1. Mengagungkan Allah Tabaraka wa Ta'ala Agar Tidak Berbuat Maksiat Terhadap-Nya Karena Dia Maha Melihat dan Maha Mendengar.
Orang yang hatinya telah mengagungkan Allah tidak akan mau bermaksiat sama sekali.
2. Menyatakan Rasa Cinta Kepada Allah Subhanahu.
Agar tidak berbuat maksiat demi cinta kepada-Nya. Alhasil, jauh sekali perbedaan antara tidak melakukannya atau ta'atnya orang yang mencintai Allah, dan tidak melakukannya atau ta'atnya orang yang takut terhadap azab.
3. Mengakui Nikmat dan Kebaikan Allah.
Orang yang mengakui kebaikan dan nikmat Allah hendaknya tidak bermaksiat terhadap-Nya, karena ia malu kepada-Nya jika kebaikan dan nikmat Allah diberikan kepadanya sementara catatan pembangkangan, maksiat dan keburukannya dilaporkan kepada Allah.
4. Membayangkan Kemurkaan dan Pembalasan Allah.
Sebab, apabila seorang hamba terus-menerus bermaksiat terhadap Allah maka Dia akan murka terhadapnya. Jika Allah sudah murka, tidak ada sesuatu pun yang dapat menahan kemurkaan-Nya, apalagi hamba yang lemah itu.
5. Menyadari Yang Terlewatkan.
Yaitu dengan menyadari banyaknya kebaikan dunia dan akhirat. yang luput dia peroleh akibat bermaksiat. Juga dampak negatif yang timbul; baik menurut akal, syariat, maupun tradisi. Serta dampak positif yang tidak jadi timbul; baik secara syariat, akal, maupun tradisi.
6. Membayangkan Penaklukan dan Kemenangan.
Karena dengan membayangkan penaklukan dan kemenangan atas syahwat dan setan akan berbuah manis, menyenangkan, dan membahagiakan bagi orang yang merasakannya; melebihi kemenangan melawan musuh berupa manusia. Bahkan, ini merupakan yang peristiwa paling indah dan paling menyenang kan. Dampaknya pun akan menjadi dampak yg paling positif.
7. Mengingat Imbalan
Ini adalah apa yang telah dijanjikan oleh Allah Subhanahu bagi orang yang meninggalkan apa yang diharamkan dan menahan hawa nafsunya semata-mata karena Allah. Dia juga hendaknya membanding kan antara ganti tersebut dan apa yang ditukar dengannya; mana di antara keduanya yang layak diutamakan, dipilih, dan disukai.
8. Membayangkan Kebersamaan Dengan Allah.
Ini ada 2 macam, yaitu kebersamaan secara umum dan secara khusus. Kebersamaan yang bersifat umum adalah bahwa Allah Ta'ala melihatnya secara langsung tanpa terhalang oleh apapun. Yang dimaksud di sini adalah kebersamaan secara khusus, seperti dalam firman-Nya: (Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar} [Al-Baqarah: 153]. Kebersamaan yang khusus ini lebih baik dan lebih bermanfaat di dunia dan akhirat daripada mengumbar hawa nafsunya.
9. Mewaspadai Datangnya Ajal Yang Tiba-Tiba.
Jika Allah Azza wa Jalla mencabut nyawanya secara mendadak ketika sedang bermaksiat, terhalanglah dia dari kenikmatan akhirat yang diangan-angankannya. Apabila ini terjadi, alangkah besarnya kerugian yang dia derita, dan alangkah pahit dan sulitnya.
10. Merenungi Hakikat Bencana dan Keselamatan.
Karena bencana yang sebenarnya tidak lain adalah dosa-dosa dan akibatnya. Sedangkan keselamatan yang hakiki adalah ketaatan dan buahnya. Orang yang tertimpa bencana adalah orang yang berbuat maksiat, sekalipun badannya sehat walafiat. Sedangkan orang yang selamat adalah orang yang taat, sekalipun tubuhnya mengidap penyakit.
[Diadopsi Dari Kitab "Uddathus Shabirin"]
INFOGRAFIS AN-NABA Jumadi Akhir 1444 H
النبأ