“Sungguh Alloh dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi, wahai orang-orang yang beriman, lantunkanlah sholawat dan salam untuknya (untuk nabi Muhammad, -pent).”
Sungguh Ibnu Katsir menukil perkataan al-Imam an-Nawawiy, “jika melantunkan sholawat untuk Nabi, maka hendaknya mengumpulkan antara sholawat dan salam, dan janganlah membatasi pada salah satunya saja. Tidak dengan kalimat, “Shollallohu „alayh” saja, tidak pula dengan “„alayhis salaam” saja,”
Ibnu Katsir berkata, “inilah yang disebutkan oleh Dzat yang menyampaikan ayat ini, yakni firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلَّمُوا تَسْلِيمًا
“Wahai orang-orang yang beriman, lantunkanlah sholawat dan salam untuknya.”
Maka yang utama adalah mengucapkan, “shollallohu „alayhi wa sallam.”
Ibnu Katsir berkata, sedangkan maksud dari ayat ini adalah bahwa Alloh subhanahu wa ta‟ala mengabarkan pada hamba-Nya mengenai derajat hamba dan nabi-Nya di sisi-Nya pada masyarakat langit, bahwa Dia memujinya di sisi para malaikat yang terdekat sedangkan para malaikat bersholawat untuknya. Kemudian Alloh –yang maha tinggi memerintahkan penduduk bumi agar melantunkan sholawat dan salam untuknya agar terkumpul pujian padanya dari penduduk langit dan bumi.
Sedangkan dari „Abdulloh bin „Amru bin al-„Ash –semoga Alloh meridhoi mereka berdua-, dia mendengar Rosululloh –semoga sholawat dan salam Alloh limpahkan padanya- berkata, “siapa yang melantunkan sholawat untukku satu kali, dengannya Alloh akan melimpahkan sholawat untuknya sepuluh kali.” (diriwayatkan oleh Muslim)