pada Palestina, atau pemerintah Arab yang membantu AS di Afghanistan, mereka dipaksa untuk diam. Dan jika berbicara, ia akan diburu oleh antek-antek murtaddun yang akan melemparkannya ke penjara bawah tanah dimana tiada yang bisa mendengar jeritan dari siksaannya. Dan orang seperti itu akan dianggap sebagai serigala jahat besar yang siksaannya diamini oleh para 'ulama' yang menggonggong menghadang jalannya dari dalam pangkuan Penguasa dengan membenarkan setiap tindakan Kufur yang dilakukan oleh tuan-tuan mereka.
Oleh karenanya wahai saudara dan saudariku, kita sebagai ummat Muslim telah memiliki hak untuk hidup di bawah Keadilan dan rahmat Syari’āh yang dilucuti dari kita oleh tawāghīt di timur dan barat. Mereka telah menghapus orang-orang miskin dari zakat dan menggantinya dengan ribā dan pencurian. Secara alami inilah sesuatu yang tak diterima oleh Muslim dan akan bertujuan untuk mengubah penggunaan metodologi Islām tentang Dakwah dan Jihād. Memang, kita tidaklah berperang demi peperangan, tidaklah juga kita membunuh demi kesenangan membunuh, tapi kita berjuang untuk membuka pintu-pintu dakwah yang ditutup oleh kekeras-kepalaan tawāghit dari Kuffār dan murtaddin yang berusaha memadamkan cahaya Tauhīd. Maka agama Islām tegak dengan apa yang diturunkan ALLAH Tabāraka Ta’āla – Hujjah yang jelas untuk Dakwah, dan Besi untuk kekuatan militer.
❝Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitāb dan Neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan Keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya ALLAH mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal ALLAH tidak dilihatnya. Sesungguhnya ALLAH Maha Kuat lagi Maha Perkasa.❞
—Al Hadīd 25
Jadi yā ikhwāh fillāh, apa yang disebut sebagai 'Arab spring' adalah ledakan alami populasi yang hidup di bawah pemerintahan tiran. Sebagian besar setuju pemerintahan tersebut enyah, namun apa yang orang berbeda atasnya adalah sistem mana yang akan menggantikannya. Orang-orang Arab terbagi menjadi tiga kelompok; pertama, mereka yang dipengaruhi dan terkesan oleh kebijakan sekuler Barat dan dengan demikian menyerukan negara demokratis yang memisahkan agama dari pemerintah.
Kelompok kedua mengakui bahwa Islām tak bisa dipisahkan dari pemerintahan tapi juga diindoktrinasi oleh sekularisme barat yang menghasilkan pola pikir kompromi dari apa yang disebut 'Islām moderat' yang pada kenyataannya adalah 'mengimāni sebagian Kitābullāh dan tak mengimāni sebagian lainnya'. Kelompok ketiga menyerukan Syari’āh, implementasi lengkap Syari’āh, tidak ada permainan atau trik – Tauhīd akan diekspresikan secara terbuka tanpa rasa takut pada tawāghit.
Sebagaimana yang diharapkan, pertempuran segera terjadi setelah menggulingkan pemerintah-pemerintah Arab dan rangkaian yang sama terbentuk. Kaum sekuler membujuk dan memikat 'Muslim moderat' yang tertipu di dalam lubang demokrasi yang menyebabkan mereka runtuh dan dengan demikian menghasilkan pemerintahan-pemerintahan baru yang kebenciannya pada Islām lebih besar dari para pendahulu mereka – kita ambil al-Sisi sebagai contoh.
Kemudian tibalah giliran Suriah, yang penduduknya sepakat untuk menjatuhkan Bashar Al-Assad yang jahat. Oposisi sekuler datang dalam bentuk Free Syrian Army (FSA) yang menyerukan demokrasi secara terbuka dan memisahkan agama. Oposisi lain adalah kelompok-kelompok seperti 'Ahrar Ash-Sham' dan 'Jasysh Al-Islam' yang namanya bertentangan dengan apa yang mereka seru. Mereka adalah orang-orang yang mengklaim kalau mereka menginginkan Aturan Islām namun pergi dengan ambigu menyerukan demokrasi dan secara terbuka untuk nasionalisme. Lalu ada 'Islamic State' yang akarnya adalah the Islamic State of Iraq (ISI) yang dibentuk selama pendudukan AS atas Iraq. The Islamic State of Iraq berkembang ke Syām untuk ambil bagian dalam pertempuran melawan Bashar dan dengan demikian terbentuklah The Islamic State of Iraq and Sham (dikenal sebagai ISIS).
The Islamic State of Iraq and Sham menyatakan dengan jelas apa yang mereka tuju dalam menjatuhkan Bashar – sebuah Daulah Islām dengan implementasi penuh atas Syari’āh. Maka ISIS mempelopori banyak pertempuran melawan rezim Bashar meninggalkan FSA sekuler sendirian untuk sementara yang mengakui bahwa ada musuh yang lebih besar. Apa yang terjadi selama tahapan ini, adalah bahwa daerah-daerah yang dibebaskan dari rezim Bashar sekarang diperebutkan oleh oposisi. Ketegangan meningkat tentang bagaimana wilayah-wilayah yang dibebaskan ini akan memerintah. Mereka yang menyerukan syari’āh berada dalam pijakan yang lebih kuat karena mereka telah mendapatkan dukungan populasi melalui kerja keras di medan perang. Sementara itu FSA telah menumbuhkan reputasi perampokan di jalan raya dan kriminalitas lainnya.
AS mengakui bahwa rencana sekuler mereka Pasca Bashar hancur berantakan dan menyerukan agar Siaga Merah, dengan menekan FSA untuk memerangi Islamic State. Islamic state awalnya terkejut karena serangan itu seperti ular. Mereka yang disebut 'kelompok Muslim moderat' yang ideologinya lebih dekat kepada sekularisme daripada Monoteisme memihak FSA dan bergabung dalam memerangi Islamic State. Namun segera, ISIS mengumpulkan pasukan dan membawa kekalahan memalukan bagi FSA dan sekutunya.
Banyak wilayah sekarang di bawah ISIS, yang mengarah pada awal banyak kemenangan yang menghasilkan kontrol petak besar di Iraq dan Syām dan akhirnya mendeklarasikan kembali dirinya dari ISIS menjadi hanya Islamic State (IS) atau Daulatul Islāmiyyah.…rumah bagi ummat Islām di seluruh dunia dimana Syari'āh ALLAH diterapkan dalam totalitasnya. Dan inilah beberapa poin dalam hal itu..
Pertama, Islamic State mengakomodasi Muhājirin dari seluruh dunia dan penduduk setempat untuk hidup berdampingan sebagai saudara dalam Islām. Meskipun Islām obyektif dalam keputusannya, umumnya Dien kita mengajari kita bahwa segalanya halāl (boleh) kecuali terbukti sebaliknya. Dan karenanya, di dalam perkara halāl ada banyak ruang untuk subyektivitas dan ekspresi. Sungguh di Daulah Islām akan kalian temukan kebersamaan yang indah dari berbagai budaya, bahasa, makanan, dan minuman yang menyebar dari Ethiopia, Perancis, Semenanjung Arab, Indonesia, Maladewa dan bahkan Trinidad & Tobago, semua yang datang bersama untuk hidup di bawah Syari'āh.
Kedua, Daulah Islām telah menerapkan sistem Dzimmi yang mengajarkan kita bagaimana berinteraksi dengan non-Muslim, yakni sistem ilahi yang disebutkan dalam āyat berikut:
❝Perangilah orang-orang yang tidak berimān kepada ALLAH dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharāmkan apa yang telah diharāmkan oleh ALLAH dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama ALLAH), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitāb kepada mereka, sampai mereka membayar jizya dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.❞
—At Taubah 29
Sistem ilahi ini mengajarkan kepada kita bahwa Kuffār (non-Muslim) umumnya terbagi menjadi tiga kubu. Dakwah (Seruan pada Islām) pertama-tama diberikan kepada non-Muslim. Ini mengarah pada pembentukan kelompok pertama – Mereka yang memeluk Islām yang kemudian menjadi saudara dan saudari kita dalam agama. Kelompok kedua dan ketiga adalah mereka yang menolak Islām. Yang kedua, meskipun tidak mau masuk Islām, membayar pajak kecil yang disebut 'Jizya' yang menunjukkan ketundukan mereka kepada otoritas Daulah Islām. Mereka kemudian diperlakukan sebagai warga negara Daulah Islām dan diberi hak-hak berikut..
Mereka diperbolehkan mempraktikkan agama mereka secara pribadi. Ini agar keyakinan mereka yang salah tentang ALLAH Subhānahu wa Ta’āla tidak dipublikasikan, tetapi tetap dengan prinsip Islām 'Tidak ada paksaan dalam Agama'.
Mereka bebas dari kewajiban militer. Namun Daulah Islām akan membela mereka dari musuh baik internal maupun eksternal. Telah diriwayatkan dalam contoh-contoh kejadian dalam sejarah Islām bahwa kegagalan untuk membela orang-orang yang membayar jizya menyebabkan dikembalikannya uang mereka.
Mereka menerima layanan kesehatan penuh seperti warga negara lainnya. WAllāh kudengar Pemimpin Departemen Kesehatan Daulah Islām memerintahkan kami, “Kalian telah mendengarnya dariku, siapa saja orang Yahudi atau orang Nazarian (alias Nasrani), yang berada di bawah pakta Dzimmi, mendatangi kalian di rumah sakit, maka kalian berkewajiban untuk memberinya perawatan penuh.”
Darah dan harta mereka dilindungi. Sebagaimana kasus tentang seorang lelaki Nazarian yang meminjamkan uangnya kepada seorang Muslim di bawah pemerintahan Bashar. Muslim itu tidak mengembalikan hutangnya yang menyebabkan orang Nazarian tersebut mengeluh kepada rezim Bashar tanpa hasil. Setelah Daulah Islām berkuasa, lelaki Nazarian itu membawa kasusnya ke Pengadilan Islām. Hasilnya adalah pengadilan Islām memutuskan bahwa uang itu harus dikembalikan dan itulah yang terjadi.
Mereka diizinkan untuk melanjutkan bisnis mereka sebagaimana biasa, sehingga kalian akan menemukan di wilayah Daulah Islām, toko dan gerai yang dijalankan oleh non-Muslim. Bahkan, jika kalian bertanya-tanya di kota Al-Raqqa, akan kalian temui bahwa salah satu dokter Obstetri dan Ginekologi yang paling populer adalah wanita Nazarian yang menjalankan kliniknya dengan sukses.
Mereka yang miskin dan tak mampu membayar Jizya namun bersedia hidup di bawah Otoritas Syari'āh, tidak wajib membayar dan kebutuhan mereka diurus oleh Daulah Islām.
Kelompok ketiga di bawah sistem ilahi, adalah mereka yang menolak untuk masuk Islām dan menolak untuk hidup di bawah otoritas Syari'āh dalam pakta Dzimmi. Inilah mereka yang kesombongannya mengalahkan mereka yang akan dianggap sebagai prajurit. Orang-orang seperti ini harus diperangi sebagaimana ditentukan oleh ALLAH Subhānahu wa Ta’āla.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai sistem Dzimmi di Daulah Islām, kalian bisa menonton rilis oleh sayap media Daulah Islām Al-Furqan, yang berjudul: Bayyina – Until came to them clear evidences.
Ketiga, Daulah Islām telah berhasil menerapkan Sistem Zakat, yang diambil dari semua warga Muslim yang mampu sehingga orang miskin dapat hidup stabil. Juga diterapkan rahmat dan keadilan dari sistem hudud bahwa ketika kondisi syari'āt terpenuhi, mencuri dihukum dengan potong tangan, sementara perzinahan dihukum dengan cambuk bagi yang belum menikah dan rajam untuk yang sudah menikah.
Inilah hukuman yang ditetapkan oleh ALLAH Subhānahu wa Ta’āla dan oleh karena itu Daulah Islām tidak takut kepada siapa pun dalam perkara ini.
Keempat, Daulah Islām mengakui perlunya pendidikan publik. Dan tidak ada keraguan bahwa yang paling penting adalah pendidikan agama yang telah dihapuskan atau dipelintir selama beberapa dekade terakhir. Maka Daulah Islām dipenuhi dengan kajian-kajian Islāmi untuk pria, wanita dan anak-anak. Daulah Islām juga mengakui perlunya pendidikan umum yang membantu kita dengan kebutuhan kita. Maka Daulah Islām telah dengan cepat membuktikan niatnya dalam pendidikan dengan membuka untuk pertama kalinya Sekolah Kedokteran, Perguruan Tinggi Perawatan dan Kebidanan. Sekolah-sekolah semacam itu disediakan baik untuk ikhwan dan akhwat. Dan lagi, Daulah Islām menyadari bahwa di bidang-bidang seperti kedokteran, orang-orang non-Muslim saat ini adalah yang maju, maka kita tidaklah malu membaca, mengambil, dan mengajarkan dari karya mereka selama tidak ada kontradiksi dengan prinsip kita. Bahkan Daulah Islām senang memiliki Muhājirin dari Timur dan Barat yang datang dengan berbagai keterampilan dan pengalaman mereka.
Catatan: Dalam hal ini, yā ikhwāh fillāh, kita harus bijaksana dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islām tentang bagaimana kita bisa mengambil ilmu yang berguna dari Kuffār tanpa jatuh ke dalam dosa.
Kelima, wanita sangat aktif dalam berbagai proyek dalam membangun Daulah Islām. Peranan mereka termasuk memberi dakwah, mengajar orang lain dan banyak lagi. Dan sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, ada banyak kursus yang tersedia untuk mereka ikuti, apakah itu berkaitan dengan ilmu agama atau yang lain. Daulah Islām juga mengakui bahwa membesarkan anak-anak adalah peran yang luar biasa dan penting bagi wanita. Oleh karenanya, Daulah Islām memberi para ibu apa yang mereka butuhkan untuk membesarkan anak-anak tersebut. Para Muslimah bisa melakukan semua itu tanpa merasa takut mengkompromikan agama mereka.
Jadi saudara-saudaraku, inilah Islamic state/ Daulah Islām yang telah kita tunggu – Rumah sejati bagi ummat Islām yang wajib kita bela dan pertahankan. Kami tak mengatakan bahwa hal-hal di sini semuanya sempurna, kami juga tak mengatakan bahwa di sini tiada kesalahan, namun apa yang kami katakan adalah bahwa inilah tempat dimana otoritasnya diakui ALLAH Tabāraka Ta’āla. Karena prinsip inilah kami mendukung Daulah Islām yang Amirnya adalah Syāikh Abu Bakr Al-Baghdādi (hafidzahullāh). Inilah prinsip yang sama yang karenanya para pemimpin Kufur berkumpul untuk memerangi kami. Mereka telah menyatakan ancaman sistem Islām pada pemerintahan tirani mereka yang opresif.
Maka kami katakan, bahwa pertempuran antara Daulah Islām dan koalisi pasukan Kufur yang dipimpin oleh AS, bukan karena masalah teknik eksekusi atau tindakan individu tertentu, namun inilah pertempuran ‘Aqīdah dimana satu kelompok menyerukan sistem Ilahi Syari'āh untuk diimplementasikan sementara yang lain menyerukan sistem sekularisme politeisme thāghūt atas sekularisme.
❝Orang-orang yang berimān berperang di jalan ALLAH, dan orang-orang kāfir berperang di jalan thāghūt, sebab itu perangilah kawan-kawan syaithān itu, karena sesungguhnya tipu daya syaithān adalah lemah.❞
—An Nisā’ 76
❝Dan mereka tidak menyiksa orang-orang Mu’mīn itu melainkan karena orang-orang Mu’mīn itu berimān kepada ALLAH Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.❞
—Al Burūj 8
Karena alasan ini, AS dan sekutunya membiarkan saat menyaksikan orang-orang Muslim dibantai di bawah tirani Bashar, dan justru menyerukan sebuah koalisi untuk memerangi Daulah Islām. Seperti yang diharapkan, pemerintah Arab murtad menyatakan "guk guk guk" dengan tegas, untuk bergabung dengan koalisi tentara salib karena ketakutan dengan apa yang akan dibawa oleh Daulah Islām bagi tahta-tahta setan mereka.
Untuk membenarkan kampanye pembunuhan terbaru mereka di belakang pendudukan atas Afghanistan dan Iraq, mereka memutuskan untuk memulai dengan propaganda klasik kedustaan dan dongeng. Propaganda semacam itu mudah dipercaya oleh jiwa-jiwa yang telah diselimuti syahwat dan syubhāt. Karena mempercayai kedustaan seperti itu adalah pelarian yang mudah dari kenyataan, yang memungkinkan para pecinta dunia untuk melanjutkan urusan mereka di dunia dongeng, bahwa para tiran akan hengkang dengan protes damai dan menunjukkan pada tawāghīt bahwa kita sebenarnya adalah orang baik. Maka kupikir demi menghormati kecerdasan manusia, takkan kusangkal klaim kekanak-kanakan bahwa "kita memotong jari perokok" atau "membunuh anak kecil".
Yā ikhwāh fillāh, penting bagi kita untuk memahami, bahwa kita telah memilih jalan Dakwah dan Jihad ini karena mengetahui bahwa banyak orang akan berbalik melawan kita. Dan ini hanya kami sampaikan sebagai pengingat dan dakwah kepada kalian. Kami tak memberikan pengingat ini untuk menghentikan penghinaan apa pun yang datang kepada kami. Karena WAllāhi Ta’āla siapa pun yang telah menghina kami secara pribadi, maka kukatakan kepadanya bahwa itu semua kami maafkan dan kami lupakan. WAllāh kami hanya takut kalian akan mendatangkan murka ALLAH atas diri kalian sendiri dengan menghina Mujāhid jujur yang berdiri dalam ribāth di malam yang dingin demi mencari syāhid dengan mengorbankan tubuhnya sebagai perisai untuk melindungi syari'ah. Maka tolong berhati-hatilah dalam apa yang kalian katakan karena ada Yaum al-Hisāb yang harus kita semua lalui.
Sebagai penutup, kami mengajak kalian saudara-saudari kami semua untuk bergabung bersama kami dalam membela Islamic State, hidup di bawah Syari'āhnya dan membangun masa depan dengan
positif dan memperbaiki kesalahan. Kami tak bisa menjanjikan pada kalian bahwa hidup kalian di sini akan menjadi mudah dan nyaman karena ini bukanlah jalan dakwah dan Jihād. Selama kita berada di jalan menuju Jannah dan belum sampai ke sana, maka akan selalu ada masa susah, lapar dan air mata.
❝Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang berimān bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan ALLAH?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan ALLAH itu sangat dekat.❞
—Al Baqarah 214
Sungguh, janji ALLAH adalah Haqq. Sungguh, tulang punggung sistem jāhiliyah - Amerika, hampir patah dan tombak-tombak Mujāhidin muda tak bisa dihentikan, In syā ALLAH.
Dan kuakhiri dengan mengucapkan selamat kepada saudara kami tercinta, Mujāhid yang sabar yang selalu membawa senyum ke wajah saudara-saudaranya…Osman Figiri yang mencapai syāhid (taqabbalahullāh) di sepuluh hari terakhir Ramadān yang penuh berkah. Saudara kami yang pemberani ini telah membenamkan dirinya ke dalam pasukan rezim Bashar mencari keridhaan ALLAH. Kami memohon kepada ALLAH Azzā wa Jālla untuk menerimanya sebagai Syuhadā dan mengaruniakan padanya jannah tertinggi.
❝Hai orang-orang berimān, janganlah kamu seperti orang-orang kāfir (orang-orang munāfik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh." Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, ALLAH menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. ALLAH menghidupkan dan mematikan. Dan ALLAH melihat apa yang kamu kerjakan. Dan sungguh kalau kamu gugur di jalan ALLAH atau meninggal, tentulah ampunan ALLAH dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan.❞
—Ali ‘Imran 156-157
Dan seruan terakhir kami adalah Segala Puji bagi ALLAH, Rabb semesta alam, dan Shalāwat dan Salām bagi Rasul terakhir-Nya, Muhammad Shallallāhu ‘Alaihi Wassalām.
Sufyan bin Uyainah salah seorang Ulama salaf berkata : "Jika di akhir zaman nanti kalian mendapati perselisihan diantara umat, maka wajib bagi kalian memegang fatwa Ulama Ahluts Tsughur".
Apa yang dimaksud dengan Ahluts Tsughur?
Ahluts Tsughur adalah Ahlul Jihad, para ulama yang berada di front-front jihad…
Atsar ini berasal dari para Tabiin, ketika Sufyan ibnu `Uyainah berkata kepada Ibnul Mubarak :
"Kalau engkau melihat manusia telah berselisih hendaklah engkau bersama mujahidin dan ahluts tsughur karena sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman:
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al 'Ankabut: 69)
(Tafsir Al-Jami li Ahkamil Quran, 13/365)
Engkau tidak keliru, belajar Islam harus melalui guru pembimbing. Namun jika yang dimaksud berguru itu harus pada ustadz dan ulama yang berdiri dipintu-pintu istana, dekat dengan penguasa, sori.. kami tak menganggapnya ulama, melainkan talbis.
–
Engkau takkan pernah mendapati ustadz dan ulama yang berdiri dipintu-pintu istana akan memberimu penjelasan yang terang akan makna Ulil amri, thogut, wala', baro', hijrah, jihad, khilafah khawarij dan murji’ah. mereka akan mengkaburkannya, mereka takkan jujur. Karena dengan jujur tentu saja itu sama halnya akan meruntuhkan dakwahnya.
Para ustadz dan ulama yang jujur sengaja dijauhkan dari umat dengan cara dibunuh dan dipenjara, sebagiannya dimedan laga. Sungguh, ilmu yang lurus itu lebih banyak dipenjara dan di medan laga daripada dipintu-pintu istana.
–
Jika sudah seperti ini asingnya ahlu ilmu dan engkau tanyakan siapa guru kami? maka kami hanya mencukupkan Syeikh Muhammad ibn Abdul Wahhab, para Aimmah dakwah nejd, Syeikhul Islam ibn Taimiyah, ibnu Qayyim, ibnu Qudamah dan yang lainnya, tentunya setelah Rasulullah, para sahabat dan 3 qurun terbaik.
–
Itulah Satu dari alasannya kenapa kami tidak menghadiri majelis ilmu yang engkau maksud dan lebih memilih membaca dimedsos. Karena dimedsos masih ada yang jujur sedangkan dimajelis mu tidak kami dapati.
قال ابن قدامه رحمه الله : كان السلف ينهون عن مجالسة أهل البدع والنظر في كتبهم والاستماع الى كلامهم وقال أبو عثمان الصابوني بعد ذكر أهل البدع : ويرون صَون آذانهم عن سماع أباطيلهم التي إذا مرت بالآذان وقرَّت فى القلوب ضرت وجرت إليها من الوساوس والخطرات الفاسده ما جرت.
Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,
Para ulama salaf melarang bermajlis dengan ahli bid'ah dan melarang membaca buku-buku mereka serta mendengarkan perkataan mereka.
Bahkan Imam Abu Ustman ash-Shabuni berkata,
(Para ulama salaf) berpendapat keharusan menjaga telinga untuk tidak mendengarkan berbagai macam kebatilan ahli bid'ah dan syubhat bila telinga mendengarnya karena bila sudah jatuh di hati pasti membahayakan serta akan timbul berbagai macam was-was dan bisikan rusak.
قال سفيان الثوري رحمه الله :من سمع ببدعة فلا يحكها لجلسائه .. لا يُلقيها فى قلوبهم.
Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata,
Barangsiapa yang mendengarkan perkara bid'ah disampaikan kepada teman-temannya dan jangan diperdengarkan ke dalam hati mereka.
قال الإمام الشافعي رحمه الله :ما ناظرت أحدا علمت أنه مقيم على بدعه
Imam Syafi'i rahimahullah berkata,
Aku tidak pernah mau berdebat dengan siapa pun kalau dia masih bersikeras dengan bid'ahnya.
.وقال الامام البيهقى معلقا : وهذا لأن المقيم على بدعته قلما يرجع بالمناظره عن بدعته وإنما كان يناظر من يرجو رجوعه إلى الحق إذا بينه له
Imam Baihaqi rahimahullah berkomentar terhadap pernyataan di atas,
Karena orang yang masih bersikeras dengan kebid'ahan jarang sekali mau rujuk dengan debat dari bid'ahnya karena debat hanya dianjurkan dengan orang yang diharapkan sadar mau kembali kepada kebenaran setelah dapat penjelasan.
قال الامام ابن تيميه رحمه الله إن المبتدع الذي بنى مذهبه على أصل فاسد متى ذكرت له الحق الذي عندك ابتداء أخذ يعارضك فيه لما قام في نفسه من الشبهه .. فأعطه إياه وإلا فما دام معتقدا نقيض الحق لم يدخل الحق الى قلبه كاللوح الذي كتب فيه كلام باطل فامحه أولا ثم اكتب فيه الحق .
Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
Sesungguhnya ahli bid'ah yang telah mendasarkan prinsipnya di atas dasar yang rusak ketika diingatkan tentang kebenaran pasti menunjukkan sikap penentangan, karena di dalam dirinya telah terpatri berbagai macam syubhat. Selagi orang tersebut masih kental dengan keyakinan yang berlawanan dengan kebenaran maka kebenaran akan sulit masuk ke dalam hatinya seperti papan tulis yang digunakan untuk menulis ucapan batil maka hapus dahulu tulisan itu kemudian ganti dengan tulisan yang benar.
وكما قال الذهبى رحمه الله القلوب ضعيفه والشُبه خطافه .. وربما علقت شبهه بقلب إنسان فلا يجد لها ردا فتورده المهالك على أن الرد عليها يسير لمن يسره الله عليه ولكن الحدث الذي زاغت عينه وتعلق قلبه بالشبهة وإعجابه بقائلها لقلة علمه وإعجابه بنفسه وحبه للظهور وسماعه لشتم الانبياء والتعرض بالسباب لرب العباد وهو لا يتحرك له ساكن فهل يُظَّن أن هذا يوفق للحق بسهوله!!!!!!!!
Sebagaimana penegasan Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah,
Sesungguhnya syubhat itu menyambar sementara hati itu lemah, boleh jadi syubhat tersebut terpatri di dalam hati seseorang lalu tidak punya ilmu untuk menangkalnya sehingga menjadi tawanan syubhat akhirnya terjebak dalam berbagai kehancuran.
Meskipun menangkal syubhat itu mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah tetapi bagi kaum remaja dan kalangan muda yang baru mengaji yang disertai semangat menggebu-gebu maka akan mudah bertekuk lulut di hadapan syubhat apalagi sudah dibumbui dengan kekaguman kepada penebar syubhat maka akan makin mengakar dan menghujam dalam hatinya.
Yang menjadikanmu muslim muwahhid itu bkn jenggot, gamis, celana cingkrang, jubah, dan sorban.Tapi sejauh mana kamu memahami dan melaksanakan konsekwensi Iman kepada Allah dan kufur kepada thaghut.
Semua yang kamu lakukan menjadi tidak berarti tanpa memahami dan melaksanakan “iman kepada Allah dan kufur kepada thaghut ”
Sebelum semuanya terjadi hakikat makna “Iman kepada Allah dan kufur kepada thaghut ” ini harus terlebih dahulu di hujamkan kedalam hati kaum muslimin dengan kuat.
23 tahun Allah mengutus Rasulullah Di Makkah atau fase Makkah hanya untuk mendakwahkan aqidah “Iman kepada Allah dan kufur kepada Thaghut”. Allah belum mewajibkan shalat lima waktu, puasa, haji, zakat, jihad, jenggot, celana cingkrang dan Allah belum mengharamkan khamer.
Ini berarti mengajarkan metode kepada kita bahwa sebelum masalah furu’iyyah (cabang) di ajarkan wajib mengajarkan masalah ushuliyyah (fundamen), dan ushul terbesar dalam dinul Islam ini adalah “Laa ilaaha illaLlah” atau biasa kita sebut dengan tali simpul Islam terkuat yaitu “Iman kepada Allah dan kufur kepada thaghut “, hal ini dikarenakan agar umat tidak tersibukkan dengan masalah furu’iyyah dan meninggalkan ushuliyyah.
Masalah furu’iyyah dibangun diatas ushuliyyah yang kuat, sehingga amalan furu’iyyah tidak dipertentangkan dengan ushuliyyah.
Metode ini yang saat ini di lupakan atau sengaja di tinggalkan oleh para dai, mereka merayu umat dengan amalan-amalan furu’iyyah agar terkesan nyalaf dan nyunnah, namun meninggalkan metode salaf dan sunnah.
Sehingga berakibat fatal, umat lebih besar perhatiannya kepada amalan furu’iyyah seperti semangat mengamalkan sunnah jenggot, tidak isbal, gamis, jubah yang dianggap cukup mewakili dakwah salafiyah namun tidak faham Laa ilaaha illallah secara kaffah. Kepada siapa harus loyal dan kepada siapa harus berlepas diri.
Maka pesan kepada para ahli ilmu, dai, ustadz dan aktivis dakwah, takutlah kepada Allah dari menyembunyikan ilmu.
#Tauhid Manhaj & Aqidah