Wejangan dalam Mendidik Generasi
oleh al-Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh
الاعتناء بأمر خلقه فإنه ينشأ على ما عوده المربي في صغره من حرد وغضب ولجاج وعجلة وخفة مع هواه وطيش وحدة وجشع فيصعب عليه في كبره تلافي ذلك وتصير هذه الأخلاق صفات وهيئات راسخة له فلو تحرز منها غاية التحرز فضحته ولا بد يوما ما.
Memberikan perhatian akhlaq. Karena dia akan tumbuh sesuai tabiat yang dirutinkan oleh pendidiknya semasa kecil. Seperti kararter mudah tersinggung, marah, keras kepala, tergesa-gesa, mudah menuruti kemauan, bertindak reaksioner dan ambisius. Maka ketika sudah terbiasa tertanam, akan sulit baginya berubah ketika dewasa. Tingkah-tingkah tersebut akan menjadi sifat dan karakter yang mengakar kuat. Kalau saja anak bisa dijaga dari karakter-karakter tersebut semaksimal mungkin (semenjak dini), maka suatu hari akan tampak hasilnya.
أن يتجنب الصبي إذا عقل مجالس اللهو والباطل والغناء وسماع الفحش والبدع ومنطق السوء فإنه إذا علق بسمعه عسر عليه مفارقته في الكبر وعز على وليه استنقاذه منه فتغيير العوائد من أصعب الأمور يحتاج صاحبه إلى استجداد طبيعة ثانية، والخروج عن حكم الطبيعة عسر جدا.
Hendaknya anak-anak dijauhkan dari acara-acara yang melalaikan, tak berguna, lagu-lagu (yang melalaikan), mendengarkan perkataan keji, bid'ah (yang munkar) dan omongan kotor. Karena anak yang terbiasa mendengarkan hal-hal tersebut, akan sukar dipisahkan di masa dewasanya. Orang tua / walinya akan susah melepaskan kebiasaan buruk tersebut. Karena merubah kebiasaan adalah perkara yang paling sulit, di mana pemilik kebiasaan perlu menyiapkan secara serius kebiasaan-kebiasaan lainnya. Sedangkan keluar dari tabiat adalah perkara yang sangat sulit.
أن يجنبه الأخذ من غيره غاية التجنب فإنه متى اعتاد الأخذ صار له طبيعة ونشأ بأن يأخذ لا بأن يعطي، ويعوده البذل والإعطاء وإذا أراد الولي أن يعطي شيئا أعطاه إياه على يده ليذوق حلاوة الإعطاء.
Hendaknya anak benar-benar dihindarkan dari kebiasaan mengambil benda (atau hak) orang lain. Karena anak yang terbiasa (dari kecil) mengambil (milik orang) akan menjadi tabiat dan tumbuh sebagai tukang mengambil (mencuri/merampas), bukan memberi. Hendaknya anak dibiasakan untuk berderma dan memberi. Sementara jika wali/orang tuanya ingin memberikan sesuatu pada anak, maka hendakanya dia memberikannya secara langsung hingga dapat merasakan nyaman/enaknya diberi (bukan mengambil/merampas/memaksa).
أن يجنبه الكذب والخيانة أعظم مما يجنبه السم الناقع، فإنه متى سهل له سبيل الكذب والخيانة أفسد عليه سعادة الدنيا والآخرة وحرمه كل خير.
Hendaknya anak dijauhkan dari (sikap/perkataan) dusta dan khianat, seperti halnya anak dihindarkan dari racun yang mematikan. Karena ketika dia telah terbiasa mudah berdusta dan khianat, hancurlah kebahagiaan dunia dan akhiratnya, serta akan terhalang darinya berbagai pintu kebaikan.
أن يجنبه الكسل والبطالة والدعة والراحة بل يأخذه بأضدادها ولا يريحه إلا بما يجم نفسه وبدنه للشغل، فإن للكسل والبطالة عواقب سوء ومغبة ندم وللجد والتعب عواقب حميدة إما في الدنيا وإما في العقبى وإما فيهما فأروح الناس أتعب الناس وأتعب الناس أروح الناس
Menghindari kemalasan, kesia-siaan, berleha-leha dan (sering) rebahan (nganggur/tidak sibuk dalam urusan dunia maupun akhirat). Bahkan, yang seharusnya ditanamkan pada anak adalah sebaliknya, tidak membiarkannya mendapat kelapangan, melainkan setelah jiwa dan raganya melewati berbagai aktivitas kesibukan.
Karena kemalasan dan melakukan hal sia-sia memiliki berbagai dampak yang buruk dan berakibat pada penyesalan. Sedangkan bersungguh-sungguh dan mau bersusah payah memiliki dampak terpuji di dunia ataupun di akhirat kelak, dan kadang bisa juga dirasakan di dunia maupun akhirat. Orang yang paling berleha-leha, sebenarnya adalah orang yang (kelak) paling mengalami banyak kerepotan. Dan orang yang mau/siap repot adalah orang yang (kelak) akan mendapatkan kenyamanan.
وكم ممن أشقى ولده وفلذة كبده في الدنيا والآخرة بإهماله وترك تأديبه وإعانته له على شهواته ويزعم أنه يكرمه وقد أهانه وأنه يرحمه وقد ظلمه وحرمه ففاته انتفاعه بولده وفوت عليه حظه في الدنيا والآخرة وإذا اعتبرت الفساد في الأولاد رأيت عامته من قبل الآباء"
Berapa banyak orang yang menjadikan anak dan buah hatinya sengsara di dunia dan di akhirat, gara-gara mengabaikan pendidikannya dan malah membantunya dalam kesenangan syahwat. Dalam keadaan tersebut dia beranggapan ingin memuliakan anak, padahal dia sedang menghinakan anaknya, menyangka sedang menyayangi anak padahal dia sedang menzholiminya. Hingga hilanglah kesempatan anak mendapatkan manfaat, dan hilang pula jatah kebaikannya di dunia dan di akhirat. Sementara jika anda cermati kerusakan anak-anak, umumnya disebabkan oleh orang tuanya."
Diukil dari kitab Tuhfatul Maulud dengan sedikit editan.
Catatan :
Tarjamah meliputi tafsiriyah, karena kami menemukan banyak kesulitan jika ditarjamah secara harfiyah saja.
Maktabatul 'ilmi
█▓▒▒𝑨𝒍𝑸𝒂𝒖𝒍 𝑨𝒕𝒔𝑻𝒔𝒂𝒃𝒊𝒕▒▒▓█