بسم الله الرحمن الرحيم
▪️Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
لَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ فِي جَوْفِ عَبْدٍ أَبَدًا وَلَا يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالْإِيمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا.
"Debu peperangan di jalan Allah dan asap neraka Jahanam tidak akan dapat bersatu di dalam perut seorang hamba selama-lamanya, begitu pula sifat kikir dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya.”
📜_Al-Musnad, karya Ahmad 14/202, no. 8512, dan Shahih Ibni Hiban 8/43, no. 3251.
والله أعلمُ بالـصـواب
#Tauhid Manhaj & Aqidah
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال، رسول الله صلى الله عليه وسلم : إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَلَمْ تَأْتِهِ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Jika suami memanggil isterinya ke tempat tidurnya lalu ia tidak mendatanginya, sehingga dia tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka para Malaikat melaknatnya hingga Shubuh.” [Al-Bukhari dan Muslim]
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:
1- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Tidak ada (kewajiban) atas wanita, setelah hak Allah dan Rasul-Nya, yang lebih wajib dibanding hak suaminya."
2- Kewajiban isteri, ketika suami memanggilnya ke tempat tidur, ialah tidak menolaknya selamanya, walaupun ia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Karena hal itu menyebabkan laknat Malaikat kepadanya. Kecuali bila ia memberitahukan kepada suaminya tentang alasannya, lalu suami ridha dengan hal itu.
3- Makna hadits ini bahwa laknat akan berlanjut atasnya hingga kemaksiatan tersebut sirna dengan terbitnya fajar, bertaubat darinya, atau datang ke tempat tidurnya.
Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:
- Wanita yang nusyuz ialah wanita yang bersikap sombong terhadap suaminya, tidak mau melakukan perintah suaminya, berpaling darinya, dan membenci suaminya. Apabila timbul tanda-tanda nusyuz pada diri si istri, hendaklah si suami menasihati dan menakutinya dengan siksa Allah bila ia durhaka terhadap dirinya. Karena sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadanya agar taat kepada suaminya dan haram berbuat durhaka terhadap suami, karena suami mempunyai keutamaan dan memikul tanggung jawab terhadap dirinya.
وَاللاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ
Wanita-wanita yang kalian khawatiri nusyuznya, maka nasihatilah mereka. (An-Nisa: 34)
Wallahu a'lam
عن عبد الله عمرو بن العاص يقول، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً فَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَقَالَ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ قَالَ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ...
Dari Abdullah Amr ibnu As berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:
Sesungguhnya Allah akan memilih satu orang laki-laki dari umatku di hadapan para makhluk pada hari kiamat. Maka dihamparkan padanya 99 kitab yang besar catatan dosa. Setiap kitab besar itu sejauh mata memandang.
Kemudian Allah berfirman: 'Apakah engkau mengingkari catatan ini? Apakah Malaikat pencatat amal mendzhalimi engkau?'
Orang itu berkata: 'Tidak wahai Tuhanku.'
Allah bertanya: 'Apakah engkau memiliki udzur?'
Orang itu berkata: 'Tidak wahai Tuhanku.'
Allah berfirman: 'Ya. Bahkan engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami. Sesungguhnya engkau tidak dizhalimi pada hari ini.' Kemudian keluarlah satu kartu kecil di dalamnya terdapat ‘Asyhadu an Laa Ilaaha Illallah wa Asyhadu anna Muhammadan Abduhu wa Rosuuluh.'
Kemudian Allah berfirman: 'Hadirilah penimbangan (amalmu)'.
Orang itu berkata: 'Wahai Tuhanku, apa arti satu kartu kecil ini dibandingkan kitab-kitab besar itu.'
Allah berfirman: 'Engkau tidak akan didzhalimi.' Kemudian diletakkan kitab-kitab besar di satu sisi (timbangan) dan kartu kecil di sisi (timbangan) yang lain. Ternyata kitab-kitab besar itu ringan dan kartu kecil itu berat (bobotnya). (HR. at Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dishahihkan Ibn Hibban)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits:
Hendaklah diingat bahwa dhahir hadits ini digunakan kata “rojulun”, bentuk tunggal yang menunjukkan makna “seseorang”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hadits ini -bisa jadi- hanya berlaku untuk satu orang saja.
Keutamaan ini tidaklah didapat melainkan oleh seseorang yang kadar tauhid dalam hatinya sangat besar, demikian pula dengan rasa cintanya kepada Alloh Jalla wa ‘Alla dan Rasul-Nya shallallohu ‘alaihi wa sallam, ikhlas kepada Alloh, bertauhid baik dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (peribadahan), dan asma’ wa shifat (nama-nama dan sifat-sifatNya)
Iman yang tauhid bisa menghapus dosa- dosa.
Sebagian kaum muslimin memahami hadits di atas ‘seadanya’, yaitu siapa saja yang hingga akhir hayatnya “berhasil” mengucapkan kalimat tauhid, atau sekedar mengucapkannya sekali seumur hidup saja, akan masuk surga. Tidak peduli seburuk apapun amalan yang telah ia kerjakan, bahkan terjatuh dalam dosa syirik sekalipun.
Padahal, dalam hadits lain yang semakna dengan hadits ini, disebutkan bahwa salah satu syarat yang mengikat janji surga tersebut, adalah keikhlasan. Dari Sahabat ‘Itban bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang-orang yang mengucapkan “laa ilaaha illallaah” dengan ikhlas dan hanya mengharapkan ganjaran berupa (melihat) wajah Allah” *(HR. Bukhari dan Muslim)*
Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an :
1- Iman (tauhid), amalan yang bisa menghapus dosa.
وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَىٰ
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar. [Surat Tha-Ha : 82]
2- Iman yang tauhid menjadikan orang aman dari siksa neraka
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُون
َ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Surat Al-An'am 82]
Wallahu a'lam
Tauhid, fitroh manusia
Rosululloh صلـى اللّه عليه و سلّم berkata,
يَقُوْلُ اللّٰهُ تعالى اِنِّيْ خَلَقْتُ عبَادِيْ حُنَفَاءَ فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِيْنُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِيْنِهِمْ وَ حَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا اَحْلَلْتُ لَهُمْ وَ اَمَرَتْهُمْ اَنْ يُشْرِكُوُابِيْ مَالَمْ اُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطَانًا
"Alloh ta'ala berkata, 'Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan lurus (fitroh/tauhid), lalu datanglah setan-setan memalingkan mereka dari dien mereka, mengharamkan apa yang Aku halalkan atas mereka dan menyuruh mereka berbuat syirik kepadaKu dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangan untuk itu.' " [HR. Muslim]
Inilah fitroh manusia, Alloh ta'ala menciptakannya dalam keadaan hanif (lurus), tauhid atau Islam.Kemudian setan, baik dari jenis jin maupun manusia, mendatanginya dan menggelincirkannya dari fitrohnya yang hanif (tauhid) menuju kesyirikan atau kekafiran. Karena itu seorang hamba wajib memelihara fitrohnya agar tetap bersih dan lurus diatas Islam atau tauhid. Sebagaimana yang diperintahkan Alloh subhaanah,
" Maka, hadapkanlah wajahmu (dengan lurus) kepada Addien yang lurus. (Tetaplah) diatas fitroh Alloh yang Alloh menciptakan manusia diatas fitroh itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Alloh. (Itulah) Addien yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." [Ar-Ruum : 30]
Perintah Alloh ta'ala dan RosulNya agar seorang hamba diatas fitroh
Alloh 'azza wa jalla berkata,
" Dan bersabarlah engkau (wahai Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Robb mereka pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoanNya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kebidupan dunia, dan janganlah engkau mengikuti orang-orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginan hawa nafsunya dan keadaannya melampaui batas." [Al Kahfi : 28]
Penjelasannya, bersabarlah dirimu- wahai Muhammad- bersama para sahabatmu dari kalangan faqir mukminin, yaitu orang-orang yang beribadah kepada Robb mereka saja (mentauhidkanNya) dan menyeruNya di pagi dan sore hari karena mengharap wajahNya, dan duduklah bersama mereka dan bergaulah dengan mereka, dan jangan berpaling pandanganmu dari mereka kepada selain mereka dari kalangan orang-orang kafir karena mengharap kesenangan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah engkau mengikuti orang-orang yang hatinya Kami lalaikan dari mengingat Kami sehingga menjadilah seluruh amal mereka sia-sia dan hancur. [Tafsir Al Muyassar]
Sedangkan penjelasan Syaikh Ibnu Katsir rohimahulloh tentang ayat tersebut,
" Yakni duduklah kamu bersama-sama orang-orang yang mengingat Alloh seraya mengagungkan, memuji, menyucikan dan membesarkannya serta memohon kepadanya disetiap pagi dan petang hari dari kalangan hamba-hambanya, baik mereka itu orang fakir maupun kaya, orang kuat maupun lemah."
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam juga berpesan tentang berteman dan pergaulan, beliau berkata,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
" Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” [HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628]
Beliau juga berkata,
"Seseorang itu diatas agama temannya. Oleh karena itu hendaknya seseorang memperhatikan siapa yang dia jadikan teman." [HR. Abu Dawud, no. 4833 ; at-Tirmidzi, no.2378 ; Silsilah ash-Shahihah, no.927]
Imam Al-Khaththabi rahimahullah berkata,
"Seseorang itu tergantung agama temannya, maknanya jangan engkau berteman kecuali dengan orang yang engkau ridhai agama dan amanahnya, karena jika engkau berteman dengannya ia akan membawamu kepada agama dan madzhabnya. Jangan engkau menipu agamamu, jangan engkau membahayakan dirimu sendiri dengan bergaul dengan orang yang tidak engkau ridhai agama dan madzhabnya." [Al- 'Uzlah, Al Khattabi, 141]
Imam Qatadah rahimahullah berkata:
"Sesungguhnya kami, demi Allah belum pernah melihat seseorang menjadikan teman buat dirinya kecuali yang memang menyerupai dia maka bertemanlah dengan orang-orang yang shalih dari hamba-hamba Allah agar kamu digolongkan dengan mereka atau menjadi seperti mereka." [Al Ibanah, 2/477, no.500]
Dari ayat Alloh dan perkataan-perkataan Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam diatas, kita ketahui bahwa Alloh ta'ala dan RosulNya telah memberi bimbingan kepada mukminin untuk berhati-hati dalam bersahabat atau berteman akrab, menghindari dari berteman dengan orang yang lalai dan buruk, dan berteman serta berkumpul dengan orang-orang sholih yang lurus dan senantiasa tunduk taat pada Alloh subhaanah.
Prinsip bersahabat atau berteman
1. Berdasar tauhid atau taqwa.
" Dan berpegang teguhlah kalian pada tali (agama) Alloh dan janganlah kalian bercerai berai. Dan ingatkan nikmat Alloh atas kalian, ketika kalian (dimasa jahiliah) bermusuh-musuhan kemudian Allah menyatukan hati-hati kalian maka menjadilah kalian karena nikmatnya bersaudara, padahal kalian (saat itu) berada ditepi jurang neraka kemudian Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya supaya kalian mendapat petunjuk." [ Ali Imron : 103 ]
Ayat ini menjelaskan bahwa kaum muslimin disatukan oleh Islam atau iman atau tauhid setelah sebelumnya mereka bermusuh-musuhan dimasa jahiliah. Dengan ikatan iman atau tauhid itulah mereka bersatu dan bersaudara, tidak berdasar ikatan kesukuan dan tidak pula berdasar ikatan kesyirikan.
Dilain ayat Allah ta'ala berkata,
" Teman-teman qorib pada hari itu (hari kiamat) sebagian mereka menjadi musuh sebagian yang lain kecuali orang-orang bertakwa." [Az-Zukhruf : 67]
Allah ta'ala menjelaskan dalam ayat ini bahwa persaudaraan atau persahabatan didunia semuanya akan berakhir dan berubah menjadi permusuhan ketika di akhirat, kecuali persaudaraan atau pertemanan berlandaskan semangat ketakwaan.
Hanya persaudaraan dan persahabatan diatas tauhid dan ketakwaan yang akan membawa kebaikan dan keselamatan didunia dan akhirat. Persaudaraan mereka tak sekedar saat didunia saja tetapi kan berlanjut hingga diakhirot dalam keridhoan Allah 'azza wa jalla.
Sedangkan persaudaraan dan persahabatan yang berlandaskan selain tauhid dan ketakwaan, seperti persaudaraan atau persahabatan diatas kesyirikan, bid'ah dan maksiat serta persahabatan sekedar perkara dunia, maka akan membawa keburukan baik didunia maupun diakhirot serta akan menimbulkan kemurkaan Allah ta'ala. Persahabatan mereka hanya didunia tetapi diakhirot mereka akan menjadi saling berlepas diri dan saling bermusuhan.
2. Saling menasehati dan saling berpesan
Yaitu saling menasehati untuk teguh diatas Al haq dan saling menasehati untuk bersabar diatasnya. Alloh ta'ala berkata,
"Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling berpesan terhadap kebenaran (al haq) dan saling berpesan dalam kesabaran." [ Al Ashr : 1- 3 ]
Sahabat Umar bin Khoththob rodhiyallohu 'anhu berkata,
" لا خير في قوم ليسو بناصحين ولا خير في قوم لا يحبون النصح " [ الاستقامة : ١٤٨ ]
"Tidak ada kebaikan pada suatu kaum yang mereka tidak saling memberikan nasihat, dan tidak ada kebaikan pada suatu kaum yang tidak suka terhadap nasihat." [ Al Istiqamah : 148 ]
Persahabatan yang didasari dengan saling menasehati untuk selalu diatas al haq dan bersabar diatasnya akan membuat pelakunya bi idznillah tetap kokoh dan istiqomah diatas al haq (tauhid) dan menurunkan keridhoan Allah ta'ala kepada mereka. Suatu kaum yang kebersamaannya diatas saling menasehati dalam kebenaran maka Dienulloh akan tetap hidup dan eksis diantara mereka sehingga kebaikan dan keberkahan dari Allah ta'ala kan turun kepada mereka.
Sedangkan sebuah persahabatan dengan saling membiarkan kebatilan yang dilakukan diantara mereka akan menimbulkan merebaknya kemaksiatan dan turunnya kemurkaan serta adzab dari Allah ta'ala.
Wajib bagi setiap muslim memperingatkan saudara muslimnya jika ia melakukan kemungkaran, sebagaimana perintah Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam,
من رأى منكم منكرا فليغيره بيده . فإن لم يستطع فبلسانه . فإن لم يستطع فبقلبه .وذلك أضعف الإيمان
“ Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman”. [HR. Muslim, 49]
Al Imam Al Qurtubiy rahimahullahu Ta'ala berkata :
كل من جلس في مجلس معصية ولم ينكر عليهم يكون معهم في الوزر سواء . [ أحكام القرآن(٤١٨/٥)]
"Setiap orang yang duduk di majelis berisi maksiat dan dia tidak melakukan pengingkaran terhadap mereka maka dia dan mereka memperoleh dosa yang sama." [Ahkâmul Qurân, 418/5]
◾ Dua jenis teman buruk
Allaah ta'ala menarasikan tentang percakapan ahlu jannah. Salah seorang dari mereka teringat teman buruknya saat didunia, kemudian mereka meninjau keadaan teman buruknya yang ingkar terhadap hari kiamat dan dijumpainya teman buruknya berada ditengah api neraka yang menyala-nyala. Maka, ia merasa beruntung karena dulu didunia tidak berteman qorib dengannya.
قَالَ قَاءِلٌ مِنْهُمْ كَانَ لِِيْ قَرِيْنٌ.
" Berkatalah salah seorang diantara mereka, 'Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman (qorin). " [ Ash-Shoffat : 51 ]
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan qoriin ialah setan.
Al Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas rodhiyallohu 'anhu bahwa yang dimaksud adalah teman musyrik, dia menjadi teman orang mukmin ketika didunianya.
Tidak ada pertentangan antara pendapat Mujahid dan Ibnu Abbas, karena sesungguhnya setan itu adakalanya dari makhluk jin yang suka menggoda manusia, ada kalanya dari kalangan manusia sendiri yang berkomunikasi dengannya. Kedua qorin itu saling bantu.
Allah ta'ala berkata,
يُوْحِِى بَعْضُهُمْ إِلَِى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُؤرًا
"...Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)." [ Al An'am : 112 ]
Masing-masing dari qorin tersebut selalu menggoda, sebagaimana disebutkan oleh Allah ta'ala,
" Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada manusia dari (golongan) jin dan manusia." [ An-Naas : 4-6 ]
[ Tafsir Ibnu Katsir ]
◾ Larangan berteman dengan orang musyrik dan ahli bid'ah
Banyak ayat dalam Kitabulloh yang melarang seorang mukmin menjadikan orang kafir atau musyrik sebagai teman akrab atau teman setia, diantaranya Allah ta'ala berkata,
....وَلَمْ يَتَّخِذُوا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلَا رَسُوْلِهِ وَلَا الْمُؤْمِنِيْنَ وَلِيْجَةً وَاللّٰهُ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ.
"....Dan tidak mengambil sebagai teman setia selain Allah, RosulNya dan orang-orang beriman." [ At-Taubah : 16 ]
Yang dimaksud dengan "walijah" adalah teman setia dan teman akrab, bahkan secara lahir batin selalu bernasehat baik karena Allah dan RosulNya. [ Tafsir Ibnu Katsir ]
" Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan musuhKu dan musuh kalian sebagai teman setia." [ Al Mumtahanah : 1 ]
Bergaul mesra dengan orang kafir atau musyrik adalah sangat berbahaya karena berpeluang besar merusakkan aqidah. Kekafiran atau kesyirikan yang berupa pemikiran, pemahaman dan amal yang ada didiri mereka akan dihembuskan kepada orang dekatnya.
Dikisahkan bahwa Uqbah Ibn Abi Mu'ait suatu hari mengucapkan dua kalimat syahadat, tapi kemudian meninggalkan Islam sebagai bentuk kesetiakawanan dengan seorang musyrik Makkah Ubai bin Kholaf.
Maka dia pun dikabarkan akan termasuk menjadi orang yang menggigit kedua tangannya di akhirat karena menyesal.
وَيَوۡمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ يَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلٗا
"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya (menyesali perbuatannya), seraya berkata, "Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul." [Al-Furqan : 27]
Maka, di akhirat dia pun berkata:
يَٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِي لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيلٗا
" Wahai celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku),.."
لَّقَدۡ أَضَلَّنِي عَنِ ٱلذِّكۡرِ بَعۡدَ إِذۡ جَآءَنِيۗ وَكَانَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لِلۡإِنسَٰنِ خَذُولٗا
"Sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qurān) ketika (Al-Qurān) itu telah datang kepadaku. Dan setan memang pengkhianat manusia.” [Al-Furqan 28- 29]
Bahkan sekedar duduk atau bermajelis dengan ahlu bid'ah adalah sangat berbahaya, karena syubhat bid'ah yang bertiup dari mereka sangat keras menyambar .Karena itu para salafush-sholih memperingatkan dengan akan perkara ini.
Al-Hasan rohimahulloh berkata:
"Janganlah kamu bermujalasah dengan ahli bid'ah karena ini membuat penyakit di hati kamu."
Abu Qilabah rohimahulloh berkata :
"Jangan kalian bermajelis dengan ahli bid'ah dan juga jangan kalian berdebat dengan mereka, karena sesungguhnya aku tidak merasa aman, mereka itu bisa menjerumuskan kalian ke dalam kesesatannya, atau mereka membuat pengkaburan atas kalian apa yang telah terkabur atas mereka."
Di dalam sebuah atsar, seseorang datang kepada Ibnu Sirin, orang itu mengatakan :
"Wahai Abu Bakar saya akan membacakan kepada engkau satu ayat dari Kitabullah, saya tidak akan membacakan yang lain selain ayat itu, setelah membacakan saya terus keluar maka Ibnu Sirin meletakkan kedua jarinya pada kedua telinganya, kemudian dia (Ibnu Sirin) berkata :
"Saya akan membuat sulit kamu, kalau kamu memang orang muslim keluarlah dari rumah saya, kemudian tatkala Ibnu Sirin berdiri karena orang itu tidak mau pergi maka ibnu Sirin mau keluar dari rumahnya sendiri karena kesal dengan orang tersebut, maka jama'ah menghampiri orang itu dan mengatakan : "Ia telah mendesakmu untuk keluar maka keluarlah, tidak halal bagi kamu untuk mengeluarkan seseorang dari rumahnya sendiri," maka orang itupun keluar, kemudian jama'ah berkata :
"Wahai Abu Bakar, apa salahnya dia membacakan satu ayat kepadamu lalu dia keluar, bukankah hal itu tidak ada masalah?
Maka Ibnu Sirin mengatakan :
"Demi Allah, sesungguhnya aku seandainya yakin bahwa hatiku ini bisa teguh di atas apa yang saya anut, tentu aku tidak perduli dengan apa yang dia baca, tapi aku khawatir dia memasukkan ke dalam hatiku sesuatu yang aku bersusah-payah untuk mengeluarkannya dari hatiku kemudian aku tidak mampu." [Al I’tisham milik Asy Syathibiy 2/182]
Ada juga kisah tentang Ibnu ‘Aqiil Al-Hanbaliy rahimahullah. Ibnu ‘Aqiil yang nama lengkapnya Abul-Wafaa’ ‘Aliy bin ‘Aqiil bin Muhammad bin ‘Aqiil bin ‘Abdillah Al-Baghdaadiy Adh-Dhafariy; adalah seorang ulama yang sangat cerdas, lautan ilmu, dan susah dicari yang sepadan di zamannya.
Pertama kali ia tumbuh di lingkungan Ahlus-Sunnah, melahap dengan semangat berbagai macam perbendaharaan ilmu hingga menjadikannya unggul melebihi kolega-koleganya.
Pikirannya yang sangat terbuka menyebabkan dirinya bergaul dengan orang-orang Mu’tazilah yang akhirnya ia terpengaruh dengannya.
Adz-Dzahabiy rahimahullah saat menuliskan biografinya berkata:
كانوا ينهونه عن مجالسة المعتزلة ، ويأبى حتى وقع في حبائلهم ، وتجسر على تأويل النصوص ، نسأل الله السلامة
“Mereka (para ulama di zamannya) melarangnya (Ibnu ‘Aqiil) untuk bermajelis dengan Mu’tazilah, namun ia enggan hingga akhirnya terjatuh dalam pemikiran mereka dan mulai berani mena’wilkan nash-nash. Nas-alullahas-salaam wal-‘aafiyyah”.
Adz-Dzahabiy rahimahullah menukil jawaban Ibnu ‘Aqiil rahimahumallah:
وكان أصحابنا الحنابلة يريدون مني هجران جماعة من العلماء ، وكان ذلك يحرمني علما نافعا
“Para ulama Hanabilah menginginkanku menjauhi ‘sekelompok ulama’. Dan hal itu bagiku sama saja melarangku untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat”.
Ibnu ‘Aqiil mulai mengikuti Mu’tazilah setapak demi setapak, hingga akhirnya terang-terangan membela pemikiran mereka, sesuatu yang dulu ia mentahdzirnya ! [lihat Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 19/443].
Singkat cerita, setelah melalui perjalanan yang panjang, akhirnya Ibnu ‘Aqiil menyadari bahwa apa yang ditempuhnya merupakan kekeliruan. Ia pun bertaubat dan menyatakan taubatnya secara tegas, berlepas diri dari pemikiran Mu’tazillah beserta orang-orangnya.
Ibnu Qudaamah Al-Maqdisiy rahimahullah menukil kisahnya dalam Tahriimun-Nadhar fii Kutubil-Kalaam (lihat hal. 29-34].
Karena itu hendaklah seorang muslim tidak bermudah-mudah dalam bergaul dengan ahli bid'ah atau ahli syirki ,apalagi hadir di majelis bid'ah atau syirik.Karena syubhat syirik dan bid'ah begitu dahsyatnya menyambar-nyambar. Aneka kesyirikan dan bid'ah demikian mendominasi sehingga sedikit sekali orang yang selamat darinya, kecuali hamba-hamba yang dihidayahi dan dirahmati Allah 'azaa wa jalla.
◾ Peringatan mengambil ilmu
Mengambil ilmu haruslah dari seorang 'aliim yang beraqidah bersih dan bermanhaj yang lurus. Karena darinya akan diterima ilmu dien yang bersih dan lurus pula serta bersih dari penyimpangan.Sebaliknya, mengambil ilmu dari ahlu syirki, ahlu bid'ah atau ahlu ahwa', akan berpeluang besar tertular oleh kesyirikan atau kebid'ahan mereka, baik secara pemikiran atau pun amal. Karena itu para salafush-sholih memperingatkan akan hal ini.
Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata,
إن هذا العلم هو لحمك ودمك وعنه تسأل يوم القيامة فانظر عمن تأخذه
"Sesungguhnya ilmu ini adalah darah dan dagingmu, dan pada hari kiamat nanti engkau akan ditanya tentangnya. Maka perhatikanlah dari siapa engkau mengambil ilmu." [Sumber: Al-Kifayah, karya al-Khathib al-Baghdady, hlm. 21]
Muhammad bin Sirin rahimahullah, beliau mengatakan:
إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
“Ilmu ini adalah bagian dari agama kalian, maka perhatikanlah baik-baik dari siapa kalian mengambil ilmu agama”. [Diriwayatkan oleh Ibnu Rajab dalam Al-Ilal, 1/355]
◾ Perkataan tentang teman (sahabat)
🔸Ibnu Mas'ud rodhiyallohu 'anhu berkata,
"إنما يماشي الرجل، ويصاحب من يحبه ومن هو مثله. "(الإبانة لابن بطة :٤٧٦/٢ )
" Sesungguhnya seseorang itu hanya akan berjalan dan berteman dengan orang yang dia cintai dan yang semisal dengannya."
[Al Ibanah Libni Bathah : 2/476]
🔶 Al Kindy rohimahulloh berkata,
الصديق إنسان هو أنت إلا إنه غيرك. (أدب الدنيا والدين :١٦٣ )
" Teman itu adalah orang yang dia adalah kamu sendiri (karena dekatnya, ed.), hanya saja dia adalah orang lain." [Adabub Dunia wad Diin :163]
🔶 Imam Qatadah rahimahullah berkata:
*_"Sesungguhnya kami, demi Allah belum pernah melihat seseorang menjadikan teman buat dirinya kecuali yang memang menyerupai dia maka bertemanlah dengan orang-orang yang shalih dari hamba-hamba Allah agar kamu digolongkan dengan mereka atau menjadi seperti mereka."_*
[Al Ibanah, 2/477, no.500]
◾ Orang dzalim dikumpulkan bersama dengan teman-teman sejawatnya (azwaajuhum)
Allah ta'ala berkata,
احْشُرُوا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا وَ أَزْوَاخُهُمْ
" Kumpulkanlah orang-orang dzalim beserta teman sejawat mereka." [ Ash-Shoffat : 22 ]
An-Nukman bin Basyir rodhiyallohu 'anhu mengatakan bahwa yang dimaksud "azwaajuhum" adalah orang-orang yang serupa dan yang semisal dengan mereka. Hal yang serupa dikatakan oleh Ibnu Abbas, Said bin Jubair, Ikrimah, Mujahid, As-Saddi, Abu Saleh, Abul Aliyah dan Zaid bin Aslam.
Umar bin Khoththob rodhiyallohu 'anhu mengatakan, yang dimaksud dengan "azwaajuhum" adalah teman-teman mereka. [ Tafsir Ibnu Katsir ]
Maka, menjadi sangat penting kita bersahabat dan bergaul dengan siapa. Bersahabat dengan hamba-hamba yang sholih yang lurus aqidah dan manhajnya akan membawa kita pada kelurusan. Sebaliknya, bersahabat dan bergaul dengan orang-orang sesat dan menyimpang akan berpeluang besar kita tertular dan tersyubhat oleh kesesatan dan penyimpangan mereka.
Karena itu para sahabat ridhiyallohu 'anhum adalah hamba-hamba yang paling bersih aqidahnya karena mereka mencukupkan diri hanya dengan apa yang datang dari Allah ta'ala dan RosulNya. Dan tidaklah umat ini menyimpang kecuali setelah bermesraan dengan ahlu syirki dan ahlu kufri, mempelajari dan mengadopsi pemikiran dan tradisi-tradisi serta cara-cara hidup mereka.
Karena itu, wajib bagi setiap muslim memperhatikan dengan siapa ia bergaul dan bersahabat, demi menjaga aqidah dan manhajnya agar tetap bersih dan lurus. Karena aqidah dan manhaj yang bersih dan lurus adalah pangkal keselamatan di dunia dan akhirat.
Allah subhaanah dan RosulNya telah memberi rambu-rambu bagi mukminin dalam bersahabat dan bergaul, yang dengannya seorang mukmin akan terjaga kebersihan aqidah dan manhajnya, tidak tersyubhat oleh berbagai penyimpangan dan kesesatan.
Wallohu a'lam.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ هُبَيْرَةَ ، أَخْبَرَنِي أَبُو تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيُّ ، قَالَ : أَخْبَرَنِي أَبُو ذَرٍّ ، قَالَ : " كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : ( لَغَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَى أُمَّتِي ) قَالَهَا ثَلَاثًا . قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ ، مَا هَذَا الَّذِي غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُكَ عَلَى أُمَّتِكَ ؟ قَالَ :إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ " وصححه الألباني رحمه الله في " صحيح سنن أبي داود " .
Dari Abdullah bin Hubairah, memberi khabar kepadaku Abu Tamim Al Jaisyani, berkata: Memberi khabar kepadaku Abu Zar,
Ia berkata: Aku berjalan bersama rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka beliau bersabda : (Sungguh selain dajjal yang paling aku takuti atas umatku ) dan beliau berkata sampai tiga kali, berkata Abu Dzar : Aku bertanya : wahai rasulullah apa yang selain dajjal yang engkau takuti atas umatmu? Rasulullah menjawab: Sesungguhnya yang aku khawatirkan atas umatku adalah para imam atau pemuka agama yang menyesatkan. *(HR. Abu Daud)*
*Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:*
1- Ulama sejatinya merupakan pemuka agama yang mengayomi dan mendidik masyarakat untuk menjadi pribadi yang saleh. Namun ulama su‘ justru sebaliknya, ia menganjurkan kebaikan tapi perbuatannya tidak mencerminkan demikian.
2- Tentang ulama su‘ ini, Imam Ghazali kemudian mengutip sabda Rasulﷺ saat berpesan kepada umatnya,
أنا من غير الدجال أخوف عليكم من الدجال فقيل: وما هو يارسول الله؟، فقال: علماء السوء
“Ada yang paling aku khawatirkan dari kalian ketimbang Dajjal.” Beliau kemudian ditanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ulama su.”
3- Dengan menyebut aimmah mudhillin (para pemuka agama yang menyesatkan) bukan ulama su’. Namun keduanya memiliki arti yang sama.
4- Menurut Imam Ghazali, alasan kekhawatiran Rasulullahﷺ sebab Dajjal memang bertujuan menyesatkan, sedangkan ulama su‘ walaupun lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya mengajak manusia ke sana.
Adapun ciri-ciri ulama su‘ menurut Imam Ghazali di antaranya;
Pertama, ia pergunakan ilmunya sebagai sarana untuk memperbanyak harta. Ilmunya menjadi tumpuan untuk meraih sasaran duniawi.
Kedua, ia menggunakan ilmunya untuk berbangga dengan kedudukannya.
Ketiga, ia menyombongkan diri dengan besarnya jumlah pengikut.
Keempat, ia masih mengira bahwa dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allahﷻ karena ciri-ciri, pakaian, dan kepandaian berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia begitu tamak kepada dunia lahir dan batin.
5- Mereka merupakan golongan orang-orang merugi yang digambarkan dalam hadis Nabiﷺ, “Siapa yang bertambah ilmu, tapi tidak bertambah hidayah, ia hanya bertambah jauh dari Allah.”
Tema hadist yang berkaitan dengan al qur'an
- Perintah untuk waspada terhadap ulama su' (ulama yang jahat), seperti apa yang dikatakan oleh Sufyan ibnu Uyaynah, "Orang yang rusak dari kalangan ulama kami, maka dia lebih mirip dengan orang Yahudi; dan orang yang rusak dari kalangan ahli ibadah kami, maka dia lebih mirip dengan orang Nasrani.'"
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الأحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنزونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
*[At taubah:34]*
Wallahu a'lam
عن أبي هريرة، عن النبي - صلى الله عليه وسلم قال -إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ
Dari Abu Hurairoh, dari Nabi sallallahu 'alaihi wasalam bersabda,
“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” *(HR. Bukhari no. 6478, dari Abu Hurairah)*
Pelajaran yang terdapat didalam hadist:
1- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai.
2- Seperti beliau melarang kita mencela waktu, angin dan hujan karena ketiganya makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
لاَ تَسُبُّوا الرِّيحَ
”Janganlah kamu mencaci maki angin.” *(HR. Tirmidzi no. 2252, dari Abu Ka’ab)*
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ ، بِيَدِى الأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” *[HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246, dari Abu Hurairah]*
3- Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu), hujan dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.
4- Larangan ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini makhluk tersebut sebagai pelaku dari kejelekan yang terjadi. Meyakini demikian berarti meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk. Ini sama saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar pemberitaan, -seperti mengatakan, “Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke masjid untuk shalat”, tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa.
5- Intinya, mencela hujan dan angin tidak terlepas dari hal yang terlarang karena itu sama saja orang yang mencela hujan dan angin mencela Pencipta hujan dan angin yaitu Allah Ta’ala. Ini juga menunjukkan ketidaksabaran pada diri orang yang mencela. Sudah seharusnya lisan ini selalu dijaga. Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Allah murka. Semestinya yang dilakukan ketika turun hujan dan angin adalah banyak bersyukur kepada-Nya.
Tema hadist yang berkaitan dengan Al Qur'an
- Perlu diketahui bahwa setiap yang seseorang ucapkan, baik yang bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan pahala, semua akan masuk dalam catatan malaikat. Allah Ta’ala berfirman,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
”Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” *(QS. Qaaf: 18)*
Wallahu a'lam
عن سالم بن عبد اللّه قال: سمعت أبا هريرة يقول سمعت رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم- يقول: كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ : يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْه
Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu’ anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.” *[ H.R. Bukhari (6069) dalam kitab Fathul Bari dan lafadz ini milik Bukhari, dan riwayat Muslim (2990)]
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:
1- Mujaharah, seorang yang menampakkan makshiyatnya dan menceritakannya dan dia telah meremehkan hak Allah Subhanahu wa ta'ala.
2- Pelaku perbuatan mujaharah menyebabkan Allah Azza wa Jalla marah terhadapnya.
Ibnu hajar rahimahullahu dalam kitabnya Fathul Bari mengatakan bahwa barang siapa yang berkeinginan untuk menampakkan kemaksiatan dan menceritakan perbuatan maksiat tersebut, maka dia telah menyebabkan Rabb-nya marah kepadanya sehingga Dia tidak menutupi aibnya tersebut. Dan barang siapa yang berkeinginan untuk menutupi perbuatan maksiatnya tersebut karena malu terhadap Rabb-nya dan manusia, maka Allah Tabaraka wa Ta’ala akan memberikan penutup yang akan menutupi aibnya itu. [Lihat Nadhratun Na’im hal 555. – 5554]
3- Pelaku perbuatan ini telah mengharamkan bagi dirinya sendiri ampunan Allah Ta’ala.
4- Manusia akan merendahkan pelaku perbuatan ini dan meninggalkannya.
5- Kerasnya celaan bagi para pelaku perbuatan ini.Menceritakan perbuatan maksiat kepada khalayak umum menyebabkan pelakunya melakukan kemaksiatannya secara terus menerus.
6- Dan hal ini juga menyebabkan manusia ikut mengamalkan perbuatan maksiat tersebut, sehingga dia akan mendapatkan dosa dari dosa-dosa para pengikutnya tersebut tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka. Karena penunjuk kepada keburukan seperti pelaku keburukan itu sendiri.
7- Pelaku perbuatan ini membuat dosanya menjadi besar walaupun pada asalnya dosa yang dia lakukan itu kecil.
8- Terang-terangan dalam kemaksiatan adalah dosa tersendiri selain dari dosa maksiat itu sendiri, karena dia telah meremehkan kebesaran Allah azza wa jalla.Terang-terangan dalam kemaksiatan menyebabkan tersebarnya kemungkaran di antara kaum muslimin.
9- Barang siapa yang Allah tutupi aibnya di dunia, maka Allah akan menutupi aibnya di akhirat dan tidak akan memperlihatkannya di hadapan manusia yang lain. Dan ini termasuk dari luasnya rahmat Allah Ta’ala untuk para hamba-nya.
10- Tutupi aibmu, maka Allah pun akan menutupinya! Dan bertobatlah, bukan bangga dengan dosa dan kesalahan yang pernah dikerjakan dan memamerkannya!!
Tema hadist yang berkaitan dengan Al-qur'an
1- Celaan terhadap para pelaku mujaharah
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” [ Q.S. An Nur: 19]
2- Bila menyebabkan manusia ikut mengamalkan perbuatan maksiat tersebut, sehingga dia akan mendapatkan dosa dari dosa-dosa para pengikutnya tersebut tanpa dikurangi sedikit pun dari dosa-dosa mereka. Karena penunjuk kepada keburukan seperti pelaku keburukan itu sendiri.
وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالًا مَّعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ
Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. [Al-ankabut :12-13]
3- Luasnya ampunan Allah tersebut juga akan dirasakan oleh para hamba-Nya yang selalu berbuat baik dan berusaha menjauhi dosa-dosa besar. Sebagaimana yang telah Allah janjikan kepada kita dalam firman-Nya,
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الإثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya.[Q.S. An Najm: 31-32]
Wallahu a'lam
عَنْ خَوْلَةَ الأَنْصَارِيَّةِ رضي الله عنها قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “إِنَّ رِجَالاً يَتَخَوَّضُوْنَ فِيْ مَالِ اللَّهِ بِغَيْرِ حَقٍّ فَلَهُمُ النَّارُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.” أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ.
“Dari Khaulah al Anshariyyah Radiyallahu anha , ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang menggunakan harta Allah dengan cara tidak benar, bagi mereka adalah neraka pada hari kiamat.” (HR. al Bukhari)
Pelajaran yang terdapat didalam hadist
1- Harta dalam hadits ini disebut dengan maalillah Ini menunjukkan harta memiliki kemuliaan, karena disandarkan langsung pada lafadz jalalah Allah. Yang termasuk di dalamnya adalah harta atau kas negara dan harta pribadi.
2- Harta adalah kebaikan dan nikmat dari Allah. Allah jadikan untuk kalian menegakkan, maksudnya adalah menjadi sebab tegaknya mashlahat bagi kalian. Dia adalah harta Allah yang Allah berikan kepada kalian untuk kepentingan kalian dan menguji kalian.
3- Sesungguhnya Allah memberikanmu harta agar Anda dapat memanfaatkannya dan memberikan manfaat untuk orang lain sebagai nikmat dari Allah. Dan harta adalah ujian agar nampak tindakanmu dalam harta ini apakah kamu menggunakannya untuk suatu hal yang baik atau buruk.
4- Harta akan dimintai pertanggungjawaban. Maka lakukanlah tindakan pada harta sesuai yang Allah syariatkan, yaitu untuk menafkahi diri sendiri dan menafkahi orang yang wajib dinafkahi. Bayarlah zakat yang wajib, bersedekah dengannya kepada orang yang membutuhkan dan berwasiat dengan harta setelah mati agar dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik atau untuk wakaf sehingga menjadi sedekah jariah. Ini tindakan yang baik atas harta yang Anda diberi pahala karenanya.
5- Adapun jika menggunakan harta untuk maksiat dan syahwat yang haram, maka ini adalah membelanjakan harta Allah dengan cara yang tidak benar. Atau boros dalam pembelanjaan dan membuang-buang harta maka ini juga termasuk membelanjakan harta Allah dengan cara yang tidak benar.
Tema hadist yang berkaitan dengan al quran
1- Harta Adalah Kebaikan yang Besar
Allah Ta’ala menjadikan harta untuk kepentingan hamba, maka harta adalah nikmat dari Allah, Allah menyebut harta dengan kebaikan yang besar.
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِن تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ
“Diwajibkan atas kalian jika tanda-tanda kematian telah mendatangi kalian, jika dia meninggalkan kebaikan (meninggalkan harta) yang banyak maka kami wajibkan untuk berwasiat.” (al-Baqarah ayat 180)
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
“Dan sungguh manusia mencintai al-khair (al-mal, yaitu harta) dengan cinta yang sangat besar.” (Al Adiyat:8)
2- Harta Adalah Ujian
Dalil bahwa harta adalah ujian,
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ
“Sesungguhnya harta dan anakmu adalah ujian.” (Taghabun ayat 15)
3- Dan dialah harta Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
وَآتُوهُم مِّن مَّالِ اللَّهِ الَّذِي آتَاكُمْ
“Dan berikan kepada mereka sebagian dari harta Allah yang telah Allah berikan kepada kalian.” *(QS. An-Nur: 33)*
Dan Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُم مُّسْتَخْلَفِينَ فِيهِ
“Dan infakkanlah dari harta yang Allah jadikan kalian sebagai pengurusnya.” (QS. Al-Hadid: 7)
Wallahu a'lam
عن عبد الله ابن عمر رضي اللَّه عنه قال, من بعض دعاء رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, dia berkata, “Di antara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu]. (HR. Muslim no. 2739)
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist
1- Do'a berlindung dari hilangnya nikmat dan bencana, "ALLOOHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MIN ZAWAALI NI’MATIK, WA TAHAWWULI ‘AAFIYATIK, WA FUJAA’ATI NIQMATIK, WA JAMII’I SAKHOTHIK” (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu).
2- Yang dimaksud nikmat di sini adalah nikmat Islam, Iman, anugerah ihsan (berbuat baik) dan kebajikan. Jadi dalam do’a ini kita berlindung dari hilangnya nikmat-nikmat tersebut. Maka hilangnya nikmat adalah nikmat tersebut hilang dan tanpa ada penggantinya.
3- Yang dimaksud dengan berubahnya kesehatan (‘afiyah) adalah nikmat sehat tersebut berubah menjadi sakit. Yang dimaksud dengan ‘afiyah (sehat) di sini adalah berpindahnya nikmat ‘afiyah dari pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya. Jadi do’a ini kita maksudkan meminta selalu kesehatan (tidak berubah menjadi penyakit) pada pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya.
4- Yang dimaksud fuja’ah adalah datang tiba-tiba. Sedangkan “niqmah” adalah siksa dan murka. Dalam do’a ini berarti kita berlindung pada Allah dari datangnya ‘adzab, siksa dan murka Allah yang tiba-tiba.
5- Dalam do’a ini, kita juga meminta pada Allah agar terlindung dari murka-Nya yaitu segala hal yang dapat mengantarkan pada murka Allah.
6- Semoga do’a ini bisa kita amalkan dan mendapatkan berbagai anugerah dan terhindar dari bencana.
Tema hadits yang berkaitan dengan Al-qur'an
1- Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan orang-orang yang berani menentang perintah-perintah-Nya dan bersikap berani melanggar larangan-Iarangan-Nya, yaitu:
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ, أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ ,أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain-main? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. [Al a'raf : 97-98-99]
2- Kami perintahkan mereka untuk mengerjakan ketaatan, tetapi sebaliknya mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan yang keji, karenanya mereka berhak mendapat hukuman.
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu(supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami),kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. [Al- isra:16]
Wallahu a'lam
Ngalap berkah atau tabarruk adalah kata yang tidak asing lagi di telinga orang Jawa khususnya dan orang Indonesia pada umumnya.
Sebab ditilik dari segi sejarah, kerangka budaya suku-suku di Indonesia memang dilatarbelakangi prinsip animisme dan dinamisme.
Setelah Islam masuk ke nusantara tradisi ini makin marak, karena memang dalam Islam terdapat syariat tabarruk (mencari berkah)
Tetapi masalahnya banyak kaum muslimin yang tidak memahami manakah tabarruk yang sesuai syariat dan manakah tabarruk yang tidak sesuai dengan syariat.
Akibatnya banyak kaum muslimin yang berbondong-bondong ke tempat keramat atau orang yang disangka punya berkah seperti kuburan wali, gua, pemandian, pohon, sendang (telaga) dan sebagainya.
Kenyataan ini diperburuk dengan ada orang yang dipandang oleh masyarakat sebagai kiai atau ulama kemudian malah menganjurkan.
Padahal kalau dilihat seringkali amalan-amalan di tempat tersebut merupakan wajah lain kesyirikan.
Makna Tabarruk
Tabarruk adalah mencari berkah berupa tambahan kebaikan dan pahala dan setiap yang dibutuhkan hamba dalam dunia dan agamanya, dengan benda atau wahyu yang barokah. Tabarruk ini terbagi menjadi dua macam yaitu tabarruk yang syar’i dan yang tidak syar’i.
Tabarruk yang Syar’i dan yang Tidak Syar’i
Tabbaruk dengan sesuatu yang syar’i dan diketahui secara pasti atau ada dalilnya bahwa sesuatu tersebut mendatangkan barokah.
➡1. Tabarruk dengan perkataan dan perbuatan: membaca Al Quran, berzikir, belajar ilmu agama dan mengajarkannya, makan dengan berjamaah dan menjilati jari sesudah makan.
➡2. Tabarruk dengan tempat: I’tikaf di masjid, tinggal di Mekkah, Madinah atau Syam.
➡3. Tabarruk dengan waktu: semangat beribadah di malam Lailatul Qodar, banyak berdoa di waktu sahur.
➡4. Tabarruk dengan makanan dan minuman: Meminum madu dan air zam-zam, memakai minyak zaitun, mengonsumsi habatussauda’ (jintan hitam).
Tabarruk yang tidak syar’i atau terlarang yaitu tabarruk yang tidak ada dalil syar’inya atau tidak mengikuti tuntunan syariat.
➡1. Tabarruk dengan perkataan dan perbuatan: Sholawat atau zikir yang bid’ah.
➡2. Tabbaruk dengan tempat: Ziarah religius ke kubur para wali.
➡3. Tabarruk dengan waktu: menghidupkan malam nisfu sya’ban, mengadakan perayaan maulid nabi, Isra’ Mi’raj, Nuzulul Quran dan sebangsanya.
➡4. Tabarruk dengan makanan dan minuman: minum sisa kiai, berebut tumpeng sekaten.
➡5. Tabarruk dengan benda-benda: mengambil tanah karbala, berebut kotoran “Kyai Slamet”, sabuk supranatural.
➡6. Tabarruk dengan zat orang sholih atau peninggalannya: meminum ludahnya atau keringatnya, berebut bekas peci atau bajunya, memilih sholat di tempat orang sholih itu sholat, meminum atau menyimpan sisa air wudhu’ orang sholih, atau dengan menciumi lututnya.
Mengharap Berkah Kepada Pohon, Batu dan Sejenisnya Adalah Kesyirikan
Abu Waqid Al-Laitsi menuturkan, Suatu saat kami pergi keluar bersama Rosululloh sholallahu alaihi wa sallam ke Hunain, sedang kami dalam keadaan baru saja masuk Islam. Kemudian kami melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik yang dinamakan Dzatu Anwath, mereka selalu mendatanginya dan menggantungkan senjata-senjata perang mereka pada pohon itu untuk mencari berkah. Kami pun berkata: “Ya Rosululloh, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana Dzatu Anwath mereka.” Maka Rosululloh bersabda: “Allahu Akbar, itulah tradisi (orang-orang sebelum kamu). Dan demi Allah yang diriku hanya berada di Tangan-Nya, ucapan kalian seperti perkataan Bani Israil kepada Musa: ‘Buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana tuhan orang-orang itu.’ Musa menjawab, ‘Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengerti.’” Beliau bersabda lagi, “Sungguh kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kamu (Yahudi dan Nasrani).” (Hadits shohih, riwayat At-Tirmidzi)
Mereka para sahabat meminta kepada Rosululloh untuk bertabarruk dengan pohon tersebut sebagaimana orang musyrik. Namun jawaban beliau amat keras, beliau malah menyamakan permintaan itu dengan meminta sesembahan selain Allah, dan ini adalah syirik besar.
Dari hadits ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hal-hal yang diperbuat oleh orang-orang yang meyakini bahwa boleh ngalap berkah dari pohon dan bebatuan, wukuf dan menyembelih hewan di tempat tersebut merupakan kesyirikan.
MENURUT ULAMA 4 MAZHAB.
بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
📌Fatwa Ulama 4 Madzhab.
📌1. Madzhab Hanafi.
Berkata Mulla ‘Ali Al-Qari رحمه الله mengatakan:
القراءة عند القبور مكروهة عند أبي حنيفة ومالك وأحمد رحمهم الله في رواية لأنه مُحدَث لم ترد به السنة.
“Membaca Al-Quran di pekuburan itu dibenci menurut Abu Hanifah, Malik dan salah satu pendapat yang datang dari Imam Ahmad رحمه الله, karena hal itu termasuk perbuatan muhdats/bid’ah, tidak memiliki sumber dari sunnah”.
(Syarah Fiqhul Akbar hal.115).
📌2. Madzhab Maliki.
Berkata Syaikh Ad Dardiir رحمه الله:
وكره قراءة شيئ من القرآن عند الموت وبعده على القبور لأنه ليس من عمل السلف وإنما كان من شأنهم الدعاء بالمغفرة والرحمة والإتعاظ
“Dan dibenci membaca ayat Quran apapun, di sisi orang yang telah mati dan setelah di pekuburan. Hal ini dikarenakan bukan amalan para Salaf. Dan perkara penting mendo’akan untuk mereka (mayat) berupa ampunan dan rahmat dan mengambil pelajaran (dengan mengingat kematian)”.
(As Syarhus Shaghir I:180)
📌3. Madzhab Syafi’i MEMBAHAS TENTANG SAMPAI TDKNYA PAHALA BACAAN..
Berkata Imam Nawawi رحمه الله:
وَأَمَّا قِرَاءَة الْقُرْآن فَالْمَشْهُور مِنْ مَذْهَب الشَّافِعِيّ أَنَّهُ لَا يَصِلُ ثَوَابُهَا إِلَى الْمَيِّت وَقَالَ بَعْض أَصْحَابه، يَصِل ثَوَابهَا إِلَى الْمَيِّت
“Adapun bacaan Al-Quran (untuk mayat), maka menurut pendapat yang masyhur dari Imam Syafi’i rahimahullah bahwa hal itu tidak akan sampai pahalanya kepada mayit. Namun, sebagain Ulama Syafi’iyyah lainnya mengatakan, sampai pahalanya kepada mayit”. (Syarah Shahih Muslim I:87).
📌4. Madzhab Hambali رحمه الله
قال الإمام أحمد لمن رآه يقرأ على القبر: يا هذا إن قراءة القرآن على القبر بدعة.
Imam Ahmad rahimahullah menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya tentang orang yang membaca Al-Quran di kuburan: “Hai fulan, sesungguhnya membaca Al-Quran di pekuburan adalah bid’ah”.
(Lihat Hukmu Qiro’ah ‘alal Amwat, karya Al Huwamidi rahimahullah hal.21).
Tauhid Manhaj & Aqidah.
بارك الله فيكم جميعا
الله اعلم
عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ
Dari Jabir bin Muth’im, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, “Bukan termasuk golongan kami orang yang mengajak kepada 'ashabiyyah, bukan termasuk golongan kami orang yang berperang karena 'ashabiyyah dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati karena 'ashabiyyah.” [HR. Abu Dawud No.4456]
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:
1- 'Ashabiyyah adalah fanatik buta. Bersikap membela dan mengikuti pihak yang menjadi sasaran 'ashabiyyah baik pihak tersebut benar ataupun salah. Benar atau salah tetap dibela.
2- 'Ashabiyyah dilarang karena seharusnya seseorang membela kebenaran. Kebenaran adalah yang berdasarkan al-Quran dan Sunnah Nabi ﷺ
3- Makna syar’i 'ashabiyyah disarikan dari beberapa hadits Nabi ﷺ berikut ini. Imam Abu Dawud menuturkan sebuah riwayat dari Watsilah bin al-Asqa’ rodhyallahu anhu, bahwasanya ia mendengar bapaknya berkata:
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْعَصَبِيَّةُ قَالَ أَنْ تُعِينَ قَوْمَكَ عَلَى الظُّلْمِ
“Saya (bapak Watsilah bin al-Asqa’ rodhyallahu anhu) bertanya, “Yaa Rasulullah, apa ‘ashabiyyah itu? Beliau menjawab, “Kamu menolong kaummu atas kedzaliman”. [HR. Imam Abu Dawud]
4- Hukum 'Asobiyyah adalah,"haram."
5- Diantara perbuatan yang terkategori tindakan ‘ashabiyyah adalah membela bangsa dan negara, hanya karena alasan kebangsaan, tanpa memandang lagi apakah bangsanya benar atau tidak. Membela keluarga dan kerabat meskipun mereka melakukan kedzaliman dan kefajiran. Termasuk ‘ashabiyyah pula, membela kelompok atau firqoh yang jelas-jelas telah menyimpang dari ajaran Islam.
Sungguh sesuatu yang sangat sinonim, terhadap dien ISLAM mereka biasa biasa saja. Bahkan tak mahu tahu tentang suatu perkara yang akan menyelamatkan (kebahagiaan) dunia dan akhiratnya. Ketika dien Islam dihina, sunah-sunah Nabi dicaci-maki, dan syari’at Islam dicela, mereka diam seribu bahasa. Namun ketika partai politik dan tokoh pujaannya dikritik, seketika bangkit kemarahanmu, membela dengan membabi buta, harga mati demi organisasi dan kebangsaan.
Kepada kaum Muslimin yang sampai saat ini masih terjerat belenggu hizbiyah, mohon untuk segera melepaskannya. Bergabunglah kembali bersama jamaah Rasulullah ﷺ dengan pemahaman para sahabatnya yang shalih.
Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda: "Barang siapa keluar dari keta'atan dan memisahkan diri dari Jama'ah kemudian dia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah. Barangsiapa terbunuh di bawah bendera kefanatikan, balas dendam karena kefanatikan, dan berperang karena kebangsaan, maka dia TIDAK termasuk dari ummatku. Dan barangsiapa keluar dari ummatku lalu (menyerang) ummatku dan membunuh orang yang baik maupun yang fajir, dan tidak memperdulikan orang mukminnya serta tidak pernah mengindahkan janji yang telah dibuatnya, maka dia TIDAK termasuk dari golonganku." (SHAHIH MUSLIM, No. 3437)
Tema hadist yang berkaitan dengan Al-Quran:
- Adapun “pengakuan sebagai bangsa”, yaitu sekedar menyatakan diri sebagai salah satu dari warga / penduduk bangsa yang ada. Hal sedemikian merupakan keharusan dengan tujuan menjelaskan. Sebab, tidak benar sebagai warga / penduduk Bangsa Indonesia jika mengakukan dirinya warga/penduduk Bangsa Belanda atau bangsa lainnya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S.49:13)
Wallahu a'lam
عن جابر رضي الله عنه: أن رَسُول الله صلى الله عليه وسلم قَالَ: ((اتَّقُوا الظُّلْمَ؛ فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ. وَاتَّقُوا الشُّحَّ؛ فَإِنَّ الشُّحَّ أهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ. حَمَلَهُمْ عَلَى أنْ سَفَكُوا دِمَاءهُمْ، وَاسْتَحَلُّوا مَحَارِمَهُمْ)). رواه مسلم.
Dari Jabir rodhyallahuanhu bahawasanya Rasulullahﷺ bersabda: "Takutlah engkau semua - hindarkanlah dirimu semua - akan perbuatan menganiaya, sebab menganiaya itu akan merupakan berbagai kegelapan pada hari kiamat. Juga takutlah - hindarkanlah dirimu semua - akan sifat kikir, sebab kikir itu menyebabkan rosak binasanya ummat yang sebelummu semua. Itulah yang menyebabkan mereka sampai suka mengalirkan darah sesamanya dan pula menyebabkan mereka menghalalkan apa-apa yang diharamkan pada diri mereka. *[Riwayat Muslim]*
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:
1- Bagi seorang muslim yang baik, misi hidupnya hanya satu, berbuat kebaikan sebanyak mungkin selama menjalani kehidupan di dunia fana ini. Tak lebih.
2- Namun, bagi mereka yang tujuan hidupnya bukan mengarah pada ibadah seperti yang diajarkan Nabi Shallallahu alaihi wasallam, bisa jadi visinya sebatas meraih kesenangan sesaat.
3- Orang pertama, untuk meraih impiannya, dia akan menggunakan jalur lurus sesuai aturan dari Allah dan Nabinya. Karena itu orang-orang beriman ini lebih mengutamakan jalan kemaslahatan (kemanfaatan) dibanding kemudaratan. Mereka menghindari cara-cara dzalim untuk mendapatkan apa yang menjadi harapannya misal dalam mencari kedudukan, jabatan, popularitas, harta banyak.
4- Sementara, orang-orang yang jauh dari Allah dan Nabinya, jalur hidup yang ditempuh bukan cara-cara yang baik. Tak sedikit mereka menggunakan cara dzalim untuk mewujudkan apa yang menjadi target hidupnya. Mereka ini tak mengenal cara halal dan haram. Yang hanya satu cara: halal, haram, hantam.
5- Jauh sebelum dunia ini ramai dihuni oleh orang-orang yang dzalim, maka jauh hari juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sudah mengingatkan umatnya terutama mereka yang beriman tentang bahayanya sifat dzalim ini.
6- Hadist di atas menegaskan bahwa kedzaliman itu adalah kegelapan pada hari kiamat. Para pelakunya dihukum sesuai dengan kadar kedzalimannya.
7- Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengharamkan perbuatan dzalim atas para hamba-Nya serta melarang mereka saling mendzalimi, karena kedzaliman itu sendiri adalah haram secara mutlak.
8- Dalam sebuah hadis qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Wahai para hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling mendzalimi!” (HR. Muslim No. 2577, At-Tirmidzi No. 2495 ) dan Ibnu Majah No. 4257)
9- Imam Al-Maraghi menjelaskan, “Dzalim adalah perbuatan yang menyimpang dari jalan yang wajib ditempuh untuk mencari kebenaran. Sementara itu dalam Mu’jam dikatakan bahwa yang dimaksud dengan dzalim adalah perbuatan yang melampaui batas atau meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.”
Tema hadist yang berkaitan dengan Al qur'an
1- Allah pun telah mengisyaratkan “Apakah sama antara kegelapan dan terang?” Pasti sangatlah berbeda. Sebagaimana firman-Nya :
قُلْ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ قُلِ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَٱتَّخَذْتُم مِّن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ نَفْعًۭا وَلَا ضَرًّۭا ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِى ٱلظُّلُمَـٰتُ وَٱلنُّورُ ۗ أَمْ جَعَلُوا۟ لِلَّهِ شُرَكَآءَ خَلَقُوا۟ كَخَلْقِهِۦ فَتَشَـٰبَهَ ٱلْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ ٱللَّهُ خَـٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍۢ وَهُوَ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّـٰرُ
Artinya: Katakanlah: “Siapakah Tuhan langit dan bumi?” Jawabnya: “Allah”. Katakanlah: “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. Katakanlah: “Adakah sama orang buta dan yang dapat melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. (QS Ar-Ra’d ([13] : 16)
2- Kata kegelapan bermakna seseorang tidak bisa melihat, atau buta, seperti disebutkan di dalam ayat:
وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ * قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِيٓ أَعۡمَىٰ وَقَدۡ كُنتُ بَصِيرٗا
Artiya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” (QS. Thaha [20]: 124-125)
3- Orang-orang yang zalim karena mempersekutukan Allah seorang kerabat pun dari kalangan mereka yang dapat memberi manfaat bagi mereka, tiada pula pemberi syafaat pun yang dapat diterima syafaatnya, bahkan semua penyebab kebaikan telah terputus dari mereka.
مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ
Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.*[Ghofir:18]*
Wallahu a'lam
قال رسول الله صلى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَنْ نَصَرَ أَخَاهُ بِظَهْرِ الْغَيْبِ نَصَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
“Barangsiapa yang menolong saudaranya –tanpa kehadiran saudaranya tersebut- maka Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat’ (HR Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih)
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist
1- Barangsiapa yang menolong yang terzolimi maka Allah akan menolongnya, dan Allah akan meyiapkan baginya orang yang akan menolongnya di dunia dan akhirat
2- Menolong adalah bentuk persekutuan Islami dan saling bahu-membahu yang imani, dan ia merupakan kekuatan bagi kaum muslimin serta kemuliaan bagi kaum mukminin.
3- Menolong adalah kewajiban agama, serta kebutuhan urgen duniawi, sungguh kezoliman telah tertujukan kepada Islam, makar rencana jahat diarahkan kepada Islam, dan ini merupakan fenomena zaman ini dengan bentuknya yang banyak dan beragam.
« يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat,) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.”
4- Jika sikap menolong melemah diantara kaum muslimin maka musuh akan menguasai, dan akan semakin keras hantaman musuh dan semakin belanjut kezoliman mereka serta menyiksa kaum muslimin, membinasakan orang-orang yang tenteram, menghinakan para ahli tauhid, merampas negeri, dan menjatuhkan harga diri.
Tema hadist yang berkaitan al-qur'an
1- Dan jika sebuah umat menolong yang terzolimi, mengambil tangan pelaku kezoliman lalu mencegahnya dari kezoliman maka umat tersebut selamat dari hukuman Allah. Allah berfirman :
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٢٥)
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya. (QS Al-Anfaal : 25)
2- Sesungguhnya kerusakan yang besar dan fitnah yang menyala-nyala di negeri-negeri kaum musliimin asalnya adalah karena kurang dalam menerapkan sikap menolong.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai Para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (QS Al-Anfaal : 73)
Wallahu a'lam
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
📌Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, Dia berkata :
"Neraka mengadu kepada Rabbnya, ia berkata ; Ya Rabb, sebagian dariku memakan sebagian yang lain. Maka Allaahﷻ mengizinkannya memiliki dua nafas ; Nafas pada musim dingin dan nafas pada musim panas. Nafas itu lebih panas dari pada hawa yang sangat panas yang kalian rasakan dan lebih dingin dari pada hawa yang sangat dingin yang kalian rasakan." [HR. Bukhari]
🔹 Pergantian Musim
Mengingatkan untuk mengenal (kekuasaan) Allaah ta'ala
🔸 Musim Gugur
Dimana setiap penyimpan mendapati apa yang disimpannya, yang mengingatkannya akan (balasan) bagi orang-orang yang beramal sholeh di akhirat.
🔸 Dinginnya Musim Dingin
Mengingatkan akan jahanam yang sangat dingin.
🔸 Musim Semi beserta kehijauannya
Mengingatkan akan kenikmatan jannah yang disediakan bagi orang-orang beriman.
🔸 Musim Panas
Mengingatkan akan jahanam yang sangat panas.
Dengan demikian, seorang mukmin harus merenungkan pergantian musim tersebut maupun perubahannya, dengan targhib dan tarhib (persiapan dan motivasi), dan mengetahui bahwa ia diharuskan untuk mengibadahi Allah ta'ala dalam semua keadaan tersebut.
🔹 Sunnah dan Hafalan
🔸 Berdo'a ketika turun hujan ; "Ya Allaahﷻ turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat".
🔸 Berdo'a ketika angin bertiup kencang ; "Ya Allaahﷻ sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini dan kebaikan yang ada padanya dan kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya dan keburukan yang dibawanya".
🔸 Disunnahkan untuk shalat istisqa ketika kemarau berkepanjangan.
(Shalat istisqa adalah shalat sunah muakkad dua rakaat untuk meminta turunnya hujan kepada Allaahﷻ)
🔹 Ibadah pada Musim Dingin
🔸 Menyempurnakan wudhu atas keadaan yang sulit.
🔸 Puasa di waktu siangnya yang pendek, dan Qiyam di waktu malamnya yang panjang.
🔸 Sedekah dan menjenguk fakir miskin, orang terlantar, tawanan dan lainnya yang seperti mereka.
🔹 Diantara Fiqh Musim Dingin
🔸 Dibolehkan tayamum bagi yang dikhawatirkan terjadinya gangguan pada dirinya jika bersuci dengan air.
🔸 Mengusap khuf (sepatu) atau sejenisnya, "jangka waktu sehari semalam untuk yang bermukim, dan untuk musafir 3 hari 3 malam".
🔸 Jangan menghadap api ketika shalat, agar tidak menyerupai orang majusi.
🔹 Musim Dingin Para Mujahidin
Didalamnya pahala Ribath dan Ghazwah fii sabilillah akan lebih besar karena seiring bertambahnya kesulitan, Khalid bin Walid Radhiyallahu'anhu berkata : "Malam saat aku dihadiahi seorang pengantin atau malam ketika aku mendengar kabar gembira dengan lahirnya seorang anakku, semua tidak lebih aku sukai dibanding tatkala berada di tengah pasukan Muhajirin pada malam yang dingin sedingin es, demi menunggu saat-saat untuk menyerang musuh". [A'lamin Nubala'].
Infografis An-Naba'
عن أبي هريرة رضي اللَّه عنه قال، قل رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
ثَلَاثٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِم حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ السَّحَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullahﷺ bersabda :
“Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak : Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa orang yang didzalimi, Allah angkat di atas awan pada hari kiamat.” [HR. At-Tirmidzi dan, Thabrani]
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist :
Orang yang berpuasa doanya mustajab.
Allahﷻ sendiri telah menganjurkan orang–orang yang sedang bepuasa untuk banyak berdo'a kepada-Nya karena Dia sangat dekat dengan para hamba-Nya yang sedang berpuasa.
Selain itu, Rasulullahﷺ telah menjelaskan bahwa doa orang yang sedang berpuasa itu tidak tertolak
"Tiga golongan yang tidak tertolak do'anya: Orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan do'a orang terzalimi."
Tema Hadist yang berkaitan dengan Al qur'an
- Allah ﷻ sendiri telah menganjurkan orang–orang yang sedang bepuasa untuk banyak berdo'a kepada-Nya karena Dia sangat dekat dengan para hamba-Nya yang sedang berpuasa. Sebagaimana firman Allahﷻ
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Aku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. [Al Baqarah: 186]
Wallahu a'lam
Selasa, 16 Juli 2024 / 10 Muharrom 1446
عن ابن عمر رضي الله عنهما أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ( ثَلَاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالدَّيُّوثُ الَّذِي يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ الْخَبَثَ) رواه أحمد (5372) من حديث ابن عمر ، وصححه الألباني في "صحيح الجامع".
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, sesungguhnya Rasulullahﷺ bersabda : Tiga yang telah Allahﷻ haramkan baginya Syurga : orang yang ketagihan minum khomer [Alkohol], si pendurhaka kepada orangtua dan Si Dayyuts yang membiarkan maksiat dilakukan oleh ahli keluarganya" *( Riwayat Ahmad dari hadist Ibnu Umar)*
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist:
1- Dari hadist di atas, kita dapat memahami bahawa maksud lelaki DAYYUTS adalah suami atau bapa yang langsung tiada perasaan risau dan ambil pusing dengan siapa isteri dan anaknya bersama, bertemu, malah sebagiannya membiarkan saja isterinya dan anak perempuannya bermudah² an bergaul dengan lelaki lain.
atau bahkan dipegang dan dipeluk oleh sembarang lelaki lain.
2- Pernah juga diriwayatkan dalam hadith lain, soal yang sama dari sahabat tentang siapakah dayyuts, lalu jawab Nabiﷺ
قالوا يا رسول الله وما الديوث قال من يقر السوء في أهله
Artinya : Apakah dayuts itu wahai Rasulullah ?. Jawab Nabi : Yaitu seseorang ( Pria) yang membiarkan kejahatan ( zina, buka aurat, bergaul bebas ) dilakukan oleh ahlinya ( isteri dan keluarganya)
3- Ulama Islam juga bersepakat untuk mengkategorikan dayyuts ini dalam bab dosa besar, sehingga disebutkan dalam satu athar :
لَعَنَ اللَّهُ الدَّيُّوثَ ( وَاللَّعْنُ مِنْ عَلَامَاتِ الْكَبِيرَةِ فَلِهَذَا وَجَبَ الْفِرَاقُ وَحَرُمَتْ الْعِشْرَةُ)
Artinya : Allah telah melaknat lelaki dayyuts ( laknat bermakna ia adalah dosa besar dan kerana itu wajiblah dipisahkan suami itu dari isterinya dan diharamkan bergaul dengannya) (Matalib uli nuha, 5/320 )
Walaupun ia bukanlah satu fatwa yang terpakai secara meluas, tetapi ia cukup untuk menunjukkan betapa tegasnya sebahagian ulama dalam hal kedayyutsan lelaki ini.
4- Bergembiralah sang suami yang mendapatkan isteri solehah dan anak-anak yang baik kerana suami tidak lagi sukar untuk mengelakkan dirinya dari terjerumus dalam lembah kedayyutsan. Ini karena tanpa sembarang campur tangan dan nasihat dari sang suami, isteri dan anak-anak sudah pandai menjaga aurat,keluarga dan dirinya.
Tema hadist yang berkaitan dengan Al-qur'an
1- Yakni amalkanlah ketaatan kepada Allahﷻ dan hindarilah perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allahﷻ, serta perintahkanlah kepada keluargamu untuk berzikir, niscaya Allahﷻ akan menyelamatkan kamu dari api neraka.Yakni amalkanlah ketaatan kepada Allahﷻ dan hindarilah perbuatan-perbuatan durhaka kepada Allahﷻ, serta perintahkanlah kepada keluargamu untuk berzikir, niscaya Allahﷻ akan menyelamatkan kamu dari api neraka.
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ قُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِیكُمۡ نَارࣰا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَیۡهَا مَلَـٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظࣱ شِدَادࣱ لَّا یَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَاۤ أَمَرَهُمۡ وَیَفۡعَلُونَ مَا یُؤۡمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
[Surat At-Tahrim 6]
2- Yakni mereka bercerai berai dan tidak akan bertemu lagi untuk selama-lamanya, apakah keluarga mereka dimasukkan ke dalam surga, sedangkan mereka sendiri masuk ke dalam neraka ataukah keluarga mereka sama-sama menjadi penghuni neraka, semuanya sama saja. Sekalipun sama-sama di neraka, mereka tidak dapat berkumpul dan tiada kebahagiaan bagi mereka.
قُلۡ إِنَّ ٱلۡخَـٰسِرِینَ ٱلَّذِینَ خَسِرُوۤا۟ أَنفُسَهُمۡ وَأَهۡلِیهِمۡ یَوۡمَ ٱلۡقِیَـٰمَةِۗ أَلَا ذَ ٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِین
Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.
[Surat Az-Zumar 15]
Wallahu a'lam
Yang menceritakan 'Aib Saudaranya Sesama Muslim
عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال:
إنَّ من كفَّارةِ الغيبةِ أن تستغفِرَ لِمَن اغتبتَهُ تقولُ اللَّهمَّ اغفِر لنا ولَهُ
Dari Anas bin Malik radhiAllah anhu dari nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda :
"Sesungguhnya untuk kafarat atau penebus dosa dari penggunjing ialah dengan jalan memohonkan keampunan bagi orang yang dipergunjingkan itu. Caranya ialah dengan mengatakan :" Allahumma aghfirlana walahu. "(ya Allah berilah keampunan bagi kami dan baginya". *(Hr Baihaqi)*
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist
1- Barangsiapa menggunjing saudaranya yang muslim dan jatuh ke dalam dosa besar ini serta ingin melepaskan diri darinya dan melebur dosanya, maka kaffarahnya ialah dengan memohonkan ampunan untuk orang yang digunjingnya.
2- Hikmah dari permohonan ampun untuk orang yang di-ghibah-i ini adalah, sebagai bentuk tebusan untuk menutup kezaliman yang telah ia lakukan kepada orang yang dighibahi. Jadi tidak perlu mengabarkan ghibahnya untuk meminta kehalalan kepada orang yang di-ghibah-i.
Pendapat ini dipegang oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, murid beliau Ibnul Qayyim, Ibnu Muflih, as-Safarini dan yang lainnya. Bahkan Ibnu Muflih menukilkan dari Ibnu Taimiyyah bahwa pendapat ini merupakan pendapat mayoritas ulama.
3- Mereka menguatkan pendapat ini dengan tiga alasan:
a- Mengabarkan ghibah kepada orang yang di-ghibah-i akan menimbulkan dampak negatif (mafsadah) yang tak dapat dipungkiri, yaitu akan menambah sakit perasaannya. Karena celaan yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dicela lebih menyakitkan ketimbang celaan yang dilakukan dengan sepengetahuan orang yang dicela. Dia mengira orang yang selama ini dekat dengannya dan berada di sekelilingnya, ternyata dia telah merobek-robek kehormatannya di balik selimut.
b- Mengabarkan ghibah kepada orang yang di-ghibah-i akan menimbulkan permusuhan. Karena jiwa manusia sering kali tidak bisa bersikap obyektif dan adil dalam menyikapi hal seperti ini.
c- Mengabarkan ghibah kepada orang yang dighibahi akan memupuskan rasa kasih sayang diantara keduanya. Yang terjadi justru semakin menjauhkan hubungan silaturahim.
4- Tak diragukan lagi, dampak kerusakan yang timbul dari mengabarkan ghibah ini, lebih buruk daripada pengaruh negatif perbuatan ghibah itu sendiri. Ini menyelisi tujuan syari’at (maqasid asy-syari’ah) yang bertujuan untuk menyatukan hati, memupuk rasa saling menyayangi dan persahabatan. Padahal diantara prinsip yang berlaku dalam syari’at Islam adalah,
تعطيل المفاسد وتقليلها لا على تحصيلها وتكميلها
“Mencegah kerusakan atau keburukan secara merata, atau memperkecil dampaknya. Bukan menimbulkan kerusakan atau menyempurnakan kerusakan”
5- Adapun bila orang yang di-ghibah-i dikenal tidak pemaaf dan menurut prasangka kuatnya dia tidak akan memaafkan. Bahkan akan menambah kebencian dan permusuhan. Atau bila dia mengabarkan secara global perihal ghibah yang dia lakukan, yang bersangkutan akan meminta penjelasan secara rinci; yang mana bila ia tahu hal tersebut akan membuatnya semakin benci dan marah, maka dalam kondisi ini cukup dengan mendoakan kebaikan untuknya. Serta menyebutkan kebaikan-kebaikannya di hadapan orang-orang. Dan beristighfar kepada Allah atas dosa ghibah yang telah ia lakukan.*Tema hadist yang berkaitan dengan al quran
- larangan mempergunjingkan orang lain. Hal ini ditafsirkan oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam melalui sabdanya yang mengatakan bahwa gibah ialah:
"ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ". قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: "إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ".
Kamu gunjingkan saudaramu dengan hal-hal yang tidak disukainya. Lalu ditanyakan, "Bagaimanakah jika apa yang dipergunjingkan itu ada padanya?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab: Jika apa yang kamu pergunjingkan itu ada padanya, berarti kamu telah mengumpatnya; dan jika apa yang kamu pergunjingkan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah menghasutnya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. *(Al-Hujurat: 12)*
Wallahu a'lam